Penanaman Kegiatan Budidaya Hutan

5.1.3 Penanaman

Responden Bojong Koneng dan Karang Tengah melakukan penanaman di bulan penghujan. Hal ini sesuai dengan pedoman pembuatan tanaman pinus untuk Perum Perhutani 1974 dalam bab VI tentang jenis tanaman lain-lain. Penanaman dilakukan pada waktu telah banyak hujan dan merata, yaitu dari bulan November, selambat-lambatnya Januari, menurut keadaan iklim setempat. Jalur tanam dibuat dengan tujuan agar tanaman yang akan ditanam tersusun rapi. Jalur tanam di Desa Bojong Koneng berukuran ± 1,5 meter sedangkan jalur tanam di Desa Karang Tengah berukuran ± 2 meter. Perbedaan tersebut tidak didasarkan alasan khusus, hal ini dikarenakan ukuran jalur tanam dibuat hanya sebatas perkiraan tanpa menggunakan alat ukur. Di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, pinus Pinus merkusii ditanam dengan jarak 3 m x 3 m. Jarak tanam tersebut dianggap baik untuk pertumbuhan pinus karena pinus berbatang lurus dan tidak memiliki banyak cabang sedangkan mahoni Swietenia macrophylla ditanam dengan jarak 5 m x 5 m. Jarak tanam tersebut dianggap baik oleh responden Bojong Koneng. Menurut responden, jarak tanam 5 m x 5 m membuat cahaya matahari tidak terhalang dahan untuk menembus tanah. Menurut responden Desa Karang Tengah, mahoni sebaiknya ditanam dengan jarak 5 m x 6 m. Hal ini dikarenakan jika tanaman sudah besar, maka akan dahan mahoni yang rimbun dapat menghambat cahaya matahari untuk menembus tanah. Tanaman buah-buahan ditanam diantara tanaman pokok dengan jarak 2,5 m x 2,5 m. Jarak tanam ini sudah baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman buah-buah yang ditanam tidak memiliki dahan yang terlalu rimbun jika pohon telah tumbuh besar. Kegiatan penanaman yang dilakukan masyarakat Bojong Koneng dan Karang Tengah dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7 Kegiatan penanaman yang dilakukan responden Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah Nama Kegiatan Bojong Koneng Karang Tengah Baik BurukJelek Baik BurukJelek Pembuatan Jalur Tanam Jalur tanam rapi dengan lebar 1,5 m Jalur tanam tidak rapi Jalur tanam rapi dengan lebar 2 m Jalur tanam tidak rapi Penentuan Jarak Tanam Jarak tanam pinus 3 x 3 m Jarak tanam pinus 3 x 3 m Jarak 3 x 3 m dan 3 x 3 m Jarak tanam mahoni 5 x 5 m Jarak tanam 5 x 5 m Jarak tanam mahoni 5 x 6 m Jarak tanam 5 x 5 m Jarak tanam buah-buahan 2,5 x 2,5 m Jarak tanam tanaman buah- buahan 2,5 x 2,5 m Jarak tanam 2,5 x 2,5 m Pemasangan Ajir Ajir dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan. Ajir tidak dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan. Ajir dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan. Ajir tidak dipasang tepat pada jarak tanam yang telah ditentukan. Pembuatan Lubang Tanam Ukuran lubang tanam 20 x 20 cm dengan kedalaman ± 20 cm atau 40 x 40 cm dengan kedalaman ± 40 cm Ukuran lubang tidak menyesuaikan dengan ukuran bibit Ukuran lubang tanam 20 x 20 cm dengan kedalaman ± 20 cm atau 40 x 40 cm dengan kedalaman ± 40 cm Ukuran lubang tanam tidak menyesuaikan dengan ukuran bibit Penanaman Dilakukan di musim atau bulan-bulan penghujan Dilakukan di musim atau bulan-bulan kemarau. Dilakukan di musim atau bulan-bulan penghujan Dilakukan di musim atau bulan-bulan kemarau. Berdasarkan pedoman pembuatan tanaman pinus untuk Perum Perhutani 1974, tanaman pinus ditanam dengan jarak 3 m x 3 m atau 3 m x 2 m. Jarak tanam 3 m x 3 m diterapkan dengan penjelasan: 1. Antara larikan dengan larikan 3 meter. 2. Antara tanaman pokok dalam larikan 3 meter. 3. Tanaman pengisi ditanam di antara tanaman pokok dalam larikan. 