BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Program Dana pinjaman Bergulir merupakan sebuah kebijakan dari pemerintah untuk menyalurkan sejumlah dana untuk menunjang masalah permodalan yang
dihadapi oleh koperasi di Indonesia. Dana disalurkan melalui sejumlah perbankan yang kemudian diberikan kepada koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam-koperasi.
Dana tersebut kemudian nantinya harus dipertanggungjawabkan oleh koperasi yang menerima dana, dimana dana tersebut dikembalikan kepada pengelola yang ditunjuk
sebelumnya untuk kemudian digulirkan kembali kepada koperasi yang belum pernah memperoleh dana tersebut.
Kementerian Koperasi dan UKM sebagai penyelenggara Program Dana Pinjaman Bergulir, pada tahun anggaran 2000 alokasi dana sebesar Rp350 miliar untuk
2.925 koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam KSPUSP dan 1.000 lembaga keuangan mikro LKM terpilih di 341 kabupaten, dan untuk tahun 2001, dana yang
dialokasikan sebesar Rp55 miliar untuk 1.000 LKM pada 175 kabupatenkota, sedangkan pada tahun 2002 telah menyalurkan sebesar Rp. 90,0 milyar. Jumlah koperasi yang
menerima sebanyak 784 Koperasi Simpan Pinjam KSP dan Unit Simpan Pinjam-Koperasi USP-Kop, yang masing-masing terdiri dari 53 KSP dan 731 USP-Kop dengan dana
masing-masing menerima Rp. 100 juta. Sedangkan tahun 2005, dana yang disalurkan sebesar Rp. 480 milyar kepada 4.490 koperasi www.tempointeraktif.comhgekbis 2002
0912brk,20020912-07,id.html.
Universitas Sumatera Utara
Koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional disamping BUMN dan swasta, memiliki landasan idealisme yang tinggi untuk mensejahterakan rakyat melalui
para anggotanya. Hal ini terutama tersirat dalam pasal 33 UUD 1945 dimana penjelasannya menyatakan: ”dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan
oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab
itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi”. Oleh karena itu,pemerintah
merasa perlu dan memang harus untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh koperasi karena dengan terbantunya koperasi maka pemerintah juga secara otomatis turut
serta dalam mensejahterakan masyarakat umum. Terdapat banyak definisi dari koperasi sejalan dengan perkembangan zaman.
Definisi awal umumnya menekankan bahwa koperasi adalah wadah bagi golongan ekonomi lemah, seperti definisi yang dikemukakan oleh Fay, yang menyatakan bahwa koperasi
adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian
rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi Firdaus dan
Susanto, 2002: 38-39. Koperasi juga adalah sebuah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Universitas Sumatera Utara
Suatu badan usaha apapun bentuknya, untuk dapat tumbuh dan berkembang maka memerlukan modal sebagai salah satu faktor produksi, tidak terkecuali juga untuk
koperasi. Meskipun koperasi bukan merupakan bentuk kumpulan modal, namun sebagai suatu badan usaha maka di dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan modal pula.
Akan tetapi, pengaruh modal dan penggunaannya dalam koperasi tidak boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi, yang lebih menekankan kepentingan kemanusiaan
daripada kepentingan kebendaan. Jumlah modal yang diperlukan oleh suatu koperasi sudah harus ditentukan
dalam proses pengorganisasian atau pada waktu pendiriannya dengan rincian berapa modal tetap dan berapa modal kerja yang diperlukan. Modal tetap atau disebut juga modal jangka
panjang diperlukan untuk menyediakan fasilitas fisik koperasi, seperti untuk pembelian tanah, gedung, mesin dan kendaraan. Modal kerja yang disebut juga modal jangka pendek
diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional koperasi seperti gaji, pembelian bahan baku, pembayaran pajak dan premi asuransi, dan sebagainya. Jika koperasi itu, adalah
koperasi simpan pinjam, maka modal ini diperlukan untuk pemberian pinjaman kepada para anggota Firdaus dan Susanto, 2002:70.
Dilihat dari keperluan-keperluan tersebut di atas, jelaslah bahwa modal merupakan sarana untuk melaksanakan usaha-usaha koperasi. Namun kenyataannya,
banyak koperasi yang terpaksa tidak beroperasi bahkan tutup dikarenakan tidak memiliki modal yang cukup untuk menjalankan usahanya. Sulitnya mendapatkan kredit bank dengan
bunga murah dan banyaknya syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kredit dari bank tersebut seperti keharusan adanya agunan dan kelengkapan ijin usaha, merupakan
Universitas Sumatera Utara
contoh persoalan yang umum dihadapi oleh koperasi-koperasi primer khususnya koperasi simpan pinjam.
