memperbanyak point of view, atau membentuk kesan terhadap image
atau ide. 2.
Jump Cut : untuk membuat suatu adegan yang dramatis. 3.
Motived Cut : bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya.
3. Level Idiologi Idiology
Meliputi suatu kejadian dan penerimaan sosial seperti kelas, patriarkahi, gender, feminisme, maskulinisme, kapitalis, dan sebagainya.
Menurut Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan idiologi tersebut. Sedangkan dalam penelitian
ini, pemaknaan atas simbol-simbol dalam film dihubungkan dengan nilai- nilai feminisme.
Penggunaan semiotika dalam film telah menjadi bagian penting dalam masyarakat modern. Analisa film dengan pendekatan semiotika dapat
dilakukan mengingat film merupakan fenomena semiotika advertisement semiotic activity
. Masyarakat sekarang lebih berorientasi pada apa yang dilihatnya dan telah banyak menggunakan sistem tanda lain diluar sistem
tanda verbal Panut, 1992:56.
2.2. Respon Psikologi Warna
Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam suatu hal. Warna juga boleh dianggap sebagai satu fenomena psikologi. Respon
psikologi dari masing-masing warna :
1. Merah : Power, energi. Kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya. Merah
jika dikombinasikan dengan putih, akan mempunyai arti ’bahagia’ di budaya oriental.
2. Biru
: Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan.
3. Hijau : Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan.
4. Kuning : Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut untuk
budaya barat, pengkhianatan. 5.
Ungu atau Jingga : Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan.
6. Orange : Energy, keseimbangan, kehangatan.
7. Coklat : Tanah bumi, reliability, comfort, daya tahan.
8. Abu-abu : Intelek, masa depan seperti warna millenium, kesedrhanaan,
kesedihan. 9.
Putih : Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, steril,
kematian. 10.
Hitam : Power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan.
11. Emas : Kehangatan, pencerahan, intelektual.
2.3. Film ”Ku Tunggu Jandamu”
Film ”Ku Tunggu Jandamu” merupakan film bergenre komedi dewasa yang mengangkat tema tentang perjuangan seorang janda yang ingin
meluruskan pandangan masyarakat mengenai statusnya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam isi film tersebut, lebih menceritakan tentang kondisi
status janda yang kerap kali dipandang sebelah mata. Film ini berani mendobrak kultur atau kebudayaan yang selama ini masih berkembang di
masyarakat yaitu budaya patriarki. Kisah berawal dari perceraian antara tokoh utama dalam film ini yaitu
Persik Dewi Persik dan Rozak. Pada saat itu juga, Rozak kembali mempersulit persik dengan kembali mengajak rujuk akan tetapi persik
menolaknya. Perjuangan Persik diawali dengan pengusiran. Sebuah lingkungan apartemen ribut, ibu-ibu menuntut seorang janda muda, Persik,
agar minggat karena dia dianggap sebagai biang kekacauan rumah tangga mereka. Suami-suami mereka terobsesi dengan Persik tetapi Persik cuek saja
menanggapinya. Kehadiran Persik mampu ‘memanaskan’ kondisi kompleks baru di tempat
Persik tinggal, di kompleks baru tersebut Persik juga menjadi idola bagi laki- laki dan remaja. Selama berjalannya waktu, beberapa perempuan dan laki-laki
mengerti akan seorang Persik. Mereka akhirnya meminta bantuan kepada Persik untuk memberikan solusi dan tips agar menarik perhatian para suami
mereka. Persik Dewi Persik dengan bakat dan kecantikan yang dimilikinya membantu para perempuan agar tampak lebih cantik luar dan dalam di depan
para suami mereka dan di setiap laki-laki. Sedangkan kepada para laki-laki, Persik memberikan saran agar dapat menunjukkan keberaniannya dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
2.4. Kerangka Berfikir