Hasil Belajar Kognitif Pembahasan

4.2.1. Hasil Belajar Kognitif

Perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memberikan hasil belajar kognitif yang berbeda pula yang diukur menggunakan tes yaitu pretest dan posttest. Hal ini disebabkan karena kelas eksperimen mendapat model pembelajaran inquiry berbantuan media playing card. Nilai rata-rata pretest untuk kelas eksperimen adalah sebesar 48,06 dan nilai posttestnya sebesar 61,25. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen meningkat dari pretest ke posttest sebesar 13,19. Pada kelas kontrol peningkatan rata-rata nilai dari nilai pretest ke posttest sebesar 9,7 dimana nilai rata-rata pretest adalah sebesar 41,62 sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 51,32. Dari data tersebut menunjukkan bahwa baik nilai rata-rata pretest maupun posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil belajar kognitif pada penelitian ini dianalisis secara statistika. Analisis yang digunakan meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata, uji hipotesis menggunakan menggunakan uji korelasi r b , perhitungan koefisien determinasi r b 2 , uji Normalized Gain g , dan ketuntasan belajar klasikal. Hasil dari uji normalitas data pretest, diperoleh t hitung untuk kelas eksperimen sebesar 3,32 dan untuk kelas kontrol didapatkan t hitung sebesar 2,56 dengan t tabel sebesar 7,81. Berdasarkan data posttest diperoleh t hitung untuk kelas eksperimen sebesar 5,55 dan untuk kelas kontrol didapatkan t hitung sebesar 2,69 dengan t tabel sebesar 7,81. Karena t hitung dari data pretest dan posttest dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol semuanya lebih kecil dari t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal Lampiran 18 halaman 116-117 dan Lampiran 19 halaman 118-119. Hasil uji kesamaan dua varians, dari data pretest didapatkan F hitung sebesar 1,30 dan F tabel sebesar 1,99. Sedangkan dari data posttest didapatkan F hitung sebesar 1,18 dan F tabel sebesar 1,99. Dari hasil analisis tersebut F hitung F tabel , maka dapat disimpulkan bahwa data pretest dan data posttest dari kedua sampel memiliki varians yang sama Lampiran 20 halaman 120-121. Uji Normalized Gain g pada data kelas eksperimen 0 untuk kriteria tinggi, 50 untuk kriteria sedang dengan jumlah 18 siswa, dan 50 untuk kriteria rendah dengan jumlah 18 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol uji Normalized Gain g menunjukkan bahwa 100 untuk kriteria rendah dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa Lampiran 23 halaman 124-125. Pada kelas eksperimen untuk untuk uji N-Gain tidak ada yang masuk ke dalam kriteria tinggi karena perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berpengaruh rendah terhadap hasil belajar kognitif. Pada kelas kontrol kriteria N-Gain rendah semua karena menggunakan metode ceramah. Tetapi, untuk ketuntasan klasikal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama belum tuntas. Pada kelas eksperimen ketuntasan klasikalnya hanya 11,11 sedangkan kelas kontrol sebesar 0. Pada uji t atau uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan, diperoleh t hitung = 5,051 sedangkan t tabel = 1,995. Karena t hitung t tabel maka H ditolak yang berarti hipotesis alternatif diterima. Jadi, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pengetahuan kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dengan kata lain hasil belajar pengetahuan kelas eksperimen lebik baik daripada kelas kontrol Lampiran 22 halaman 123. Hasil analisis data untuk uji korelasi didapatkan nilai r b sebesar 0,32. Menurut pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi pada Sugiyono 2011, nilai r b sebesar 0,32 berada diantara 0,20-0,40 yang menyatakan hasil koefisien korelasinya rendah. Berdasarkan uji ketuntasan klasikal, kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama dalam kriteria rendah, tetapi kelas eskperimen ketuntasan klasikalnya masih lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal tersebut berarti hubungan antara model pembelajaran inquiry berbantuan media playing card materi indikator asam basa terhadap hasil belajar pemahaman konsep siswa adalah hubungan yang tergolong rendah. Hal ini disebabkan siswa dalam satu kelas memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga tipe belajar mereka juga tidak sama. Kebanyakan orang mampu belajar dengan ketiga tipe visual, auditorial, dan kinestetik, namun hampir semua orang cenderung pada salah satu tipe saja DePorter, 2010. Koefisien korelasi biserial r b yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung koefisien determinasi KD dengan rumus r b 2 x 100. Berdasarkan perhitungan diperoleh koefisien determinasi sebesar 10,24. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry berbantuan media playing card hanya mempengaruhi hasil belajar pemahaman konsep siswa materi indikator asam basa sebesar 10,24 sedangkan 89,76 merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dipengaruhi oleh pembelajaran inquiry berbantuan media playing card. Langkah-langkah inquiry yang pertama adalah identifikasi masalah. Siswa dihadapkan pada masalah mengenai indikator asam basa. Siswa hanya mengetahui bahwa indikator yang biasanya dipakai adalah indikator buatan, guru kemudian memberikan pertanyaan mengenai indikator alam. Langkah selanjutnya adalah siswa membuat hipotesis bahan-bahan alam apa saja yang bisa digunakan sebagai indikator asam basa. Langkah yang ketiga yaitu mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan praktikum. Praktikum pada kelas kontrol dilaksanakan setelah siswa mendapatkan materi dari guru, sedangkan pada kelas eksperimen siswa melakukan eksperimen terlebih dahulu untuk membuktikan hipotesis. Hal inilah yang membedakan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Selain itu, siswa kelas eksperimen merancang sendiri praktikumnya dan dikonsultasikan kepada guru, dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator. Langkah yang keempat adalah menganalisis data. Data yang telah didapat selama praktikum akan dianalisis dan dibahas. Pelaksanaan analisisnya yaitu dengan permainan menggunakan media playing card. Langkah yang kelima yaitu membuat kesimpulan. Analisis data dan kesimpulan yang telah dibuat oleh siswa akan dibahas bersama-sama dan guru akan membetulkan jika ada yang salah, setelah permaianan menggunakan media playing card selesai. Berdasarkan uraian, model pembelajaran inquiry berbantuan media playing card pada materi indikator asam basa berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Pengaruh yang ditimbulkan pada penelitian ini termasuk dalam kriteria rendah karena berbagai faktor yang muncul pada proses pembelajaran di kelas maupun di laboratorium. Sesuai dengan penelitian Penelitian yang dilakukan Rahmawati et al 2012 menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep. Penelitian Malihah 2011, hasilnya adalah mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian Yulianingsih Hadisaputro 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan student centered learning dengan inkuiri terbimbing efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Bilgin 2009 menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki pemahaman konsep asam basa dan sikap positif lebih baik terhadap instruksi inkuiri. Begitu pula penelitian Abdi 2014 menunjukkkan bahwa siswa yang menerapkan pembelajaran inkuiri mencapai nilai lebih tinggi daripada yang menerapkan pembelajaran tradisional.

4.2.3. Hasil Belajar Afektif