Demografi Responden HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

“tidak setuju” dan tidak ada satupun responden yang “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut. Pada pernyataan nomor 12 sebanyak 19 responden 70,4 yang merasa “tidak setuju” dan tidak ada responden pun yang “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut. Sedangkan pada pernyataan nomor 14 sebanyak 16 responden 59,3 yang merasa tidak “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut dan tidak ada satupun responden yang merasa “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut. Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran sikap remaja tentang bahaya rokok berdasarkan kuesioner pernyataan sikap N=27. Sikap Responden Frekuensi Persentase Positif Negatif 18 9 67 33 Pada tabel 6 dapat dilihat hasil penelitian gambaran sikap remaja tentang bahaya merokok didapatkan 18 67 responden memiliki sikap positif terhadap bahaya merokok sedangkan hanya 9 33 responden yang memiliki sikap negatif terhadap bahaya merokok.

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pembahasan dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya merokok Di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

2.1 Demografi Responden

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 14- 16 tahun yaitu sebanyak 16 59,3 dan 9 33,3 responden berusia 17-19 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Natalia dan Kadhita 2004 yang menyatakan bahwa perokok aktif di Indonesia yang sekitar 13,2 nya adalah remaja yang berusia 15-19 tahun. Soetjiningsih 2010 mengatakan bahwa masalah perilaku yang terjadi pada masa remaja yaitu seperti merokok, perilaku seksual yang menyimpang, infeksi menular seksual, penyalahgunaan obat dan bunuh diri. Namun penelitian ini bertentangan dengan pendapat Aditama 2011 yang mengatakan bahwa mayoritas remaja yang berusia 15-19 tahun telah menjadi perokok. Mayoritas responden merupakan lelaki yaitu sebanyak 24 88,9 responden dan minoritas responden merupakan perempuan yaitu sebanyak 3 11,1 . Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi dari angka kejadian merokok pada dewasa. Remaja wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari remaja laki-laki perokok Soetjiningsih, 2010. Mayoritas responden yang merupakan perokok berpendidikan SMP yaitu sebanyak 15 responden 88,9 dan hanya 2 7,4 responden yang berpendidikan SD. Mardiya 2011 mengatakan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan remaja merokok diantaranya seperti kurang mampu mengatasi stress, putus sekolah, sosial ekonomi rendah, tingkat Universitas Sumatera Utara pendidikan orang tua yang rendah serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah usia 11-16 tahun. Mayoritas responden memperoleh informasi dari media elektronik yaitu sebanyak 15 55,6 responden dan minoritas responden memperoleh informasi dari petugas kesehatan dan orang lain yaitu sebanyak 2 7,4. Sesuai dengan pendapat Soetjiningsih 2010, Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh lebih kuat dari pada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan bahaya merokok. Mu’tadin 2002 mengatakan melihat iklan di media massa dan elektonik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glaumor, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Namun informasi juga dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap bahaya merokok. Sesuai pendapat Aditama 2011 yang mengatakan bahwa dengan makin luasnya informasi tentang pengaruh buruk merokok bagi kesehatan, maka tidak sedikit orang yang berusaha berhenti merokok.

2.2 Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok