5.2.3 Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil
Pembentukan AFTA ASEAN Free Trade Area antar negara anggota ASEAN menjadi satu pegangan kuat untuk melaksanakan perdagangan yang
berdaya saing. Sehingga masing-masing negara anggota bekerja keras untuk meningkatkan kualitas komoditi masing-masing agar mampu bersaing di pasar
global. Negara Brunei Darussalam melakukan perdagangan ke empat negara
lainnya di ASEAN yang juga menjadi negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil TPT. Perdagangan TPT Brunei Darussalam didominasi terhadap negara
Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan karena ketiga negara tersebut memiliki bahasa yang relatif sama sehingga transaction cost yang harus
dikeluarkan tidak besar, sedangkan untuk negara Indonesia dan Thailand yang memiliki bahasa yang tidak sama dengan Brunei Darussalam akan mengeluarkan
biaya transaksi transaction cost. Perdagangan TPT Brunei Darussalam juga dapat ditingkatkan karena tarif yang ditetapkan adalah 0 persen, sehingga
hambatan perdagangan bukan menjadi masalah dalam perdagangan Brunei. Aliran perdagangan TPT Malaysia didominasi terhadap negara Brunei
Darussalam, Indonesia dan Singapura karena transaction costnya lebih murah. Negara Malaysia sebagai negara kedua yang memiliki GDP tertinggi
dibandingkan keempat negara pengekspor TPT lainnya memiliki perdagangan yang berfluktuatif sepanjang tahun 2002-2006. Perdagangan Malaysia belum
sepenuhnya mampu untuk menembus pasar bebas ASEAN, hal ini disebabkan tarif yang ditetapkan oleh negara Malaysia relatif tinggi dibandingkan keempat
negara ASEAN lainnya yaitu 5 persen. Hal ini berarti masih ada hambatan dalam peningkatan perdagangan TPT Malaysia.
Negara Indonesia sebagai negara berpenduduk yang besar berusaha meningkatkan perdagangan TPT-nya dalam rangka memenuhi kebutuhan
domestik maupun luar negeri. Negara Indonesia melakukan perdagangan dengan negara Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Thailand. Perdagangan TPT
Indonesia didominasi dengan negara Malaysia karena jarak geografis kedua negara relatif dekat dan didukung dengan bahasa yang relatif sama sehingga
mampu mengurangi biaya transaksi transaction cost. Negara Indonesia berusaha menembus pasar bebas ASEAN dengan mengurangi tarif untuk komoditi TPT-
nya pada tahun 2004. Negara Singapura juga melakukan perdagangan dengan keempat negara
pengekspor TPT terbesar di ASEAN. Hambatan perdagangan bukan menjadi masalah dalam perdagangan Singapura karena tarif yang ditetapkan 0 persen.
Posisi Singapura yang strategis meyebabkan perdagangan terus berjalan walaupun TPT yang diperdagangkan hanya transit dan langsung diperdagangkan ke negara
ASEAN lainnya. Perdagangan TPT Thailand ke negara Brunei Darussalam, Malaysia,
Indonesia relatif rendah. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan negara Thailand cukup besar baik dari biaya transportasi maupun biaya transaksinya.
Untuk itu, sebagai cara untuk meningkatkan perdagangannya, negara Thailand menurunkan tarif TPT-nya menjadi 0,9 persen. Akan tetapi, perdagangan
Thailand dengan negara Singapura relatif cukup baik karena brand Singapura memiliki kepercayaan di pasar Thailand.
5.3 Implikasi Kebijakan