Maka untuk mengatasi masalah permodalan tersebut, salah satu cara yang ditempuh pemerintah adalah dengan menyelenggarakan Program Dana Pinjaman Bergulir
seperti yang telah dijelaskan di depan. Namun, kebijakan ini juga tidak lepas dari masalah dan kendala. Di Bandung misalnya, dana yang disalurkan telah terserap 100 persen ke
masyarakat, namun bagaimana dana itu dikelola dan dampaknya belumlah dapat diketahui secara akurat dan komprehensif. Banyak timbul masalah yaitu konsultan pendamping yang
hanya 7-9 bulan di lapangan dan tidak ada kader pengganti, fasilitator yang kurang profesional, kalangan pejabat di daerah yang kurang paham mekanisme Program Dana
Pinjaman Bergulir, sampai kesalahan penggunaan dana yang seharusnya dipergunakan untuk usaha produktif malah dipergunakan untuk kepentingan konsumtif oleh penerima
dana, dan lain sebagainya www.bandung.go.idimagesragaminfodana_bergulir.pdf. Di Sumatera Utara sendiri, masalah yang timbul adalah kurangnya sosialisasi
yang dilakukan oleh pengelola dana kepada koperasi menyebabkan timbulnya anggapan dari koperasi bahwa dana yang disalurkan adalah dana hibah karena berasal dari pemerintah
dan karena itu tidak perlu dipertanggungjawabkan atau dikembalikan. Selain itu, tidak adanya kontrol pengawasan dari pengelola dana terhadap koperasi penerima dana, juga
merupakan satu masalah tersendiri. Di Toba Samosir misalnya, karena kurangnya monitoring dari pengelola dana menyebabkan macetnya pengembalian dana pinjaman oleh
koperasi penerima dana. Sedangkan di kabupaten lain terjadi ketidaksesuaian antara koperasi penerima dana dengan kriteria koperasi yang seharusnya mendapatkan dana
pinjaman sumber: Tim Pokja Kab. Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelola dana memiliki peran yang sangat penting untuk terselenggaranya Program Dana Pinjaman
Bergulir yang lancar, mulai dari tepat penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk mengkaji peranan pengelola Dana Pinjaman Bergulir, apa
tugas dan tanggung jawab dari pengelola tersebut karena dengan uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas akan menjadi landasan kuat untuk menyelesaikan dan mengatasi
permasalahan yang menyangkut Program Dana Pinjaman Bergulir. Selain itu, dengan teratasinya masalah-masalah yang timbul diharapkan pada akhirnya program ini akan dapat
mencapai tujuannya yaitu mengembangkan koperasi melalui perkuatan modal usaha simpan pinjam, mengembangkan usaha-usaha anggota koperasi yang bergerak pada sektor
riil, dan yang utama adalah mengurangi ketergantungan anggota koperasi masyarakat dari jeratan rentenir karena pada dasarnya menurut Kartasapoetra, koperasi simpan pinjam
bertujuan untuk mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan rentenir Kartasapoetra, 2001: 133.
Adapun di Kabupaten Deli Serdang, Program Dana Pinjaman Bergulir ini dikelola oleh Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah PMK
dan PKM, yang kemudian dirumuskanlah Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 3 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir Perkuatan modal KSP USP-
Koperasi yang Bersumber Dari APBD Kabupaten Deli Serdang, sebagai pedoman bagi Dinas PMK dan PKM dalam pelaksanaan Program Dana Pinjaman Bergulir yang telah
dilaksanakan mulai APBD tahun 2003, tahun 2005, tahun 2006, dan yang terbaru yang bersumber pada APBD 2007 yang digulirkan pada Januari 2008 lalu dengan total dana
yang telah disalurkan adalah Rp. 4.305.000.000,-. Kewenangan tersebut didasari oleh PP
Universitas Sumatera Utara
No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota, dimana pada pasal 7
disebutkan bahwa salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten Kota adalah berkenaan dengan
koperasi dan usaha kecil dan menengah. Dan hal ini dikuatkan oleh Peraturan Bupati Deli Serdang No.886 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan
Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang dimana untuk urusan pemerintahan yang berkenaan dengan koperasi dan usaha kecil dan menengah menjadi tugas pokok dari Dinas
PMK dan PKM. Maka kemudian sesuai dengan perda yang disebutkan sebelumnya di atas,
Dinas PMK dan PKM kemudian membentuk Tim Kelompok Kerja Pokja yang bertugas dan bertanggung jawab mulai dari penyaluran, pembinaan, monitoring, evaluasi sampai
perguliran kembali pengembalian pokok kepada koperasi yang memenuhi persyaratan. Pembentukan Tim Pokja tersebut berdasarkan kepada Surat Keputusan Kepala Dinas PMK
dan PKM Kabupaten Deli Serdang.
Maka dengan begitu judul penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Peranan Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dalam
Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir di Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 PERUMUSAN MASALAH