45 staf; para guru bertanggung jawab dan berperan dalam perencanaan;
kesempatan-kesempatan peserta didik untuk berperanserta dan bertanggung jawab; dan peran serta dewan sekolah dalam seleksi staf senior. Dengan
berpijak pada konsep Total Quality Management TQM sebagai metode dan filosofi kegiatan pengelolaan yang megupayakan kesadaran akan pelaksanaan
fungsi dan tugas secara berkualitas harus berlangsung secara terus-menerus dan berkelanjutan continuos quality improvement Aan Komariah dan Cepi
Triatna, 2010: 31. Mada Sutapa 2007: 10 mendefinisikan pengembangan efektifitas
organisasi sekolah melalui berbagai tahapan dalam main steps of shcool effectivemess development proess yaitu 1 orientasi masyarakat sekolah pada
proses; 2 mengkondisikan evaluasi diri sekolah dengan alat instrument; 3 mengidentifikasi, menyimpulkan dan menganalisis data; 4 identifikasi
kebutuhan pengebangan prioritas sekolah; 5 menyiapkan rencana program pengembangan sekolah; 6 implementasi rencanan program pengembangan
sekolah dan monitor kemajuan; 7 evaluasi rencanan program sekolah; 8 komunikasi dampak program pengembangan sekolah kepada masyarakat; 9
rencana dan tindakan selanjutnya dari evaluasi rencana pengembangan sekolah; 10 evaluasi selanjutnya kembali pada proses semula dengan
orientasi sekolah pada proses. Selain itu, Cepi Triatna 2015: 90 mengemukakan tujuan pokok pengembangan sekolah adalah meningkatkan
kinerja organisasi sekolah dan kemampuannya untuk beradaptasi dalam perubahan yang menyertai organisasi sekolah.
46 Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
menandai suatu instansi yang bermutu perlu pembuktian melalui produk yang dihasilkannya. Pembuktian terhadap pendidikan bukanlah hal yang mudah
karena sifatnya yang intangible maka perlu adanya jaminan terhadap kualitas pendidikan. Dengan demikian, berbicara pengembangan sekolah yang efektif
tidak dapat dipisahkan dengan mutu sekolah. Mutu sekolah merupakan semua komponen yang ada dalam sistem pendidikan, artinya efektifitas sekolah
tidak hanya dinilai dari hasil semata, tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bermutu.
7. Sistem Kredit Semester
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester SKS pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat ini merupakan susatu upaya
inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan perwujudan dari amanat Pasal 12 Ayat 1 UU No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi ”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak, antara lain: b mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; dan f menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Amanat dari pasal tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi. Sebagaimana diketahui bahwa Standar Isi
47 merupakan salah satu standar dari delapan Standar Nasional Pendidikan.
Standar Isi mengatur beban belajar terdiri atas dua macam, yaitu: 1 Sistem Paket, dan 2 Sistem Kredit Semester. Meskipun SKS sudah disebut dalam
Standar Isi, namun hal itu belum dimuat dan diuraikan secara rinci karena Standar Isi hanya mengatur Sistem Paket.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP Beban belajar dengan Sistem Paket hanya memberikan satu kemungkinan, yaitu seluruh
peserta didik wajib menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan program belajarnya. Implikasi dari hal tersebut yaitu antara lain bahwa
peserta didik yang pandai akan dipaksa untuk mengikuti peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar standar. Sistem
pembelajaran semacam itu dianggap kurang memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi peserta didik yang mencakup
kemampuan, bakat, dan minat. Sedangkan sistem SKS memberikan kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Melalui sistem SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk
menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan. SKS dalam Standar Isi diartikan
sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap
semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester sks. Beban
48 belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam
penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak tersruktur. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan Menengah pada Pasal
1 Ayat 2 “Sistem Kredit Semester adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya
menentukan jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuankecepatan belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Kredit
Semester merupakan sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang
diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester sks. Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Arifian Dwi Cahyanto dalam penelitiannya yang berjudul Peran Komite
Sekolah Dalam Menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi di SMA Negeri 1 Sanden. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif kualitatif. Subjek
49 penelitian ini adalah Kepala sekolah, pengurus Komite Sekolah, dan orang
tua siswa. Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi
sumber. Analisis data menggunakan analisis model interaktif Hubberman Milles, yaitu melalui tiga tahapan analisis reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa: 1 peran Komite Sekolah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di SMA Negeri
1 Sanden, secara keseluruhan sudah berjalan. Walaupun masih ada tugas pokok dan fungsi Komite Sekolah yang belum optimal. Peran Komite
Sekolah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berperan sebagai berikut; a badan pertimbangan diwujudkan dengan memberikan pertimbangan
berupa masukan, saran, dan pendapat dalam perumusan program pembangunan sekolah dan perencanaan penambahan fasilitas sekolah. b
sebagai badan pendukung peran Komite Sekolah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yaitu memberikan dukungan berupa pendanaan,
penggalangan dana, support dan motivasi kepada sekolah. c peran Komite Sekolah sebagai badan pengontrol dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
yaitu dengan mencermati setiap laporan yang diberikan kepada sekolah, dan melakukan pengawasan secara langsung kelapangan. d peran Komite
Sekolah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai badan penghubung terlihat ketika rapat pleno. Hambatan yang dihadapi Komite
Sekolah dalam peran Komite Sekolah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di SMA Negeri 1 Sanden yaitu belum ada fasilitas penunjang bagi