formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada. 6.
Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas Notoatmodjo,2003.
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan : a Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai
perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi intelegensi seseorang.
b Usia
Universitas Sumatera Utara
Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang
bertambah sesuai dengan pertambahan usia.
c Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar seseorang yang menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman
seseorang, maka semakin banyak usaha seseoarang untuk mengatasi suatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
d Sumber informasi
Sumber informasi adalah data yang diperoses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata.
e Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia.
Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi seseorang. Lingkungan yang memyediakan banyak sumber informasi
akan menambah pengetahuan seseorang.
1.5 Pengetahuan Remaja Tentang Rokok
Perilaku merokok pada remaja tidak terlepas dari pengetahuan, persepsi atau nilai atau norma yang diyakini oleh suatu individu atau suatu kelompok yang
akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Dari pengamatan tentang kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
merokok remaja lebih karena faktor ingin mencoba-coba atau mengikuti tren pada kelompoknya, juga karena persepsi atau kepercayaan, seperti pada laki-laki
merokok dapat meningkatkan keperkasaan laki-laki, dengan merokok akan kelihatan lebih gaul, atau merokok dapat menambah semangat belajarbekerja,
merokok dapat menghilangkan stres, ada juga sudah sampai ketergantungan seperti, lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Kalau hal ini dibiarkan
tanpa membekali pengetahuan pada remaja tentang bahayanya rokok bagi kesehatan, maka abad ke -21 akan ada satu miliar orang yang meninggal akibat
rokok. Untuk itu remaja sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya Ekawati, 2009.
Dari hasil analisis pre test dan post test oleh Ekawati 2009, diperoleh data bahwa dari 74 responden sebanyak 6,7 responden memperoleh peningkatan
pengetahuan tentang bahaya rokok setelah dilakukan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok
dikalangan remaja, karena diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini responden sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang bahaya merokok sejak usia dini.
2. Sikap
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus social. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelakanaan motif tertentu. Sikap belum
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 2007. Dalam bagian lain Allport 1954, menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu : a.
Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. b.
Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c.
Kecenderungan untuk bertindak trend to behave Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh total
attitude. Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Salah satu contoh misalnya,
seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya. Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk
berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut sehingga si ibu tersebut berniat akan
mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit
polio itu.
2.1 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri berbagai tingkatan yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Menerima Receiving
Menerima, diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2. Merespon responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu “benar” atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya, saudarnya, dan sebagainya, untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau
mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap