10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kesalahan bentuk bahasa Indonesia adalah gangguan berbahasa gagap. Bila berbicara tentang gagap terbayang akan masalah kelancaran dalam
pertuturan. Gangguan berbahasa jenis gagap ini merupakan bagian dari kecacatan komunikasi yang memang menjadi satu fenomena dalam kehidupan manusia.
Gagap merupakan gangguan berbicara dengan indikasi tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat. Kelainan ini dapat berupa kehilangan ide untuk
mengeluarkan kata-kata, pengulangan beberapa suku kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu, sampai dengan ketidakmampuan
mengeluarkan kata-kata sama sekali. Kajian gangguan gagap ini merupakan satu disiplin pada bagian gangguan komunikasi manusia atau bidang patologi bahasa
yaitu seseorang yang mengalami masalah dalam berkomunikasi. Shames dan Wig dalam Rahim 2004: 17. Dia juga mengategorikan empat jenis kecacatan utama
dalam komunikasi, yaitu: 1. gangguan yang melibatkan alat-alat artikulatoris,
2. gangguan yang melibatkan suara, 3. gangguan yang melibatkan kelancaran pertuturan, dan
4. kecacatan bahasa. Gangguan pertuturan terhadap masalah artikulatoris, kegagapan, dan
masalah suara yang melibatkan kesukaran mengeluarkan kombinasi bunyi bahasa
Universitas Sumatera Utara
11 yang benar seperti terjadinya perubahan atau pergantian fonem. Wujud kegagapan
yang menganggu kelancaran dan ritma pertuturan karena kehadiran jeda, pengulangan kata, dan pemanjangan bunyi. Kegagapan dapat mengganggu
komunikasi, karena terjadi keabnormalan dalam penghasilan pertuturan. Asmah Omar 1971: 484 menyatakan linguistik dapat diarahkan kepada
berbagai-bagai tujuan sebagai ilmu bantu untuk ilmu-ilmu lain sebagai salah satu alat dalam menyembuhkan penyakit afasia dan penyakit-penyakit pertuturan
lainnya, dan alat dalam menyembuhkan gangguan berbahasa gagap. Gagap dapat terjadi pada saat otak tidak mampu mengirim dan menerima
pesan dengan cara normal. Serangan gagap ini biasanya terjadi pada anak-anak berusia dua sampai tujuh tahun yang masih belajar berbicara, namun biasanya
hilang seiring dengan perkembangan otak yang makin sempurna, tetapi kegagapan ini dapat berlanjut dan semakin buruk, kondisi ini disebut dengan kegagapan yang
berkembang developmental stuttering sehingga penyakit gagap ini bisa terbawa hingga umur lebih dewasa. Gagap dapat dibedakan antara gagap normal dan
gagap penyakit. Gagap normal terbagi atas 1 gagap karena gugup, 2 gagap dalam proses membesar, dan 3 gagap yang dibuat-buat. Dalam penyakit gagap
ini dapat dilihat dari bidang fonologi. Secara fonologi, penguasaan suatu bahasa dimulai dari otak lalu
dilanjutkan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem saraf otak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa berbahasa adalah seseorang yang
normal fungsi otak dan alat bicaranya baik, tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu
Universitas Sumatera Utara
12 memiliki kesulitan dalam berbahasa, dengan kata lain kemampuan berbahasanya
terganggu. Penyebab adanya kesulitan dalam berkomunikasi disebut dengan
gangguan berbahasa. Gangguan berbahasa dapat disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada alat artikulasi, dan bisa juga karena terjadinya kerusakan pada
otak. Menurut Chaer 2009: 161 gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas empat golongan yaitu 1 gangguan berbicara, 2 gangguan berbahasa, 3
gangguan berpikir, dan 4 gangguan lingkungan sosial. Hal mengenai penderita gagap berpengaruh kepada psikolinguistik kognitif.
Psikolinguistik kognitif adalah penggabungan antara dua kata “psikologi” dan “linguistik”. Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis yang dapat
manusia dapatkan, menggunakan dan memahami bahasa yang bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi.
Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang dapat menghasilkan kalimat yang memunyai arti dan benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur
tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat dapat dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainnya. Hal tersebut berhubungan dengan fonologi karena
setiap pemikiran akan diungkapan melalui bahasa dan bahasa tersebut berpengaruh kepada fonologi.
Pengaruh studi lingustik terhadap gangguan berbahasa gagap dapat dilihat dari bidang kajian fonologi khususnya dalam materi pembelajaran fonetik
artikulatoris, seperti yang dikemukakan di atas bahwa penderita gangguan berbahasa gagap terdiri dari dua jenis yakni gagap normal dan gagap penyakit.
Universitas Sumatera Utara
13 Gejala kebahasaan tersebut menjadi latar belakang penulis mengangkat judul
tentang Gangguan Berbahasa Gagap pada Anak Usia Dua Belas sampai Delapan Belas Tahun di Kecamatan Medan Helvetia.
1.2 Rumusan Masalah