Sistem Peralatan Teknologi Pewarisan Budaya

40 Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI 1. Sumber Alam dan Modal Meliputi hak layak dan hak milik atas wilayah berburu, sumber air, hak milik atas berburu, senjata yang digunakan untuk berburu, dan alat transportasi yang digunakan ketika akan menuju tempat berburu. 2. Tenaga Kerja Aspek yang dikaji meliputi kelompok manusia yang melakukan berburu dan meramu, hubungan kelompok dalam berburu, serta masalah kepemimpinan ketika sedang berburu. 3. Produksi dan Teknologi Produksi Aspek yang dikaji antropologi meliputi teknik dan cara berburu termasuk di dalamnya tata cara yang berdasarkan ilmu gaib, upacara-upacara yang dilakukan ketika akan berburu agar hewan hasil buruan melimpah, dan alat-alat yang digunakan untuk berburu. 4. Konsumsi, Distribusi, dan Pemasaran Aspek yang dikaji antropologi adalah mengenai adat-istiadat dalam pembagian hasil buruan kepada anggota kelompoknya, cara bagaimana hasil buruan diproses untuk dimakan atau dijual kepada masyarakat di luar kelompoknya.

b. Beternak

Beternak yang dilakukan adalah beternak secara tradisional, yaitu memelihara hewan dalam jumlah yang banyak untuk diambil hasilnya, misalnya daging, susu, telur, dan kulit. Mata pencarian ini biasanya di lakukan oleh pendudukmasyarakat yang tinggal di daerah sabana padang rumput atau stepa. Masyarakat seperti ini tersebar di daerah Asia Tengah, Asia Barat Daya, Siberia, Afrika Timur, Afrika Selatan, dan suku bangsa yang tinggal di daerah gurun Afrika Utara, khusus di Indonesia hanya terdapat di Nusa Tenggara. Masyarakat yang bermatapencarian beternak biasanya memiliki sifat-sifat yang agresif. Hal tersebut disebabkan oleh sepanjang waktu mereka harus menjaga keamanan ternak dari serangan hewan liar dan kelompok lain yang menjadi saingannya, serta memperebutkan daerah padang rumput untuk makanan ternaknya. Sifat agresif mereka juga disebabkan oleh kebutuhan makanan mereka, yaitu gandum, beras, sayuran, dan buah-buahan yang biasanya mereka peroleh dengan cara menaklukan, merebut, dan menjajah masyarakat yang bermatapencarian bercocok tanam. Suku bangsa peternak biasanya hidup secara nomaden berpindah-pindah. Sepanjang musim semi dan musim panas, mereka mengembara ke daerah yang luas dengan tujuan untuk mencari padang rumput yang subur dan sumber air yang banyak. Namun jika musim dingin, mereka tinggal dan menetap untuk sementara di desa-desa induk.

c. Bercocok Tanam di Ladang

Sistem seperti ini biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah hutan tropis, seperti di Asia Tenggara, kepulauan di Asia Tenggara, di daerah Sungai Konggo Afrika, dan di daerah Sungai Amazone Amerika Selatan. Daerah hutan tropis biasanya memiliki tanah yang subur. Hal ini akibat dari daun-daun yang jatuh ke tanah kemudian membusuk. Cara orang bercocok tanam di ladang adalah dengan membuka sebidang tanah di hutan dengan cara membabat semak belukar, menebang pohon-pohon, kemudian membakar dahan-dahan pohon Apakah masih ada gaya hidup seperti berburu dan meramu sampai sekarang? Apa yang akan Anda lakukan jika hidup pada masa itu? Sumber: Indonesian Heritage: Ancient History, 1996 Gambar 2.7 Ternak Masyarakat yang bermatapencarian sebagai peternak biasanya hidup secara berpindah-pindah nomaden. Diskusi Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional 41 yang sudah kering. Setelah ladang dibuka, lahan tersebut ditanami dengan jenis tanaman yang tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit dan tidak memerlukan irigasi pengairan. Jenis tanaman yang biasanya ditanam di ladang adalah padi huma, ubi rambat, ubi kayu, terong, nanas, cabe, tebu, pisang, labu, durian, dan cempedak. Setelah 2–3 kali masa panen, ladang tersebut ditinggalkan karena tanahnya kurang subur. Kemudian, mereka mencari dan membuka lahan lain yang kosong. Mereka akan kembali ke ladang yang sudah ditinggalkan selama 10–12 tahun karena pada masa itu lahan tersebut sudah kembali menjadi hutan. Dalam sistem berladang, biasanya diperlukan orang banyak untuk membuka ladang. Tenaga satu keluarga biasanya tidak akan cukup dan harus meminta bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, pada masyarakat ini biasanya berkembang sistem kerja sama gotong royong berdasarkan hubungan tetangga dan persaha- batan. Pekerjaan membuka lahan biasanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi jika dalam satu kelompok kekurangan tenaga laki-laki maka membuka hutan pun bisa dilakukan oleh wanita.

