Dari jenis-jenis kebijakan publik yang dikemukakan oleh Anderson tersebut, maka Program Dana Pinjaman Bergulir merupakan contoh dari kebijakan substantif,
kebijakan distributif dan kebijakan material. Sedangkan Peraturan Daerah yang mengatur tata cara pelaksanaan program merupakan contoh dari kebijakan prosedural.
1.5.1.3 Proses Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut nampak
dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas
perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi kebijakan
Monitoring kebijakan
Gambar 1.1 Proses Kebijakan Publik
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Penilaian Kebijakan
Sumber: Dunn, dikutip dari Subarsono, 2005: 9 Tahap Pertama, Penyusunan Agenda
Yaitu suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling
fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali dan didefinisikan dengan baik pula.
Perumusan masalah
forecasting
Rekomendasi kebijakan
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh kebijakan
publik dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam masyarakat menjadi pertanyaan yang menarik dalam evaluasi kebijakan publik. Namun demikian, apakah pemecahan masalah
tersebut memuaskan atau tidak bergantung pada ketepatan masalah-masalah publik tersebut dirumuskan. Namun merumuskan masalah publik yang benar dan tepat adalah tidak mudah
karena sifat masalah publik yang sangat kompleks. Karena itu perlu diketahui karakteristik dari masalah publik yaitu:
1. Saling ketergantungan antara berbagai masalah. Suatu masalah publik bukanlah
masalah yang berdiri sendiri, tetapi saling terkait antara satu masalah dengan masalah yang lain.
2. Subyektifitas dari masalah kebijakan. Masalah kebijakan adalah hasil pemikiran
dalam konteks lingkungan tertentu. Oleh karena itu, suatu fenomena yang dianggap masalah dalam lingkungan tertentu, bisa jadi bukan masalah untuk lingkungan yang
lain. 3.
Artificiality masalah, yakni suatu fenomena dianggap sebagai masalah karena adanya keinginan manusia untuk mengubah situasi.
4. Dinamika masalah kebijakan. Solusi terhadap masalah selalu berubah. Masalah
yang sama belum tentu dapat dipecahkan dnegan kebijakan yang sama kalau konteks lingkungannya berbeda. Demikian juga masalah yang sama belum tentu
dapat dipecahkan dengan kebijakan yang sama kalau waktunya berbeda. Kemudian agar pembuat kebijakan dapat merumuskan masalahnya dengan
benar dan tepat, maka ada tujuh tahap dalam merumuskan masalah yaitu pertama pikirkan
Universitas Sumatera Utara
kenapa suatu gejala dianggap sebagai masalah, kemudian tetapkan batasan masalah yang akan dipecahkan, kumpulkan fakta dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang
telah ditetapkan, rumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai identifikasi variabel- variabel yang memengaruhi masalah, tunjukkan biaya dan manfaat dari masalah yang
hendak diatasi, dan terakhir rumuskan masalah kebijakannya dengan baik Patton dan Sawicki dalam Subarsono, 2005: 32.
Tahap Kedua, Formulasi Kebijakan Yaitu proses perumusan pilihan-pilihan atau alternatif kebijakan oleh
pemerintah. Pada tahap ini yang terpenting adalah proses forecasting, yaitu kegiatan untuk menentukan informasi faktual tentang situasi di masa depan atas dasar informasi yang ada
sekarang. Karena dari forecasting akan diketahui seperti apa kondisi sosial, ekonomi, dan politik di masa depan, kemudian dapat dilakukan intervensi melalui kebijakan pemerintah.
