yang menarik bagi siswa, dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Pendapat lain yang diungkapkan Roestiyah 2001:20 bahwa metode discovery adalah proses mental mengamati, merumuskan masalah,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya dimana siswa mampu
menemukan sendiri atau mengalami sendiri, sedangkan guru hanya membimbing serta memberikan instruksi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penemuan atau discovery adalah salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk
menyajikan materi pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang disajikan dalam metode ini menarik bagi siswa, dan dapat mengarahkan siswa untuk
menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang timbul dari materi pembelajaran.
Menurut Roestiyah 2001:20-21 metode dicovery mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode ini yaitu:
a. Metode discovery mampu membantu siswa dalam
mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta menguasai ketrampilan siswa.
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang sifatnya mendalam sehingga dapat tertinggal dalam diri siswa.
c. Membangkitkan semangat dan gairah siswa dalam belajar
d. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan memajukan dirinya sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. e. Mampu mengarahkan dan memberikan motivasi pada siswa
sehingga lebih giat belajar. f. Pusat metode ini adalah siswa, sedangkan guru hanya
mendampingi dan mengarahkan siswa. Hal-hal di atas merupakan keunggulan metode discovery. Walaupun
demikian baiknya, tetapi metode ini juga mempunyai kekurangan yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Siswa harus benar-benar siap mental untuk mendapatkan cara belajar dengan metode ini.
b. Penggunaan metode discovery kurang berhasil apabila dilakukan pada kelas besar.
c. Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa menggunakan perencanaan dan pembelajaran tradisional, maka akan kecewa
dengan adanya metode penemuan. d. Beberapa ada yang berpendapat bahwa metode ini lebih
mementingkan proses pengertian saja sedangkan pembentukan sikap dan ketrampilan siswa kurang diperhatikan.
e. Kemungkinan pemakaian metode ini tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif.
B Metode Ceramah
Menurut Tanlain 2007:43 asal kata “ceramah berarti penuturan langsung secara lisan oleh penutur kepada para pendengar. Pada konteks
mengajar , metode ceramah adalah salah satu metode mengajar kelas dengan cara penyajian poin-poin bahan ajar yang berupa informasi,
konsep, prinsip, tugas oleh guru secara lisan kepada siswa, dan disertai penjelasan dengan contoh-contoh, gambar, ilustrasi, peragaan,
pertanyaan dan audio visual. Selain itu, Tanlain 2009:48 juga mengungkapkan bahwa metode ceramah adalah metode pembelajaran
dimana guru yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas besar dengan cara menyajikan poin-poin bahan pelajaran berupa informasi,
konsep dan prinsip yang disampaikan secara lisan langsung kepada siswa. Kelebihan metode ceramah menurut Munthe 2009: 61 adalah :
a. Dapat digunakan di kelas besar. b. Materi yang banyak dapat disampaikan secara singkat.
c. Lebih ekonomis, terlebih dari segi biaya. d. Baik bila materi baru belum tersedia dalam bentuk hard copy.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah : a. Membuat siswa menjaga daya tahan berkonsentrasi menggunakan indra
telinga yang terbatas. b. Membuat siswa terganggu dengan hal-hal visual.
c. Membuat siswa sulit menentukan gagasan. d. Siswa cenderung diperlakukan sama rata oleh guru.
e. Guru cenderung bersifat otoriter dan kelas menjadi monoton.
C Minat
a. Pengertian minat
Minat adalah salah satu hal yang penting dalam proses belajar. Menurut Syah 2007:136 minat interest adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam bidang studi
tertentu. Dengan minat tersebut seorang siswa juga akan mencapai prestasi yang diinginkan.
Menurut Djiwandono 2006:366 kegiatan siswa adalah kunci dari minat mereka. Dengan demikian melalui pengamatan guru melihat
antusiasme dalam proses pembelajaran dan keingintahuan siswa terhadap materi, maka dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan salah
satu cara guru dalam mengukur minat siswa. Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menciptakan “meja minat”. Meja biasa,
yang dapat diisi oleh siswa sendiri dengan barang-barang yang aneh yang disukai siswa dari rumah. Hal itu secara tidak langsung menarik
minat anak sehingga akan memupuk minat siswa. Menurut Purnomo 2006:253 minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan
menguntungkan, mereka merasa berminat. Hal ini kemudian akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa. Bila kepuasan
berkurang, minatpun juga akan berkurang. Minat memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai
dampak yang besar atas perilaku dan sikap, antara lain: a Menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.
b Mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak, semakin yakin mereka mengenai pekerjaan yang diidamkan, semakin besar minat
mereka terhadap kegiatan yang mendukung tercapainya aspirasi itu. c Menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni.
d Meningkatkan prestasi.