d. Menangkap Ikan

Sistem mata pencarian ini termasuk mata pencarian tertua di dunia. Manusia purba yang tinggal di tepi laut, sungai besar, dan danau telah memanfaatkan sumber alam ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ketika manusia sudah mengenal cara bercocok tanam, menangkap ikan dijadikan sebagai mata pencarian tambahan. Namun, pada saat ini menangkap ikan dijadikan sebagai mata pencarian yang utama, terutama bagi penduduk yang tinggal di tepi pantai. Sumber: Tempo, 22–28 Januari 2001 Gambar 2.9 Menangkap Ikan Menangkap ikan termasuk mata pencarian tertua di dunia. Para ahli antropologi mempelajari masyarakat ini dengan memusatkan perhatian pada sumber alam dan modal yang meliputi hak layak terhadap daerah-daerah di sekitar sungai, danaupantai, hak tempat berlabuh perahu, dan hak milik atas alat-alat untuk menangkap ikan. Cara bekerja dalam menangkap ikan ini meliputi gotong royong dalam menangkap ikan, mengerahkan awak kapal, serta pembagian upah dan bagi hasil tangkapan. Teknologi produksi meliputi cara-cara menangkap ikan, cara memelihara alat-alat perikanan, cara membuat dan memelihara perahu, serta upacara- upacara ketika akan menangkap ikan. Distribusi dan pemasaran meliputi hal-hal yang ada hubungannya dengan cara pengawetan ikan dan organisasi penjualan serta distribusinya. Gambar 2.8 Berladang Sistem berladang biasanya memerlukan orang banyak untuk membuka ladang. Sumber: Tempo, 23 September 2001 42 Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI

e. Bercocok Tanam Menetap dengan Irigasi

Sistem mata pencarian ini pertama kali muncul di daerah-daerah yang dekat dengan sungai besar karena di sekitar daerah tersebut tanahnya subur akibat luapan lumpur dari sungai. Daerah-daerah tersebut misalnya terdapat di Sungai Nil Mesir, Sungai Gangga India, Sungai Eufrat dan Tigris sekarang daerah sekitar Irak, serta Sungai Kuning Cina. Pada masa sekarang, penduduk yang bermatapencarian berladang sudah banyak yang beralih menjadi bercocok tanam menetap. Hal ini disebabkan jumlah manusia sudah meningkat sehingga wilayah hutan banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman tetap. Penyebab lainnya adalah sudah majunya ilmu cara menanam dan adanya irigasi sehingga kesuburan tanah bisa diusahakan dengan cara pemupukan dan pengolahan tanah. Misalnya pencangkulan atau pengolahan dengan bajak. Jenis tanaman yang ditanam juga sudah lebih kompleks, seperti padi, sayuran, buah-buahan, teh, dan kopi. Tanaman yang memerlukan pe melihara an rumit pun sudah mulai dibudidayakan. Gambar 2.10 Bertani Sebelum ditanam padi, tanah diolah menggunakan cangkul atau bajak. Sumber: Indonesian Heritage: Ancient History, 1996

4. Organisasi Sosial

Kehidupan bermasyarakat diatur dan diorganisisasi oleh adat istiadat beserta aturan-aturan mengenai bermacam-macam kesatuan dalam lingkungan hidup dan bergaul. Kesatuan sosial yang paling dekat adalah kekerabatan dan kesatuan-kesatuan di luar kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas. Pada masyarakat tradisional, sistem kekerabatan berpengaruh besar dan sangat mengikat di antara mereka. Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi kesatuan kekerabatan biasanya mulai berkurang dan agak longgar. Walaupun demikian, masih banyak suku-suku bangsa di dunia yang masih meme gangnya, seperti di daerah-daerah yang berkebudayaan agraris seperti Afrika, Asia, Oseanis, dan Amerika Latin. Para ahli antropologi telah banyak meneliti mengenai macam- macam sistem kekerabatan, organisasi masyarakat komunitas desa, serta komunitas kecil dan penggolongan masyarakat atau pelapisan sosial. Menurut L. H. Morgan, macam-macam sistem kekerabatan di dunia erat kaitannya dengan sistem istilah kekerabatan. Susunan masyarakat berdasarkan kekerabatan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut. Buatlah sebuah skema struktur kekerabatan keluarga Anda, minimal empat generasi dengan Anda di lapisan paling bawah. Berilah penjelasan termasuk baris keturunan apakah keluarga Anda tersebut. Serahkan hasilnya kepada gurumu. Asah Ilmu Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk memandang budaya sendiri sebagai yang terbaik dan menilai kepercayaan dan perilaku yang berbeda secara budaya dengan standar kebudayaan sendiri. Ethnocentrism is the tendency to view one’s own culture as best and to judge the behavior and belief of culturally different by one’s own standards. Sumber : Anthropology: The Exploration of Human Diversity, 2000. Referensi Antropologi