Karena itu para pembuat kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan pada masa sekarang. Tujuan dari
forecasting adalah memberikan informasi mengenai kebijakan di masa depan dan konsekuensinya, melakukan kontrol dan intervensi kebijakan guna memengaruhi
perubahan, sehingga akan mengurangi resiko yang lebih besar. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan terhadap alternatif-alternatif
kebijakan dan menentukan kriteria seleksi terhadap berbagai alternatif yang ditawarkan untuk kemudian dipilih dan ditetapkan sebagai kebijakan yang selanjutnya akan
dilaksanakan untuk tujuan memecahkan masalah yang bersangkutan. Dalam mengembangkan berbagai alternatif kebijakan, pembuat kebijakan dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang luas yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kriteria seleksi untuk menetapkan satu kebijakan di antara alternatif yang ada, ada beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan yaitu kesesuaian dengan visi dan misi
organisasi karena kebijakan berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai visi dan misi organisasi, kemudian applicable atau dapat diimplementasikan sesuai dengan sumber daya
yang ada, mampu mempromosikan pemerataan dan keadilan pada masyarakat, dan mendasarkan pada kriteria penilaian yang jelas dan transparan sehingga dapat diverifikasi
oleh publik. Tahap Ketiga, Adopsi Kebijakan
Yaitu proses untuk melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif kebijakan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses pemilihan alternatif
kebijakan membutuhkan perhatian yang cermat agar para pembuat kebijakan tidak terjebak pada pilihan yang hanya untuk kepentingan kelompok tertentu. Aspek rasionalitas dan
aseptabilitas dari sebuah alternatif merupakan pertimbangan yang utama dalam memilih alternatif kebijakan di samping pertimbangan lainnya.
Tahap Keempat, Implementasi Kebijakan Setelah dipilih satu kebijakan dari berbagai alternatif yang direkomendasikan,
tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan kebijakan tersebut dalam kehidupan nyata. Karena tanpa pelaksanaan, suatu kebijakan hanyalah sekedar sebuah dokumen yang tidak
bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Implementasi kebijakan adalah alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja
bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh empat faktor utama
yaitu faktor utama internal dan faktor utama eksternal. Faktor utama internal meliputi
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang akan dilaksanakan dan faktor-faktor pendukung, sedangkan faktor utama eksternal adalah kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait.
Gambar 1.2 Keterkaitan Antar Faktor
Sumber: Abidin, 2004: 192 Kondisi kebijakan adalah faktor yang paling dominan dalam proses
pelaksanaan, karena yang dilaksanakan justru kebijakan itu sendiri. Pada tingkat pertama, berhasil tidaknya pelaksanaan suatu kebijakan ditentukan oleh dua hal yaitu kualitas
kebijakan dan ketepatan strategi pelaksanaan. Kemudian sumber daya yang merupakan faktor pendukung bagi kebijakan. Ada 6 faktor pendukung yaitu sumber daya manusia,
keuangan, logistik, informasi, legitimasi dan partisipasi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi, dukungan
publik terhadap sebuah kebijakan, dan lain-lain. Dan pihak terkait adalah para stakeholder yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.
Kebijakan Publik Faktor-Faktor Pendukung
Kondisi Lingkungan Pihak Terkait
Faktor-Faktor Utama Eksternal Faktor-Faktor Utama Internal
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan monitoring agar kesalahan-kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan sehingga mengurangi
resiko yang lebih besar. Adapun tujuan dari monitoring adalah menjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran, menemukan kesalahan
sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar dan melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring mengharuskan untuk itu.
Tahap Kelima, Penilaian Kebijakan Tahap terakhir dari proses kebijakan publik adalah penilaian kebijakan atau
evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan, sejauhmana kebijakan tersebut mencapai sasaran dan tujuannya, juga berguna untuk
memberikan input bagi kebijakan yang akan datang supaya lebih baik. Ada enam langkah yang dilakukan dalam evaluasi kebijakan yang dikemukakan oleh Suchman dalam
Winarno, 2002: 169 yaitu: mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi, analisis terhadap masalah, deskripsi dan standarisasi kegiatan, pengukuran terhadap tingkatan
perubahan yang terjadi, menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain, dan terakhir menetapkan beberapa
indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak. Adapun indikator untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan ada 5 yang
dikemukakan oleh Dunn dalam Subarsono, 2005: 126, yaitu: 1.
Efektivitas; apakah hasil yang diinginkan telah tercapai. 2.
Kecukupan; seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah. 3.
Pemerataan; apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda?
Universitas Sumatera Utara
4. Responsivitas; apakah hasil kebijakan memuat preferensi nilai kelompok dan dapat
memuaskan mereka? 5.
Ketepatan; apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
1.5.1.4 Implementasi Kebijakan