b. Indikator minat
Purnomo 2009:254 mengungkapkan beberapa indikator untuk menunjukkan bahwa siswa mempunyai minat dalam pembelajaran IPA
antara lain: a memiliki perhatian terhadap pelajaran
b sering bertanya sebagai wujud rasa ingin tahu c semangatnya lebih tinggi antusias ketika mengikuti pembelajaran
d kreativitasnya muncul, cenderung selalu mencoba walaupun sering gagal, tidak akan pernah puas dengan hasil yang sudah dicapai.
c. Cara menumbuhkan minat
Sri Esti Wuryani dalam Poernomo, dkk 2006: 358-369 mengemukakan bahwa, agar siswa-siswi mereka tertarik pada materi
pelajaran yang mereka sampaikan, maka yang harus dilakukan para guru adalah:
a materi pelajaran yang disampaikan hendaknya berguna bagi siswa b menumbuhkan keingintahuan siswa
c cara penyampaian pelajaran menarik dan bervariasi d menggunakan permainan dan simulasi
e menggunakan tehnik-tehnik kerjasama kelompok.
D Keaktifan
Sriyono 1991: 74 mengungkapkan bahwa keaktifan adalah sesuatu yang diusahakan guru pada saat mengajar agar murid aktif secara jasmani
maupun rohani. Siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus- menerus terlibat, baik secara mental maupun fisik.
Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi
ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Hal ini diungkapkan oleh Hollingsworth, dkk
2008:8.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa pengertian
keaktifan: Menurut Sardiman 2001:98 aktivitas belajar adalah kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini menurut Rohani
2004:6-7 belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia
tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis kejiwaan adalah jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu
juga sebaliknya.
E Kemampuan Merumuskan Masalah
Santika 2009:5 mengungkapkan bahwa IPA memiliki metode khusus dalam proses pembelajaran yang disebut metode ilmiah. Metode
ilmiah dalam IPA yang harus dikembangkan oleh para siswa diantaranya: a. Perumusan masalah
Dalam perumusan masalah, siswa diharapkan supaya siswa mengetahui obyek atau permasalahan yang harus diteliti atau dipecahkan.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis Dalam hal ini siswa menyusun beberapa pertanyaan sebagai wujud dari
rasa keingintahuannya terhadap sesuatu hal yang berhubungan dengan obyek IPA.
c. Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis merupakan rumusan dugaan sementara yang
ditulis oleh siswa berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Pengujian hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, siswa melakukan kegiatan atau percobaan guna membuktikan hipotesisnya.
e. Penarikan kesimpulan Dalam proses ini, siswa memperoleh makna dari pembelajaran sehingga
dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Menurut Sriyono 1992:97, ada lima tahapan yang ditempuh dalam
menerapkan metode discovery yaitu a merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, b menetapkan jawaban sementara atau hipotesis,
c siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, d menarik kesimpulan dari jawaban, dan e
mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru.
F Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Prestasi dapat diukur dengan tes prestasi. Tes prestasi adalah tes yang
mengukur prestasi. Prestasi belajar menurut WS. Winkel 1984:3 adalah merupakan bukti usaha yang dicapai. Belajar diartikan sebagai
suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan didapatnya kemampuan baru yang diperoleh. Dengan demikian belajar sebagai alat
dalam prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang disengaja dan berlangsung lama sehingga untuk mengetahui sejauh mana penguasaan
siswa dalam belajar maka diadakan tes prestasi.
Prestasi belajar juga sangat ditentukan oleh adanya evaluasi suatu hasil belajar. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
proses belajar tercapai dan bantuan yang perlu diberikan tidak mencapai hasil yang diberikan. Prestasi belajar dapat juga diukur dengan
menggunakan tes formatif. Tes formatif adalah penggunaan tes prestasi guna melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh
siswa dalam suatu program pengajaran. Tes Sumatif adalah penggunaan tes prestasi guna menghasilkan informasi mengenai penguasaan
pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pengajaran.
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Dari
definisi di atas maka prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai-
nilai tes atau angka-angka yang dibukukan oleh guru. Sedangkan pengertian secara umum prestasi belajar adalah hasil
tertinggi yang telah dicapai seseorang dalam bidang tertentu. Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar akan nampak dalam prestasi
belajar yang diraihnya. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari evaluasi belajarnya. Usaha mengevaluasi hasil belajar biasanya
dilakukan dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis, lisan maupun praktek yang kemudian diberi skor, yang bisa berwujud
angka.
b. Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Roestiyah 1982:159 prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a Faktor internal
Yang dimaksud faktor internal adalah faktor-faktor yang timbul di dalam diri anak itu sendiri. Faktor Internal ini diantaranya sebagai
berikut:
1 Tujuan belajar yang jelas dari siswa Siswa menganggap dirinya masuk ke sekolah lanjutan
sekedar memenuhi anjuran orang tua atau sekedar menggunakan waktu senggang dan hanya sekedar menjaga gengsi melanjutkan
sekolah dengan maksud agar memperoleh hadiah sepeda bagus atau mungkin ada yang berpendapat bahwa sekolah lanjutan
adalah tempat pergaulan siswa. Jadi seseorang yang mau belajar harus punya tujuan yang jelas jika ingin prestasi belajarnya baik.
