Latar Belakang Analisis aliran perdagangan tekstil dan produk tekstil (TPT) Intra-ASEAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN Association of South East Asian Nations merupakan kerjasama regional yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh lima wakil negara yaitu oleh Perdana Menteri Malaysia dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Awalnya, tujuan didirikannya kerjasama regional ini yaitu untuk menyatukan negara-negara anggota dalam memajukan kerjasama ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara. Namun, saat ini pengaturan ekonomi dengan adanya integrasi dalam bidang ekonomi ASEAN lebih difokuskan pada peningkatan daya saing, perbaikan iklim investasi, dan memperkecil kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN. Pada tahun 1992, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN ke IV di Singapura dimana pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk pembentukan AFTA Asean Free Trade Area. AFTA disepakati karena sebelumnya skema perdagangan preferensi antar anggota ASEAN yaitu ASEAN Prefential Trading Arrangement PTA dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan volume perdagangan intra-ASEAN. Pembentukan AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi intra-ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai dalam waktu 15 tahun, dimana implementasinya secara penuh dilakukan pada tahun 2002. Menurut Anisa 2004 semakin lama tingkat kerjasama ASEAN semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan negara-negara di luar ASEAN. Tabel 1 menunjukkan besarnya perkembangan ekspor negara ASEAN ke negara ASEAN dan ke negara lainnya yaitu negara Korea Selatan, China, India, Jepang, EU, Taiwan, USA, Australia dan Hongkong. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan maupun penurunan nilai ekspor ASEAN baik ke sesama negara ASEAN maupun negara lainnya. Namun secara keseluruhan total ekspor ASEAN menunjukkan terjadinya tren yang semakin meningkat dimana dapat dilihat dari nilai ekspor ASEAN pada setiap negara tujuan maupun sesama anggota ASEAN. Peningkatan ini dapat diinterpretasikan bahwa kerjasama ekonomi dan peranan ASEAN semakin meningkat baik di intra-ASEAN maupun perekonomian dunia. Pada tahun 2001 sampai 2005 nilai ekspor ASEAN ke negara ASEAN itu sendiri mengalami peningkatan, yaitu 82.680,7 juta USD tahun 2001, meningkat menjadi 163.862,5 juta USD pada tahun 2005. Data yang terdapat dalam tabel juga memperlihatkan bahwa negara ASEAN lebih banyak mengekspor ke sesama negara ASEAN dibandingkan ke negara lainnya. Tabel 1. Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan ke Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 Juta USD Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 ASEAN 74.903,5 93.380,0 82.680,7 86.706,6 115.601,0 141.116,3 163.862,5 Korea Selatan 10.890,8 14.454,2 14.734,3 15.702,5 16.941,8 19.810,9 24.362,3 China 9.590,8 14.178,9 14.516,0 19.547,5 29.059,9 41.351,8 52.257,5 India 5.760,4 6.446,8 6.211,0 8.418,2 8.452,6 10.939,4 15.048,3 Jepang 37.687,1 50.559,9 48.250,0 44.503,4 53.198,0 67.227,6 72.756,4 EU 5.730,4 62.904,4 56.690,2 54.386,3 58.174,0 73.395,5 78.238,5 Taiwan 8.932,5 10.299,1 8.698,5 18.560,3 15.404,2 17.540,2 8.267,7 USA 70.081,1 73.769,6 62.741,4 61.557,0 69.674,2 80.157,9 92.941,9 Australia 7.863,8 8.893,5 8.511,8 9.583,7 11.962,1 16.197,2 19.645,7 Hongkong 16.885,3 22.067,5 20.329,3 22.360,4 29.007,5 30.268,7 13.868,6 Total 248.325,7 356.953,9 323.363,2 341.325,9 407.475,3 498.005,5 541.249,4 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun diolah Sementara itu, negara ASEAN juga memperlihatkan tren volume impor yang semakin meningkat baik dari sesama negara anggota ASEAN maupun dari negara luar ASEAN. Tabel 2 menunjukkan perkembangan impor ASEAN dari negara ASEAN dan ke negara lainnya. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan volume impor pada tahun 2001-2004 diantara sesama negara anggota ASEAN yaitu pada tahun 2001 sebesar 67.639,6 juta USD, meningkat menjadi 141.030,7 juta USD pada tahun 2005. Adanya nilai aliran ekspor dan impor yang ditujukan ke dan berasal dari sesama negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa kerjasama ekonomi dan perdagangan di negara-negara ASEAN menjadi hal yang penting untuk di kaji. Tabel 2. Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan dari Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 Juta USD Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 ASEAN 57.771,0 73.466,0 67.639,6 73.202,2 91.130,6 119.581,2 141.030,7 Korea Selatan 12.277,9 15.381,1 13.457,5 14.830,7 16.606,3 20.732,9 23.609,5 China 12.331,7 18.137,0 17.399,2 23.212,2 30.517,0 47.714,2 61.136,0 India 2.193,9 3.209,6 3.672,1 3.696,4 4.069,8 6.729,8 7.952,3 Jepang 51.466,0 65.630,8 53.258,5 53.083,7 60.202,6 76.035,4 81.077,9 EU 34.711,9 39.093,2 39.681,6 40.041,8 40.155,1 54.149,2 58.221,4 Taiwan 7.429,3 8.660,6 6.905,9 12.683,7 13.567,4 19.759,0 11.532,9 USA 45.990,9 48.448,0 45.618,8 43.397,4 48.211,5 55.706,9 60.976,4 Australia 6.093,4 8.695,4 9.500,2 7.234,7 7.235,2 9.148,5 11.593,0 Hongkong 7.082,8 8.419,3 7.258,7 8.236,9 8.482,3 9.007,2 5.590,3 Total 237.348,8 289.141 264.392,1 279.619, 320.177,8 418.564,3 462.720,4 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun diolah Salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus dalam pelaksanaan kerjasama regional asosiasi tersebut yaitu sektor industri. Sektor industri mampu membuka peluang untuk meningkatkan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN. Tabel 3 menunjukkan share tiga sektor utama perekonomian terhadap GDP negara-negara ASEAN pada tahun 2005 dimana salah satu sektor tersebut adalah sektor industri. Pada tabel tersebut dapat dilihat share sektor industri terbesar yaitu Brunei Darussalam sebesar 71,6 yang artinya dari total share perekonomian Brunei Darussalam, sektor industri mampu meningkatkan PDB sebesar 71,6 persen, Indonesia sebesar 44 persen, Thailand sebesar 47,0 persen, Kamboja 30,6 persen, dan Vietnam 40,2 persen. Kondisi tersebut memicu negara-negara ASEAN terus berusaha untuk mengembangkan sektor industri negara masing-masing. Tabel 3. Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2005 2005 Negara Agriculture Industry Services Brunei Darussalam 0,9 71,6 27,5 Kamboja 33,1 30,6 36,5 Indonesia 14,5 44,0 41,5 Laos 45,0 29,5 25,5 Malaysia 7,7 42,0 50,3 Myanmar 0 Filipina 18,9 33,2 47,9 Singapura 0,1 32,9 67,0 Thailand 8,9 47,0 44,1 Vietnam 19,6 40,2 40,3 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook Negara-negara ASEAN dalam memproduksi dan mengkonsumsi produk- produk sektor industri berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari jumlah produksi, jumlah konsumsi, kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi dan kemampuan daya saing masing-masing negara yang berbeda-beda. Ada negara yang mampu menguasai pangsa pasar industri sehingga dalam menyuplai produk industri relatif cepat dan ada pula negara yang tidak mampu untuk mengikuti persaingan dipasar global. Tekstil dan Produk Tekstil TPT merupakan salah satu subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4 dimana Tekstil dan Produk Tekstil TPT masuk ke dalam sepuluh besar komoditi ekspor terbaik di ASEAN pada tahun 2004. Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil TPT mampu memberikan value sebesar 9.462,1 juta USD dengan share 1,7 persen. Tabel 4. ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS Code in 2004 HS Komoditi Value Share 85 Barang-barang elektronik, peralatan dan perlengkapan sound dan televisi 170.001,9 29,9 84 Reaksi nuklir, mesin dan bagian-bagian didalamnya. 93.832,0 18,5 27 Mineral fuels and mineral oils 66.335,4 11,7 29 Kimia organik 17.892,4 3,1 39 Bahan-bahan plastik 15.283,7 2,7 40 Kayu dan bagian-bagiannya 13.128,0 2,3 15 Minyak ikan dan sayuran 12.117,8 2,1 90 Lensa, fotograpy dan cinematography 11.682,5 2,1 87 Vehicles, parts and acessories 11.640,8 2,0 61 Tekstil dan Produk Tekstil 9.462,1 1,7 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, Value dalam Million USD, Share dalam persen Dengan adanya pengurangan tarif menjadi 0-5 untuk Tekstil dan Produk Tekstil TPT sebagai akibat pemberlakuan kerjasama regional AFTA, maka perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada sub sektor industri tersebut. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan semakin besarnya ekspor Tekstil dan Produk Tekstil TPT pada masing-masing negara sehingga menjamin peningkatan investasi masing-masing negara ASEAN. Tidak semua negara-negara ASEAN menjadi negara yang memiliki daya saing yang kuat dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil TPT. Indonesia, Thailand, dan Malaysia merupakan negara yang memiliki daya saing ekonomi khususnya dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil TPT. Hal ini tergantung dari kemampuan negara tersebut untuk memperbaiki kualitas faktor- faktor produksinya dan daya saing tekstil di pasar perdagangan yang menjadi dasar kepercayaan negara lain untuk turut dalam perdagangan ASEAN.

1.2 Perumusan Masalah