4. Di antara larikan tanaman pokok ditanam tanaman sela. Jarak tanam 3 m x 2 m diterapkan dengan penjelasan: 1. Keadaan konfigurasi lapangan adalah sedemikian, sehingga bidang tanaman yang produktif untuk penanaman pinus menjadi terlalu sempit. 2. Pengadaan bijibibit pohon pengisi sangat sukar. Berdasarkan pedoman di atas, diketahui jarak tanam pinus yang digunakan responden Bojong Koneng dan Karang Tengah telah sesuai dengan pedoman dan telah sesuai dengan pengetahuan masyarakat sedangkan untuk jarak tanaman mahoni, ditemukan perbedaan jarak tanam yang sebaiknya digunakan. Responden Bojong Koneng mengungkapkan bahwa jarak tanam 5 m x 5 m sudah cukup baik untuk tanaman mahoni sedangkan responden Karang Tengah mengungkapkan bahwa jarak tanam 5 m x 6 m yang lebih baik untuk tanaman mahoni. Tanaman mahoni sendiri sebaiknya ditanam dengan jarak 2 m x 1 m panah tanah kurang subur dan ditanam dengan jarak 3 m x 1 m atau 3 m x 2 m pada tanah yang subur. Tanaman mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai. Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung tidak ternaungi sehingga sebaiknya jarak tanam mahoni disesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman. Berdasarkan pedoman pembuatan tanaman pinus dan mahoni untuk Perum Perhutani 1974, pengangkutan bibit ke area tanam harus dilakukan dengan hati- hati dan seaman mungkin. Apabila pengangkutan tidak hati-hati maka kerusakan bibit membawa kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, jumlah bibit yang diangkut disesuaikan dengan jarak yang ditempuh untuk mengangkut bibit ke area tanam dan kemampuan menanam regu tanam. Hal ini untuk menghindari penumpukan bibit di lapangan. Bibit pinus yang tiba di lapangan harus segera di tanam dengan cara: 1. Dikerjakan pada sore hari. 2. Lubang tanam dengan ukuran 30 cm. 3. Menempatkan bibit pada tanah asal dan ditutup secara baik. 4. Akar jangan sampai membengkok. Ukuran lubang tanam yang dibuat di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah tidak sama dengan ukuran lubang tanam yang tertera dalam pedoman. Menurut pedoman, ukuran lubang tanam adalah 30 cm x 30 cm dengan kedalaman ± 30 cm. Lubang tanam yang dibuat responden berukuran 20 cm x 20 cm dengan kedalaman ± 20 cm serta dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman ± 40 cm atau disesuaikan dengan ukuran bibit yang akan ditanam. Akan tetapi, ukuran lubang tanam yang dibuat responden sesuai dengan ukuran lubang tanam yang diungkapkan oleh Indriyanto 2008, di mana lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 x cm x 40 x cm panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan dalam 40 cm atau bergantung pada cara penanamannya. Lubang tanam jangan terlalu dalam dan jangan terlalu dangkal.

5.1.4 Pemeliharaan

Dokumen yang terkait

Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

3 56 77

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Di Suaka Margasatwa Dolok Surungan Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah, Kabupaten Toba Samosir)

13 102 74

MAKNA SUNGAI BAGI MASYARAKAT DI SEKITARALIRAN SUNGAI(Studi Tentang Interaksi Sosial Masyarakat di Sekitar Aliran Sungai Babakan Desa Tegal Gondo Dusun Gondang Kecamatan Karang Ploso Malang)

0 5 2

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Unit II Di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

0 5 7

Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2 10 141

Makna dan fungsi sanggah dalam agama Hindu : studi kasus dalam masyarakat Hindu Jawa

0 9 67

Strategi humas dan protokol sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat Jawa Barat

0 2 1

Partisipasi Kelompok Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur

6 41 55

Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

0 3 14