2 Minat terhadap bahan pelajaran Minat menentukan sukses tidaknya seorang siswa dalam
mengikuti pelajaran di sekolah. Setiap siswa hendaknya punya minat terhadap mata pelajaran yang diikutinya. Kurangnya minat
belajar berpengaruh terhadap prestasinya.
3 Kesehatan Badan yang sehat akan lebih menguntungkan bagi setiap
orang. Dengan badan yang sering sakit-sakitan dan kurang tenaga merupakan faktor penghambat kemajuan belajar seseorang.
4 Kecakapan mengikuti pelajaran Cakap mengikuti pelajaran apabila siswa mengerti hal-hal
yang diajarkan dan kemudian akan menambah pengetahuan yang lebih luas untuk bisa memahami dan mengerti isi pelajaran
diperlukan perhatian dan konsentrasi, menanggapi secara kritis apa yang diajarkan, sebelumnya mengikuti pelajaran lebih dahulu
membaca pokok-pokok yang diajarkan b Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si anak. Faktor eksternal ini diantaranya adalah
sebagai berikut: 1 Faktor yang datang dari lingkungan keluarga, misalnya cara orang
tua mendidik anak, suasana keluarga, dan sosial ekonomi keluarga.
2 Faktor yang datang dari masyarakat, misalnya cara hidup lingkungan, teman bergaul, media cetak maupun elektronik.
Faktor yang datang dari lingkungan sekolah, misalnya cara guru menyampaikan pelajaran standar pelajaran, perpustakaan sekolah
G Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam pada usia sekolah dasar penting dilakukan, hal ini karena manusia tanpa disadari telah mengenal
dan mempraktekkan IPA sejak ia dilahirkan. Menurut Santika 2009:1 IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan
makhluk hidup dan alam semesta. Dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan suatu eksperimen untuk penguatan secara konseptual.
Menurut Srini 2001:2 kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris “ Natural Science” secara singkat disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut
dengan alam. Science artinya pengetahuan. Jadi IPA atau science itu secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam yang mempelajari
peristiwa-peristiwa di alam semesta. 1. Kompetensi Dasar IPA SD Kelas 1V
Materi pembelajaran IPA yang digunakan dalam penelitian ini mengambil standar kompetensi 8 tentang memahami berbagai bentuk
energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari pada kompetensi dasar 8.4 menjelaskan perubahan energi bunyi melalui
penggunaan alat musik Depdiknas, 2007. Ikhwan dan Wahyudi 2009:109 mengatakan bahwa
bunyi merupakan bentuk energi yang disebabkan oleh benda
bergetar. Menurut Aprilia 2009:136 bunyi merupakan energi. Suatu
benda yang menghasilkan bunyi disebut sumber energi bunyi. Bunyi berasal dari getaran.
2. Materi Pembelajaran IPA a. Perubahan Energi Bunyi melalui penggunaan alat musik
Aprilia 2009: 139-140 mengatakan dalam bukunya bahwa “d
i dalam piano terdapat banyak senar yang terbuat dari baja. Senar ini dipasang dengan cara diregangkan. Apabila kita
menekan tuts piano, maka pemukul di dalam piano memukul sebuah senar. Senar ini bergetar dan menimbulkan bunyi. Bunyi
ini disebut nada. Ukuran senarnya berbedabeda. Inilah yang membuat tinggi dan rendahnya nada berbeda.
Harmonika juga dapat menghasilkan bunyi bila ditiup. Ketika ditiup, lidah-lidah logam yang terletak di dalamnya bergetar
dan menghasilkan nada. Hasilnya, kita bisa mendengarkan bunyi yang indah dari harmonika itu. Seruling dapat
menghasilkan bunyi yang indah ketika ditiup. Udara yang ditiupkan ke dalam seruling membuat udara di dalamnya
bergetar. Untuk menghasilkan nada yang berbeda-beda, jemari kita harus menutup sebagian lubang-lubang pada seruling
tersebut. Itulah yang menyebabkan seruling menghasilkan nada-nada yang indah.
Biola dapat menghasilkan bunyi ketika digesek. Gesekan yang terjadi antara senar biola dan alat penggeseknya
menghasilkan bunyi. Jika ingin memainkan nada yang berbeda, maka kita harus menekan sebagian senar yang ada pada biola
tersebut. Gitar dapat menghasilkan bunyi ketika dawainya dipetik.
