3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
ASEAN merupakan kerjasama ekonomi regional yang didirikan dalam rangka meningkatkan perekonomian negara-negara ASEAN dan daya saing
anggota-anggotanya. Pada awalnya, negara-negara ASEAN menyepakati kerjasama Preferential Trading Arrangements PTA, akan tetapi pelaksanaan
kerjasama PTA tersebut menghadapi banyak kendala sehingga proses pelaksanaannya cukup lambat. Akhirnya, negara-negara ASEAN mencari
terobosan baru untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing negara-negara ASEAN dengan menyepakati Common Effective Preferential Tarif-ASEAN Free
Trade Area CEPT-AFTA. ASEAN dipandang sebagai pasar potensial dalam
memproduksi dan menyediakan kebutuhan dalam negeri masing-masing negara. Perdagangan internasional negara-negara ASEAN terus meningkat, khususnya
saat CEPT-AFTA mulai diberlakukan. Hal ini terlihat dari nilai ekspor dan impor yang semakin meningkat di negara-negara intra-ASEAN sepanjang tahun 1999-
2005. Perdagangan tersebut tidak hanya meningkat di negara-negara ASEAN saja tetapi juga di luar negara ASEAN.
Salah satu sektor yang mampu menembus pasar perdagangan intra- ASEAN yaitu sektor industri. Penurunan tarif yang diberlakukan untuk negara-
negara ASEAN sangat mempengaruhi jumlah ekspor dan impor yang dilakukan antar negara anggota ASEAN. Hal ini dikarenakan hambatan yang di hadapi
dalam perdagangan industri sebelum disepakatinya CEPT-AFTA sangat besar, sehingga sektor industri tidak menjadi bagian penting dalam meningkatkan daya
saing negara-negara ASEAN.
Tekstil dan Produk Tekstil TPT merupakan salah satu sub sektor yang penting diperdagangkan dan sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan
perekonomian intra-ASEAN. Kondisi perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil TPT intra-ASEAN dapat terlihat dari bagaimana masing-masing negara ASEAN
tersebut akan melakukan kerjasama ekonomi melalui perdagangan TPT ke negara- negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah dan nilai yang berbeda untuk
setiap negara. Kondisi ini tergantung dari kebijakan masing-masing negara dan kebutuhan negara anggota lainnya terhadap industri TPT di negara-negara
ASEAN. GDP merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perdagangan TPT. Peningkatan GDP mampu untuk meningkatkan ekspor dan
impor suatu negara dan didukung dengan pengurangan hambatan perdagangan ke negara lain. Berdasarkan hal tersebut perlu dianalisis mengenai aliran
perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil TPT intra-ASEAN. Aliran perdagangan TPT intra-ASEAN tersebut akan dianalisis dengan
menggunakan metode kuantitatif gravity model. Dimana variabel tersebut akan dibentuk dari variabel independen yaitu GDP negara asal dan negara tujuan,
populasi, jarak ekonomi antar negara ASEAN, nilai tukar masing-masing negara, tarif dan dummy kesamaan bahasa languages. Data yang digunakan time series
2002-2006 dan data cross section yang berasal dari lima negara ASEAN yang menjadi negara pengekspor terbesar TPT. Karena data yang digunakan berasal
dari data time series dan cross section maka data yang akan diolah berbentuk pooled data
. Data pool tersebut diestimasi dengan Ordinary Least Square OLS untuk melihat sejauh mana variabel-variabel tersebut berpengaruh nyata pada
variabel dependennya yaitu total trade TPT sehingga dapat dirumuskan berbagai
kebijakan untuk meningkatkan kualitas TPT yang akan diekspor maupun di impor.
3.3 Hipotesis