Perumusan Strategi Pembinaan Akhlak Muslimah
konsentrasi terhadap masalah ketahanan keluarga dan pembelaan kepentingan kaum muslimah. BMOIWI dengan semangat gerakannya sebagai organisasi
muslimah mengusung visi besar terwujudnya ukhuwah Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah di tingkat nasional , regional,
maupun internasional.
3
Maka dapat dipahami bahwa pada asas filosofis yang diterapkan oleh BMOIWI adalah dalam proses awal pelaksanaan yaitu memperkenalkan tujuan-
tujuan terlebih dahulu agar dapat menjadi acuan bagi seluruh pengurus BMOIWI. Asas filosofis adalah asas yang membicarakan masalah yang erat hubungan
nya dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karenanya penulis dapat menganalisis dari hasil data diatas bahwa asas filosofis yang diterapkan oleh
BMOIWI bertujuan untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah serta pentingnya menjalin
hubungan yang harmonis sesama pengurus BMOIWI dan mad’u.
Kemudian yang kedua adalah asas sosiologis. Dalam asas sosiologis, ketua presidium BMOIWI selalu melakukan interaksi atau melakukan pendekatan
secara langsung kepada seluruh pengurus BMOIWI. Di BMOIWI ini tidak memandang atasan atau bawahan, ketua atau anggota, semua sama untuk
menciptakan ukhuwah Islamiyah. Kepada para mad’u nya pun selalu ramah dan berinteraksi dengan baik agar tujuan berdakwahnya dapat tercapai. Jika ada
3
Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah Ketua Presidium BMOIWI, Jakarta, 28 Oktober 2013
muslimah yang mendapati masalah bisa dikonsultasikan secara pribadi dengan BMOIWI dan di carikan solusi yang terbaik menurut ajaran Islam.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan asas sosiologis cara yang sering dipakai oleh BMOIWI ialah dengan berinteraksi dengan baik
sesama pengurus BMOIWI dari sekretaris jendral, ketua presidium hingga anggota. Kemudian terjun langsung kelapangan dengan melihat situasi dan
kondisi masjid istiqlal dan para muslimah sebelum melakukan aktivitas dakwah.
4
Maka dapat dianalisis bahwa cara yang dipakai oleh BMOIWI adalah menjalin silaturahmi dengan kekeluargaan. Agar terwujudnya ukhuwah
Islamiyah serta mampu menjawab tantangan dan permasalahan muslimah. Yang ketiga adalah asas keahlian dan kemampuan da’i. Dalam menerapkan
asas ini BMOIWI melihat pada keahlian dan kemampuan da’iyahnya sebelum
melakukan dakwah . Lebih baik manakala para da’iyah banyak menguasai
beberapa keahlian yang bermanfaat dalam berdakwah. Untuk menunjang dari keberhasilan dakwah dalam BMOIWI harus seorang da’iyah yang mampu dan
berkualitas dalam hal ilmu agama. Seluruh pengurus BMOIWI rata-rata memiliki latar belakang pendakwah, tetapi jika tidak di BMOIWI ini ada pelatihan daiyah
sebelum melakukan aktivitas dakwah.
4
Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah Ketua Presidium BMOIWI, Jakarta, 28 Oktober 2013
Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa BMOIWI adalah da’iyah yang sudah terlatih, karena seorang da’iyah harus memiliki pengetahuan yang
luas tentang yang mereka sebarkan kepada kaum muslimat. Maka dapat dianalisis bahwa BMOIWI tidak sembarangan dalam
menurunkan da’iyah untuk berdakwah kepada masyarakat luas khususnya kaum wanita.
Kemudian yang keempat yaitu asas psikologis. Secara sederhana psikologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan
gejala dari jiwanya. Dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Jadi psikologi dalam dakwah adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya untuk di ajak kejalan Allah agar berbahagia di dunia dan akhirat.
Dalam hal ini manusia adalah makhluk yang berbeda-beda baik dalam sifat, dan sikap. Dalam mengatasi hal tersebut BMOIWI menerapkan konsep asas
psikologi dalam dakwah yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: Pendakwah harus memiliki niat yang ikhlas, ilmu yang sahih dan akhlak serta
adab Islami yang baik. Selain itu, harus berupaya mengamalkan apa yang di dakwahkannya.
5
Sesuai dengan firman Allah taa’la: yang artinya “Apakah mereka memerintahkan manusia kepada kebaikan tetapi mereka melupakan diri mereka
5
Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah Ketua Presidium BMOIWI, Jakarta, 28 Oktober 2013
sendiri…” Al-Baqarah: 44, orang yang didakwahi mad’u, penting untuk kita ingat setiap manusia pasti punya marah dan emosi. Orang yang lebih berstatus,
baik dari segi ilmu, pangkat atau usia pasti akan marah jika orang yang lebih kurang status dari pada mereka, menegur mereka.
Demikian juga jika emosi seseorang itu tidak stabil, maka menegur mereka pada saat itu sukar untuk mendapatkan hasil yang baik. Sebab itu untuk
berdakwah harus ada strategi yang baik, tidak boleh main terjun begitu saja. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam asas psikologi BMOIWI lebih
menekankan terhadap da’iyah yang harus mempunyai nilai yang tulus dan ridho karena Allah, dalam memberikan pesan dakwah, seorang da’iyah harus bisa
menyesuaikan kondisi mad’unya, dan jangan pernah memaksakan kehendak kita untuk selalu diikuti dan dapat diterima karena sesungguhnya kita semua tidak ada
yang sempurna. Maka dapat dianalisis dari data diatas bahwa komponen tersebut sudah
cukup akan tetapi ada hal yang harus juga di perhatikan seperti dalam mengatasi atau menyesuaikan psikologi mad’u, harus menyesuaikan dengan kondisi dan
lingkungannya.
6
Kemudian yang terakhir adalah asas efektifitas dan efisiensi dakwah. Dalam
setiap mengadakan
kegiatan dakwahnya,
BMOIWI selalu
mempertimbangkan antara keadaan, mulai dari keadaan da’iyah atau mad’unya
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Azizah Ketua Presidium BMOIWI, Jakarta, 28 Oktober 2013
serta waktu yang tersedia, agar kegiatan dakwah yang dilakukan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan pengurus BMOIWI.
Hal ini sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi, yaitu asas yang dalam aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara kondisi para da’iyah
dan waktu yang di laksanakan. Dalam hal ini, dapat dilihat pada kegiatan mingguan yang diadakan BMOIWI. Kegiatan pengajian yang diadakan, karena
untuk memaksimalkan kondisi da’iyahnya yang sehari-harinya sibuk dengan pekerjaan masing-masing ada yang menjadi dosen, dokter, pendakwah dan lain
lain. Oleh karena itu waktu pelaksanaannya dilaksanakan setiap hari Senin pukul 13.00 di Masjid Istiqal.
Maka dapat disimpulkan setiap pelaksanaan kegiatan BMOIWI disesuaikan dengan kondisi da’iyahnya yang sehari-harinya sibuk dengan pekerjaan masing-
masin, oleh karenanya waktu pelaksanaan tersebut dilaksanakan 1 minggu sekali dengan ketentuan hari Senin pukul 13.00.
7