Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah

Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya. 37 Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu. 38 Berdasarkan referensi yang tertera diatas, penulisan mengambil kesimpulan bahwa pengertian pembinaan adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih membiasakan, memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara efektif dan efisien. Arti kata pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan, dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan 37 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam Surabaya: Al-ikhlas, 1983, hal. 17 38 Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 Cet Ke-3, hal. 7 agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat. 39 b. Pengertian Akhlak Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. 40 Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang- ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak. 39 Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Darmawanita, Jakarta: Penerbit Depag, 1984, hal. 8 40 Ahmad A.K. Muda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Reality Publisher, hal 45