1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK akhir-akhir ini telah mengalami kemajuan yang pesat dan berdampak pada meningkatnya
kebutuhan sektor industri terhadap tenaga kerja yang berkualitas. Keberadaan SDM yang berkualitas sangat dibutuhkan industri guna
mengimbangi pelaksanaan berbagai divisi kerja yang melibatkan penggunaan alat modern. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mencetak tenaga ahli berkualitas adalah melalui Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
2003: 49 menjelaskan bahwa, “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu”, merujuk undang-undang tersebut dapat diartikan bahwa SMK merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang bertujuan
mencetak calon tenaga ahli profesional dalam bidang keahlian tertentu. Pertumbuhan SMK di Indonesia pada saat ini telah mengalami
perkembangan yang signifikan, hal ini bisa dibuktikan dengan bertambahnya sekolah kejuruan yang jumlahnya mencapai 10.957 SMK pada tahun 2013
seperti yang dilansir oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan dalam situs http:datapokok.ditpsmk.net. Keterangan Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan mengenai jumlah SMK tersebut menunjukkan bahwa keberadaan SMK sudah tersebar di berbagai wilayah tanah air,
termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah SMK di propinsi DIY sangat banyak, salah satunya adalah SMK 1 Sedayu yang berlokasi di Bantul. SMK
2 1 Sedayu yang berlokasi di Bantul merupakan sekolah kejuruan negeri yang
memiliki lima program keahlian jurusan yang ditawarkan, yaitu TITL Teknik Istalasi Tenaga Listrik, TKR Teknik Kendaraan Ringan, TGB Teknik
Gambar Bangunan, TP Teknik Pengelasan, dan TKJ Teknik Komputer dan Jaringan. Seluruh program keahlian tersebut telah disesuaikan dengan
standar kompetensi yang dibutuhkan tempat kerja, dengan demikian siswa dapat memilih program keahlian sesuai dengan minat dan bakat masing-
masing sebagai bekal keterampilan ketika terjun di dunia kerja. Salah satu program keahlian yang banyak diminati adalah Teknik Instalasi Tenaga Listrik
TITL, dalam program keahlian ini para siswa dididik mengenai ilmu-ilmu kelistrikan dan berbagai penerapannya agar menjadi lulusan yang
berkompeten dalam bidang kelistrikan. Mata pelajaran dalam program keahlian TITL terbagi atas tiga kelompok
yaitu normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif merupakan mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap seperti agama, bahasa Indonesia,
dan kewarganegaraan. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran matematika, IPA, IPS, dan sejenisnya. Kelompok produktif terdiri atas mata
pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan seperti menganalisis
rangkaian listrik
dan Kompetensi
Kejuruan seperti
mengoperasikan Programmable Logic Controller PLC. Mata pelajaran produktif yang diberikan pada siswa jurusan TITL cukup banyak, salah
satunya adalah Programmable Logic Controller PLC. Mata pelajaran PLC tersebut terdiri dari dua standar kompetensi yang diajarkan dalam dua
semester, standar kompetensi mengoperasikan PLC diajarkan pada semester lima sedangkan standar kompetensi merakit PLC untuk keperluan
3 industri diajarkan pada semester enam. Kompetensi mengoperasikan PLC
tersebut sangat penting dikuasai siswa yang hendak terjun di industri, hal ini dikarenakan banyak aplikasi dunia industri yang pengerjaannya di kontrol
menggunakan PLC. Keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi mengoperasikan PLC dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah
efektifitas pembelajaran. Pembelajaran yang baik akan mampu menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang ada sehingga berdampak pada
peningkatan kompetensi, sedangkan pembelajaran yang kurang baik mengakibatkan potensi siswa menjadi tidak berkembang sehingga berakibat
pada penurunan kompetensi. Sehubungan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti, ditemukan
fakta bahwa pembelajaran mata pelajaran mengoperasikan PLC di SMK 1 Sedayu belum menerapkan variasi model pembelajaran dan penggunaan
media pembelajaran aplikatif. Metode yang sering diterapkan guru dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah, sedangkan media
pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada penggunaan PLC dan lampu bohlam untuk tujuan simulasi. Penggunaan metode ceramah membuat
siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran karena komunikasi hanya terjadi satu arah, sedangkan media simulasi lampu bohlam dinilai kurang
dapat menggambarkan peran PLC sebagai unit kontrol di industri. Kondisi belajar dengan pola seperti ini dinilai kurang efektif, oleh karenanya perlu
adanya perbaikan proses pembelajaran melalui penggunaan variasi model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat agar tujuan kompetensi
dapat dicapai dan mengalami peningkatan.
4 Model pembelajaran yang tepat perlu dipilih dan dipertimbangkan
seorang guru sebelum memulai pelajaran. Pemilihan model pembelajaran tersebut harus mempertimbangkan aspek keaktifan siswa, efektifitas
pembelajaran serta kemenarikan proses pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar,
salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif teknik Student Team Achievement Divisions STAD. Pelaksanaan model pembelajaran ini
dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan bahan belajar secara kolaboratif, dengan demikian secara tak
langsung akan terjadi diskusi kelas sebagai indikasi keaktifan siswa dalam proses belajar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik STAD
dalam proses belajar dimaksudkan untuk memperoleh kondisi belajar yang baru dan lebih menarik sehingga siswa dapat belajar lebih optimal, efektif,
dan kondusif. Peningkatan kompetensi mengoperasikan PLC melalui penggunaan
model pembelajaran kooperatif perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran difungsikan
sebagai alat bantu belajar agar materi yang disampaikan guru lebih mudah diserap dan dimengerti siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan pada standar kompetensi mengoperasikan PLC adalah Liquid Actuator Arm Robot LAAR. LAAR merupakan lengan robot pemindah
barang berbasis PLC yang dilengkapi dengan sensor warna. Penggunaan media lengan robot tersebut bertujuan agar siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran sehingga proses kegiatan belajar mengajar KBM menjadi lebih kondusif. Kegiatan belajar mengajar yang kondusif
5 memungkinkan siswa dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang
disampaikan secara utuh, dengan demikian kompetensi siswa pada standar kompetensi mengoperasikan PLC diharapkan mengalami peningkatan.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut peneliti memilki gagasan untuk memadukan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan media
pembelajaran Liquid Actuator Arm Robot LAAR untuk meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran Programmable Logic Controller PLC pada
standar kompetensi mengoperasikan PLC.
B. Identifikasi Masalah