Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas

22 keinginannya dengan penjelasan yang panjang, banyak alasan, tersimpan kebohongan, dan meminta maaf dalam respon mereka. Berdasarkan para pendapat ahli yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri atau karakteristik individu yang berperilaku asertif yaitu dalam hubungan sosial ia akan menempatkandirinya agar tetap merasa nyaman dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, dirasakan dan kebutuhannya dengan berkata apa adanya dan tidak ada kebohongan. Selain itu juga orang yang asertif akan bertanggung jawab atas pilihannya dan mempertahankannya serta tidak berperilaku agresif dengan orang lain. Peneliti juga setuju dengan pendapat Napoli Tebbs yang bahwa ciri-ciri orang yang berperilaku asertif akan menjunjung harga diri dan menghargai orang lain.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas

Asertivitas atau perilaku asertivitas tentunya tidak ada dalam diri individu sejak dia lahir. Asertivitas terbentuk melalui proses dan beberapa faktor. Beberapa ahli faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif, yaitu: a. Jenis kelamin Rakos 1991: 71 dan Alberti dan Emmons 2002: 14- 15 mengungkapkan hal yang sama bahwa faktor jenis kelamin lebih dipengaruhi oleh stereotyp masyarakat yang menganggap bahwa watak anak perempuan lebih pasif, manis, dan pasrah. Pada umumnya laki-laki cenderung lebih asertif dari pada 23 perempuan. Hal ini terjadi karena sejak kecil anak laki-laki ada tuntutan dari masyarakat, yaitu dibiasakan untuk tegas dan kompetitif. b. Usia Usia merupakan salah satu faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada saat anak lahir perilaku asertif belum terbentuk, namun pada masa remaja dan dewasa perilaku asertif berkembang.Berbeda dengan hal tersebut, pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunan asertivitas. Perkembangan pola asertif pada anak belum terbentuk dikarenakan pada perkembangan pola pikir dipengaruhi adanya cara pengasuhan dan contoh sikap yang diperoleh sang anak dari model. Anak melakukan modelling terhadap sikap-sikap orang tuanya, sedangkan pada masa remaja dan dewasa perilaku asertif mulai berkembang. Hal ini tidak lepas dari perkembangan remaja yang sudah berada pada tahap pemikiran yang dapat membedakan baik dan buruk untuk dirinya yang ditanamkan sejak anak kecil Santosa, 1999: 84. c. Harga diri Self-esteem Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekhawatiran sosial yang rendah, sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri. 24 d. Kebudayaan Rakos 1991: 13 memandang bahwa kebudayaan mempunyai peran yang besar dalam bentuk perilaku asertif.Hal ini berhubungan dengan norma-norma yang ada, seperti halnya budaya barat yang menjunjung tinggi asas kebebasan menyatakan pendapat. Hal yang sangat kontras terjadi pada budaya timur yang juga menjunjung tinggi kebebasan berpendapat namun tidak sepenuhnya melupakan asas kesopanan dalam bergaul. e. Tipe kepribadian Dalam situasi yang sama, tidak semua individu akan memberikan respon yang sama terhadap suatu stimulus. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Tipe kepribadian tertentu akan membuat tingkah laku seseorang berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian lain. Seseorang dengan tipe kepribadian ekstrovet atau terbuka dimungkinkan akan lebih mudah untuk berperilaku apa adanya kepada orang lain atau berperilaku asertif dibandingkan dengan orang yang kepribadian introvet atau tertutup. Dengan begitu, tipe kepribadian juga mampu mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berperilaku asertif Rathus dan Nevid ; M. C Novianti dan Awaluddin T, 2008: 7. 25 f. Kematangan Emosi Individu yang matang emosinya dapat memiliki kepercayaan diri dan berani tampil dengan keyakinan diri. Ia berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak populer, bersedia berkorban demi kebenaran, tegas serta mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan Goleman, 2001: 107. g. Keluarga Perilaku asertif dipengaruhi oleh keluarga, terutama pola asuh orang tua atau kontrol ketat dari orang tuaRakos, 1991: 179; Alberti dan Emmons, 2002: 20; Sunardi, 2010: 2. Dalam perkembangan pola asuh, dikenal tiga macam pola asuh, yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menyatakan pendapat dan bertindak. Pola asuh yang otoriter akan cenderung menghasilkan anak yang sulit mengemukakan pendapatnya sendiri akibat dari tekanan pola pemikiran yang diberikan oleh orang tuanya sejak kecil. Sebaliknya pola asuh yang permisif cenderung menghasilkan anak yang tidak begitu mempedulikan aspirasi sendiri dan orang lain sehingga cenderung cuek, sedangkan pola asuh demokratis akan menghasilkan ciri khas anak yang mampu mengemukakan pendapatnya dengan bijak 26 tanpa mengabaikan pendapat-pendapat lain yang diterimanya dari luar Santosa, 1999: 85-86. h. Kemampuan komunikasi Individu yang memiliki kemampuan komunikasi dalam kategori baik akan mampu memahami apa yang dimaksud orang lain melalui kata.Dengan kemampuan tersebut, ia akan dapat mengekspresikan perilaku asertif dengan bebas dan langsung Rakos, 1991: 18. Berdasarkan paparan dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu atau yang dimiliki individu internal dan faktor yang berasal dari luar individu eksternal. Faktor internal tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, harga diri, tipe kepribadian, kematangan emosi, dan kemampuan komunikasi.Sementara, faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku asertif seseorang diantaranya;kebudayaan, status ekonomi dan sosial, situasi tertentu lingkungan sekitar, pola asuh dari keluarga.

5. Manfaat Bersikap Asertif