Petikan itu menyebabkan dawai bergetar. Nada-nada yang indah pun akan terdengar ketika kita menekan sebagian senar
yang ada pada gitar tersebut. Semakin halus dan pendek senarnya, maka semakin tinggi nada yang dihasilkan”.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi bunyi
Faktor-faktor yang berpengaruh pada besar kecilnya bunyi yang dihasilkan menurut Mulyatiarifin 2009:79 adalah:
1 Jarak sumber bunyi terhadap penerima. 2 Kuat atau lemahnya getaran yang dihasilkan.
3 Energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan benda. 4 Jenis benda yang bergetar.
H Penelitian yang Relevan
Metode penemuan telah banyak digunakan untuk pembelajaran IPA baik kelas rendah Sekolah Dasar maupun tingkat perguruan tinggi,
yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar. Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya :
Sugiarti, A. Ma. Pd. melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada
siswa kelas VI SDN Ardomulyo I Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang”. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh sebelum tindakan penelitian nilai rata-rata ulangan 58, setelah adanya tindakan nilai rata-rata
ulangan mencapai 67,93 pada akhir siklus 1 dan 75,86 pada akhir siklus 2. Adanya peningkatan prestasi belajar pada siswa disebabkan karena siswa
benar- benar terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Tutik Utaminingsih, S.Pd. melakukan penelitian tentang Pendekatan
Metode Penemuan discovery pada pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Bobkri
II Yogyakarta yaitu ada peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan pada kelas penelitian, yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metode penemuan. Minat belajar siswa di kelas penelitian lebih tinggi dibanding kelas kontrol, dimana siswa lebih menyukai proses pengajaran.
Siswa dapat mencerna materi pengajaran serta lebih berminat untuk mempelajari bidang studi fisika. Selain itu diperoleh hasil bahwa dengan
pendekatan penemuan, keaktifan siswa dalam belajar di kelas lebih baik, dimana siswa kelas menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat,
bertanya pada guru, bertanya pada siswa lain, pengerjaan tugas atau laporan serta dalam menjawab pertanyaan lisan dari guru.
I Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : a. Ada perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan yang lebih
tinggi daripada metode ceramah terhadap minat pada mata pelajaran
IPA siswa kelas IV di SDK Wirobrajan pada semester ganjil 20112012.
b. Ada perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan yang lebih tinggi daripada metode ceramah terhadap keaktifan pada mata
pelajaran IPA siswa kelas IV di SDK Wirobrajan pada semester ganjil 20112012.
c. Ada perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan yang lebih tinggi daripada metode ceramah terhadap kemampuan merumuskan
masalah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV di SDK Wirobrajan pada semester ganjil 20112012.
d. Ada perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan yang lebih tinggi daripada metode ceramah terhadap prestasi belajar pada mata
pelajaran IPA siswa kelas IV di SDK Wirobrajan pada semester ganjil 20112012.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental yaitu tipe pretest posttest control group design
Sugiyono, 2010:112. Dalam desain ini terdapat 2 kelompok yang dipilih secara acak atau random melalui undian. Kelompok eksperimen yaitu
kelas IV A diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan sedangkan kelompok kontrol yaitu kelas IV B pembelajarannya
menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan metode ceramah. Sebelumnya kedua kelompok ini diberikan pretest yang sama, untuk
mengetahui keadaan awal. Pada saat pembelajaran berlangsung, pengamatan juga dilakukan pada kedua kelompok ini guna mengetahui
keaktifan siswa. Setelah beberapa kali pembelajaran, kemudian diberikan post test pada kedua kelompok.
Berikut desainnya: R1 O1 X1 O2
R2 O3 X2 O4 Keterangan :
R1: kelompok penemuan R2: kelompok kontrol
O1, O3 : pretest O2, O4:
posttest X: perlakuan
24
B Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDK Wirobrajan Yogyakarta yang terletak Jl. HOS Cokroaminoto no 8 Yogyakarta. Tempat
penelitian ini berdasarkan lokasi yang cukup dekat dengan peneliti, sekaligus menjadi tempat Pemantapan Kemampuan Mengajar PKM.
Subyek penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen adalah siswa kelas IV A yang
berjumlah 31 siswa. Kelompok kontrol adalah siswa kelas IV B yang berjumlah 29 siswa.
Pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan oleh guru mitra yaitu guru kelas IV B. Sedang kelompok eksperimen dilakukan oleh peneliti sendiri. Hal
ini dikarenakan peneliti lebih menguasai RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat menggunakan metode penemuan daripada guru
mitra, dan menghindarkan manipulasi pembelajaran bila peneliti juga mengajar di kelas kontrol. Pengamatan dan dokumentasi dilakukan selama
pembelajaran berlangsung oleh rekan peneliti baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk melihat keaktifan siswa.
C Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada lima yaitu: 1. Variabel independen bebas adalah varibel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat.