menggunakan taraf signifikan 5 dan dk = 86 diperoleh sebesar 2,00. Ini berarti 11, 56 2,00.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media audio- visual dapat meningkatkan keterampilan guru dan aktivitas siswa. Sehingga
penelitian tersebut menjadi pendukung asumsi pada penelitian ini. Dalam berbagai penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model problem based learning PBL dan media audiovisual sudah berhasil oleh karena itu dapat dijadikan sebagai pendukung dalam penelitian tindakan kelas
dengan judul peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model problem based learning PBL dengan media audiovisual pada siswa kelas V SDN
Tambakaji 05 Semarang.
2.3. KERANGKA BERPIKIR
Masalah-masalah sering dijumpai dalam kegiatan pembelajaran IPA materi Peristiwa alam di kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang. Hal ini
dikarenakan proses pembelajaran tidak menitikberatkan pada siswa sebagai orang belajar, tidak menyajikan masalah yang otentik dalam pembelajaran, siswa tidak
membangun pengetahuannya
sendiri melalui
aktivitas belajar,
proses pembelajaran tidak dilaksanakan dalam kelompok kecil, dan guru tidak berperan
sebagai fasilitator. Sedangkan media yang digunakan tidak mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, tidak dapat diulangi untuk menambah kejelasan materi, pesan
yang disampaikan tidak mudah dan sukar diingat, tidak mengembangkan pikiran, tidak mengembangkan imajinasi, tidak memperjelas hal-hal abstrak, tidak
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan; tidak menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Siswa masih belajar secara individual, belum memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam
situasi nyata
dan belum
membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. Tingkat ketuntasan hasil belajar
IPA kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang belum mencapai 100. Dari 41 siswa hanya 10 siswa 24,39 yang mendapat nilai di atas KKM sedangkan sisanya 31
siswa 75,60 mendapat nilai dibawah KKM. Solusi yang sesuai untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran IPA
adalah dengan menggunakan model Problem Based Learning PBL dengan media audiovisual. Adapun langkah pembelajarannya adalah 1
Guru membuka pelajaran dengan melakukan tanya jawab
; 2
guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan membantu mendefinisikan masalah dengan media audiovisual
; 3
guru memotivasi siswa mengumpulkan informasi tentang masalah yang telah disajikan dengan media
audiovisual
; 4
guru membantu merencanakan dan mempresentasikan hasil diskusi
; 5
guru membantu melakukan refleksi dan memberikan penguatan
; dan 6
guru menutup pelajaran dengan memberikan soal evaluasi
. Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris dapat ditetapkan kerangka berpikir yang terdiri dari tiga tahap, yaitu
kondisi awal, tindakan, dan kondisi akhir. Adapun alur dari kerangka berfikir dapat dilihat dari bagan berikut :
Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir
2.4. HIPOTESIS TINDAKAN