Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok

pendidikan orang tua yang rendah serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah usia 11-16 tahun. Mayoritas responden memperoleh informasi dari media elektronik yaitu sebanyak 15 55,6 responden dan minoritas responden memperoleh informasi dari petugas kesehatan dan orang lain yaitu sebanyak 2 7,4. Sesuai dengan pendapat Soetjiningsih 2010, Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh lebih kuat dari pada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan bahaya merokok. Mu’tadin 2002 mengatakan melihat iklan di media massa dan elektonik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glaumor, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Namun informasi juga dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap bahaya merokok. Sesuai pendapat Aditama 2011 yang mengatakan bahwa dengan makin luasnya informasi tentang pengaruh buruk merokok bagi kesehatan, maka tidak sedikit orang yang berusaha berhenti merokok.

2.2 Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 74 dan minoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 26 responden. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karena masa perkembangan anak Universitas Sumatera Utara yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal yang baru yang ada di lingkunggannya Depkes, 2010. Pemerintah melalui Departemen kesehatan, Dinas Kesehatan , rumah sakit, puskesmas dan sarana kesehatan lainnya telah berupaya melakukan promosi kesehatan. Demikian juga yang dilakukan oleh pihak swasta, antara lain larangan merokok ditempat-tempat umum Depkes, 2010. Oleh sebab itu pendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga diperoleh pada pendidikan non formal Notoatmodjo, 2007. Responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 26. Hal ini dikarenakan pengetahuan responden hanya berada pada tingkat tahu, hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dimana tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah , yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Remaja merokok bukan karena remaja tidak tahu tentang bahaya merokok. Namun banyak remaja yang telah tahu bahaya merokok namun tetap tidak berhenti untuk merokok. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh bayak faktor,antara lain karena selalu ingin mencoba hal baru yang ada dilingkunganya Aryani, 2010. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya remaja mengetahui tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dan remaja memiliki keinginan untuk berhenti merokok. Hanya saja, di pihak lain disadari bahwa sering kali tidak mudah bagi seorang perokok apalagi rokok berat untuk dapat menghentikan kebiasaannya ini Aditama, 2011.

2.3 Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok