Selain angket, untuk mengetahui peningkatan kemandirian siswa dalam belajar matematika, peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan
menggunakan lembar wawancara. Sedangkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memenuhi tingkat kepercayaan yang tinggi,
dilakukan member check, yaitu memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber. Selain itu, peneliti juga
memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dibuktikan keabsahannya.
Refleksi dan diskusi dengan guru kolaborator tentang hasil yang diperoleh, dibaca dengan cermat dan dilakukan reduksi data yaitu menghilangkan data
yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Sehingga data atau informasi yang diperoleh sesuai dengan keadaaan sebenarnya.
Wawancara dilakukan pada kegiatan pendahuluan dan setiap akhir siklus. Tujuan dari wawancara tersebut adalah untuk mengetahui kebenaran data hasil
observasi dengan keadaan yang sebenarnya. Wawancara ditujukan kepada beberapa siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal tersebut
agar informasi
yang diperoleh
dapat mewakili
siswa secara
keseluruhan. Wawancara juga dilakukan terhadap guru kolaborator untuk memperoleh informasi dan sumber yang berbeda.
Tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika yang dipelajari dapat diketahui dengan memeriksa hasil tes setiap akhir siklus. Tes yang
dibuat disesuaikan dengan kurikulum sekolah mengenai kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah dikonsultasikan dengan guru kolaborator yang
merupakan guru mata pelajaran matematika.
C. Analisis Data
Tahap analisis
dimulai dengan
membaca keseluruhan
data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber. Data yang diperoleh diubah menjadi kalimat-kalimat bermakna dan alamiah.
Dari siklus I dimensi yang masih berada di bawah kriteria ketuntasan yang di tetapkan adalah dimensi percaya diri dan tanggung jawab. Siswa masih
belum berani maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan
siswa juga masih ada yang terlambat masuk kelas dan siswa juga masih banyak yang tidak menyerahkan PR tepat waktu.
Kedua dimensi tersebut mengalami peningkatan pada siklus II. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung semua siswa telah berada di kelas yang
artinya tidak ada siswa yang terlambat masuk. Pada siklus II siswa juga telah banyak yang berani mengacungkan diri saat guru menyuruh untuk
menyelesaikan latihan di papan tulis. Peningkatan kemandirian siswa dalam belajar matematika terjadi karena
selama pembelajaran siswa terlibat lebih aktif. Potensi siswa lebih diberdayakan dengan dihadapkan pada keterampilan yang mereka miliki,
seperti keterampilan sosial, dan keterampilan kelompok yang melibatkan siswa secara aktif mengkomunikasikan hasil pikirannya kepada orang lain
melalui kerjasama. Selain itu siswa juga keterampilan mereka diberdayakan dengan mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas dan belajar
menanggapi pekerjaan siswa lain. Selain itu mereka bisa saling bertanya dan bertukar pendapat dan bersama-sama dalam menyelesaikan soal yang
diberikan. Interaksi
tatap muka,
saling ketergantungan
positif dan
keterampilan untuk menjalin kemampuan kerjasama. Hasil kemandirian siswa dalam belajar matematika juga didukung dengan
data dari hasil angket yang diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu pada setiap akhir siklus I dan akhir siklus II. Angket tersebut adalah angket
yang valid sesuai hasil perhitungan yang terdiri dari 30 butir pertanyaan pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu, sangat sering SSR, sering
SR, jarang J, dan sangat jarang SJ. Dari hasil angket tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata siswa di kelas tersebut mempunyai kemandirian
sedang.
D. Interpretasi Hasil Analisis