BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor 1975 mendefinisikan metode penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
Moleong, 1998:3. Dalam
pendekatan deskriptif
kualitatif, akan
dapat diperoleh
pengungkapan secara rinci interpretasi penggambaran nilai-nilai feminisme pada film Ku Tunggu Jandamu ini. Adapun digunakannya metode deskriptif
kualitatif karena metode ini akan lebih menyesuaikan bila dalam penelitian ditemukan kenyataan ganda, kemudian metode kualitatif lebih peka dan dapat
menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Moleong, 1995:5.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah metode analisis untuk mengkaji tanda Sobur, 2004:15.
Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas real yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang
ditampilkan sepanjang film. Analisis semiotik termasuk dalam metode kualitatif. Secara khusus peneliti menggunakan metode penelitian analisis
semiotika semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce, untuk 71
71
menginterpretasikan atau pemaknaan feminisme dalam film Ku Tunggu Jandamu
melalui tokoh Persik. Karena film merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi analisis atau semiotika.
3.2. Kerangka Konseptual
3.2.1. Corpus
Didalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Curpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang
ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsur akan
memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu sincrony
Kurniawan, 2000:70. Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang yang besar bagi
dibuatnya interpretasi alternatif. Corpus dalam penelitian ini adalah adegan dan dialog yang menampilkan nilai-nilai feminisme dalam film Ku Tunggu
Jandamu melalui tokoh Persik. Dalam film ini, ada 11 scene yang
menampilkan nilai feminisme dari 87 scene pada film tersebut, yaitu :
Scene 3 Scene 4
Scene 5 Scene 8
Scene 51 Scene 52
Scene 53 Scene 66
Scene 83 Scene 841
Scene 84 2
3.2.2. Definisi Operasional Konsep 3.2.2.1. Representasi
Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video,
film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melelui bahasa. Lewat bahasa simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan
atau gambar tersebut itulah seseorang dapat mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide tentang sesuatu Juliastuti, 2000.
Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena
makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negoisasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah : makna akan inheren
dalam suatu dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan.
Ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang ”sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing peta konseptual.
Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, adalah
bahasa, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada di dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang
”lazim”, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.
Proses pertama memungkinkan untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan
sistem ”peta konseptual” kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai koresponden antara ”peta konseptual” dengan bahasa atau
simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ”sesuatu”, ”peta konseptual”, dan ”bahasa atau simbol” adalah
jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.
Konsep representasi pada penelitian ini merujuk pada pengertian tentang bagaimana seseorang, sebuah kelompok atau sebuah gagasan ditunjukkan
dalam media massa Eriyanto, 2001 : 113. Oleh karena itu, representasi feminisme pada film Ku tunggu Jandamu berarti dalam film ini terdapat tanda
dan simbol-simbol yang menunjukkan adanya adegan yang mewakili makna feminisme.
3.2.2.2. Feminisme Untuk mengetahui sejauh mana batas feminisme yang terkandung di
dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa batasan yang dipakai sebagai acuan untuk meneliti adegan yang dianggap sesuai dengan
penelitian. Batasan yang dipakai peneliti antara lain konsep feminisme liberal, feminisme marxis, feminisme radikal kultural, feminisme sosialis, feminisme
post modern, feminisme eksistensialis. Pada feminisme liberal konsep yang digunakan peneliti antara lain seperti :
1. Perempuan sebagai feminis menginginkan adanya kesetaraan kesempatan, dalam pendidikan, hak politik, dan ekonomi.
2. Perempuan sebagai feminis menjadi pembuat keputusan yang otonom. 3. Perempuan sebagai feminis mengkonstruksi ulang peran gender secara
sosial. 4. Perempuan sebagai feminis tidak dapat membenarkan hukum atau tabu
yang melarang semua perempuan untuk melakukan hal yang dapat dilakukan laki-laki rata-rata dan dianggap tidak dapat dilakukan
perempuan rata-rata, dan juga sebaliknya. 5. Menyangkal adanya perbedaan intelektual atau moral antara laki-laki dan
perempuan. 6. Membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif, yaitu peran-
peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali, bagi
perempuan. Untuk konsep feminisme marxis, konsep yang diambil dan digunakan untuk
meneliti antara lain : 1.
Perempuan sebagai feminis memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme.
2. Perempuan sebagai feminis berasumsi penindasan perempuan berasal dari
eksploitasi kelas dan cara produksi. 3.
Membebaskan perempuan dari keperluan pertukaran exchange, yaitu Laki-laki
mengontrol produksi
untuk exchange
dan sebagai
konsekuensinya mereka mondiminasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property.
Untuk konsep feminisme radikal kultural, konsep yang diambil dan digunakan untuk meneliti antara lain :
1. Perempuan sebagai feminis menolak adanya sistem masyarakat patriarkhi, dimana laki-laki lebih berkuasa dan mendominasi atas perempuan.
2. Perempuan sebagai feminis menyadari bahwa perempuan tidak ditakdirkan untuk menjadi pasif, seperti juga laki-laki tidak ditakdirkan
untuk menjadi aktif, dan kemudian mengembangkan kombinasi apapun dari sifat feminin dan maskulin yang paling baik merefleksikan
kepribadian unik mereka masing-masing. 3. Perempuan sebagai feminis dapat memutuskan siapa, bagaimana, kapan,
dan dimana akan menjadi ibu atau menjalankan fungsi ibu. 4. Feminis merekonstruksi perempuan dengan menolak apa yang tampaknya
merupakan aspek “baik” dari feminitas, dan juga menolak aspek yang sudah jelas-jelas “buruk” karena semua itu merupakan “konstruksi yang
dibuat laki-laki”. 5. Perempuan sebagai feminis menjaga karakter femininnya dari tambahan-
tambahan sifat maskulin.
Untuk konsep feminisme sosialis, konsep yang diambil dan digunakan untuk meneliti antara lain :
1. Perempuan sebagai feminis berusaha menggabungkan teori feminisme marxis dan feminisme radikal.
2. Perempuan sebagai feminis mengkritik asumsi umum, yaitu meningkatnya partisipasi perempuan dalam ekonomi lebih berakibat pada peran
antagonism seksual ketimbang status. Untuk konsep feminisme post modern, konsep yang diambil dan digunakan
untuk meneliti antara lain : 1. Perempuan sebagai feminis menolak cara berfikir laki-laki yang
diproduksi melalui bahasa laki-laki dan cara berfikir feminis yang fanatik tradisional.
2. Perempuan sebagai feminis menolak perbedaan antara laki-laki dan perempuan harus diterima dan dipelihara. Gender tidak bermakna identitas
atau struktur sosial. Untuk konsep feminisme eksistensialis, konsep yang diambil dan digunakan
untuk meneliti antara lain : 1. Perempuan sebagai feminis mengkritik psikoanalisa yang mengatakan
bahwa perempuan adalah makhluk yang tidak lengkap, dan tidak cukup kiranya perempuan dijadikan obyek laki-laki karena segi biologis.
Dianggap perempuan
mempunyai keterbatasan
biologis untuk
bereksistensi sendiri.
2. Perempuan sebagai feminis melihat bahwa institusi pernikahan merupakan institusi yang merenggut kebebasan perempuan.
3.2.3. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanda dan lambang berdasarkan pembagian level analisis oleh John Fiske, yang terdapat tokoh
Persik sebagai sosok feminis dalam film Ku Tunggu Jandamu. Kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan teori semiotik yang dikemukakan
Pierce, mengidentifikasi relasi segitiga antara objek, interpretant dan tanda, yang berupa ikon icon, indeks index, dan simbol symbol untuk
mengetahui bagaimana pemaknaan feminisme dalam film tersebut.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik dokumentasi dan mengamati potongan adegan per adegan atau scene pada
film Ku Tunggu Jandamu secara langsung. Setelah visual gambar diperoleh, peneliti akan mengcapture berdasarkan shot atau perpindahan pengambilan
gambar pada film tersebut. Potongan gambar yang ada kemudian dipilih berdasarkan korelasinya dengan nilai-nilai feminisme. Gambar terpilih ini
disebut data primer. Peneliti juga akan melakukan studi kepustakaan untuk melengkapi data-data dan bahan yang dapat dijadikan referensi. Selanjutnya
dari hasil pengamatan simbol-simbol yang terdapat pada potongan visualisasi
film dan data-data yang diperoleh, akan dianalisis berdasarkan studi semiotic menurut Charles Sanders Pierce dan John Fiske.
3.4. Teknik Analisis Data