langsung yaitu face to face. Sedangkan pengertian kelompok menurut ahli dinamika kelompok bernama Shaw dalam Suprijono 2012:57
“as two or more people who interact with and influence one another”. Menurut Shaw satu ciri
yang dipunyai oleh semua kelompok yaitu anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Belajar secara kooperatif mampu melibatkan siswa secara aktif melalui proses-proses mentalnya dan meminimalkan adanya perbedaan-perbedaan antar
individu, serta meminimalisasi pengaruh negatif yang timbul dari kondisi pembelajaran kompetitif persaingan belajar yang tidak “sehat”. Oleh karena itu,
kelompok-kelompok belajar siswa yang merupakan ciri dari pembelajaran kooperatif digunakan dalam pembelajaran problem based learning PBL.
2.1.4.2 Pengertian Model Problem Based Learning PBL
Duch dalam Shoimin, 2014:130 mendefinisikan problem based learning PBL atau pembelajaran berbasis masalah pbm adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memacahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. Finkle dan Torp menyatakan bahwa PBL merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi
pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah masalah
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Arend 2008:41 mendefinisikan PBL sebagai model yang menyuguhkan
berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Sedangkan Wisudawati 2014:89 mendefinisikan PBL sebagai model yang menyajikan suatu
masalah yang sesuai kenyataan dan bermakna kepada peserta didik untuk diselidiki secara terbuka dan ditemukan solusi penyelesaiannya. PBL
dikembangkan John Hopkins University yang bertujuan untuk membantu peserta didik mempelajari konsep pengetahuan dan kemampuan memecahkan masalah
dengan menghubungkan situasi masalah yang ada dalam dunia nyata. Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa problem based
learning PBL adalah model pembelajaran yang bercirikan adanya suatu permasalahan sehari-hari yang nantinya akan diselidiki dan dicari pemecahannya.
2.1.4.3 Karakteristik Model Problem Based Learning PBL
Liu dalam Shoimin, 2013:131 menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu: a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya baik dari buku atau informasi lainnya. d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas dan penetapan tujuan. e. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar
mencapai target yang hendak dicapai. Sedangkan Arend 2008:42 mendeskripsikan Model Problem Based
Learning PBL memiliki fitur-fitur yaitu: a. Pertanyaan atau masalah perangsang
Pelajaran PBL diorganisasikan di seputar situasi-situasi kehidupan nyata yang menolak jawaban-jawaban sederhana dan mengundang solusi yang
competing. b. Fokus interdisipliner
PBL tidak hanya dipusatkan pada subjek tertentu namun masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak
subjek. c. Investigasi autentik
PBL mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Metode-metode investigatif
yang digunakan tergantung pada sifat masalah yang diteliti. d. Produksi Artefak dan exbihit
PBL menuntut siswa untuk mengonstruksikan produk dalam bentuk artefak dan exbihit yang menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka.
Produk itu bisa berbentuk debat bohong-bohongan, laporan, model fisik, video, atau program komputer yang nanti akan dideskripsikan dan dirancang siswa untuk
mendemonstrasikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah wajib atau ujian
tradisional. e. Kolaborasi
PBL ditandai oleh siswa yang bekerja bersama-sama siswa lain yang memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas
kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
2.1.4.4 Langkah-langkah Model Problem Based Learning PBL