II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa pustaka yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Adapun pustaka tersebut yaitu teori
perdagangan internasional dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan GDP, populasi, jarak dan nilai tukar. Selain itu dalam bab ini juga akan dipaparkan
mengenai organisasi ASEAN dan beberapa penelitian terdahulu tentang tekstil, perdagangan intra-ASEAN dan Gravity Model. Penelitian terdahulu tersebut
dijadikan sebagai bahan referensi penyusunan karya ilmiah ini.
2.1 The Assosiation of Southeast Asian Nations ASEAN
Pada awalnya, ASEAN dibentuk dengan pendirian suatu organisasi yang dikenal dengan Persatuan Asia Tenggara Association of Southeast Asia atau
ASA yang beranggotakan Filipina, Malaysia dan Thailand pada tahun 1961 dimana ASA merupakan asas dari pembentukan ASEAN saat ini. Pada tanggal 8
Agustus 1967, 5 lima wakil Negara Asia Tenggara yaitu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand Adam Malik, Narciso R.
Ramos, Tun Abdul Razak, S. Rajaratnam, dan Thanat Khoman duduk bersama di dewan utama Jabatan Hal Ehwal Luar di Bangkok, Thailand untuk
menandatangani satu dokumen yang saat ini dikenal sebagai Deklarasi Bangkok atau Deklarasi ASEAN.
Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada
tanggal 8 Januari 1984 tepat seminggu setelah memperingati hari
kemerdekannya. Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli
1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk
bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja.
Meskipun begitu, dua tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 30 April 1999.
Pembentukan ASEAN menempatkan beberapa prinsip yang menjadi landasan yaitu hormat terhadap kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas
nasional semua negara, hak untuk setiap negara dalam memimpin kepentingan nasional secara bebas daripada campur tangan luar, subversif atau koersion
coerion, adanya penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan aman, menolak pelaksanaan ketenteraan, dan kerjasama efektif antara anggota.
Tahap-tahap kerjasama ASEAN secara intensif dibicarakan, pertama pada periode KTT ASEAN I-KTT ASEAN III 1976-1980, serta ASEAN Preferential
Trade Arrangement PTA yang diperkenalkan pada tahun 1977 dan inilah yang
menandai adanya komitmen pertama negara-negara ASEAN untuk liberalisasi perdagangan. Kedua, antara KTT ASEAN III sampai KTT ke IV. KTT ASEAN
III tersebut merupakan forum penting di dalam kerjasama ekonomi intra-regional. Lebih lanjut KTT Manila telah memperkuat program-program ekonomi ASEAN
yang telah ada, terutama PTA dan ASEAN Industrial Join Ventures. Tahap ketiga, dimulai sejak KTT ASEAN IV tahun 1992.
Agreement on ASEAN Preferential Trading Arrang ement PTA
merupakan landasan antar negara anggota ASEAN melakukan kerjasama ekonomi ASEAN. Selanjutnya, ASEAN mencari terobosan baru kerjasama ekonomi
ASEAN yang paling cocok akibat lambatnya PTA. Pada tahun 1992, ASEAN menyepakati Kerangka Persetujuan Peningkatan Kerjasama Ekonomi ASEAN
Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation dan pada tahun yang sama juga dibentuk ASEAN Free Trade Area AFTA.
ASEAN Free Trade Area AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan
pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992.
Awalnya, AFTA ditargetkan akan dicapai dalam waktu 15 tahun, kemudian pelaksanaannya dipercepat menjadi tahun 2003, dan akhirnya dipercepat lagi
menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade
Area CEPT-AFTA merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui:
penurunan tarif menjadi 0-5, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan
AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand pada tahun 2010, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Untuk komoditi yang Sensitive List SL dan General Exception List
GE dikeluarkan dari ketentuan CEPT-AFTA, sedangkan untuk barang dagangan yang berasal dari wilayah non ASEAN berlaku tarif normal Most Favoured
Nations –MFN.
2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN