Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT HPLC

Gambar2. Diagram alat dan komponen HPLC Sumber : Wiley, Practical User Guide Dari diagram alat diatas akan dijelaskan secara singkat komponen komponen High Performance Liquid Chromatography: 1. Pompa :Fase gerak dalam HPLC sudah tentu zat cair dan untuk menggerakkannya melalui kolom diperlukan adanya pompa. 2. Injektor :Cuplikan harus dimasukkan kedalam pangkal kolom diusahakan agar sedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. 3. Kolom :Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. 4. Detektor :Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan didalam eluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik sangat peka, tidak banyak berbunyi, rentang tanggapan linearnya lebar dan menanggapi semua jenis senyawa Johnson dan Stevenson, 1991. Keuntungan metode High Performance Liquid Chromatography adalah : 1. Waktu analisis cepat 2. Mempunyai daya pisah yang baik dan Kolom dapat digunakan kembali 3. Peka dan Mudah memperoleh kembali cuplikan 4. Ideal untuk molekul besar dan ion Johnson dan Stevenson, 1991.

2.6.2 Analisis Komponen Utama PCA

Principal component analysis PCA merupakan teknik yang diketahui paling baik untuk analisis multivariat. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Pearson pada tahun 1901 dan dikembangkan secara luas oleh Hotelling pada tahun 1933. Principal component analysis PCA adalah suatu teknik untuk mengurangi dimensi dari sekumpulan data yang terdiri dari sebagian besar variabel yang saling berhubungan Jolliffe, 2002. Principal component analysis digunakan untuk mengekstrak informasi penting dari suatu data dan menampilkan informasi tersebut sebagai variabel baru yang disebut principal component komponen utama. Principal component tersebut didapatkan sebagai kombinasi linear dari variabel asal. Nilai dari variabel baru tersebut disebut factor scores Abdi dan Wiliams,2010. PCA dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan suatu data untuk mengevaluasi hubungan antara variabel dan mengekstrak faktor yang dapat menyebabkan variasi pada variabel tertentu Hilman et al., 2007. Hasil dari analisis principal component analysis adalah eigenvalue, variansi data dan PC loading Stathis dan Myronidis, 2009. Teknik PCA ini telah diakui secara universal didalam ilmu kemometrik Widyaninggar dan Rohman, 2012. Prinsip metoda PCA adalah melakukan pengurangan terhadap variabel variabel yang mempunyai korelasi, sehingga teknik PCA menjadi tidak bermanfaat apabila antar variabel tidak terdapat korelasi Miller and Miller, 2005. Analisis komponen utama PCA digunakan dalam proses parameter puncak untuk mendapatkan komponen utama dan melakukan pengklasifikasian. PCA adalah suatu metode yang tidak disupervisi. Dalam analisis komponen utama terdapat komponen utama PC 1 dan komponen kedua PC 2 . BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech, Bogor dan Laboratorium Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Waktu pelaksanaan dari bulan September 2012 hingga November 2012.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 set perangkat High Performance Liquid Chromatography Waters, lemari pendingin refrigerator, oven, neraca analitik, alat homogenizer, hote plat, labu ukur, erlenmeyer, kaca arloji , tabung reaksi bertutup, mikro pipet beserta tip nya, spatula, gelas ukur, beaker glass, vortex, inkubator, pipet tetes, pinset, syringe filter, termometer, membran filter 0,45 µm ,vial, cawan porselen, batang pengaduk. .

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: standar asam amino yaitu: asam L- aspartat, L- serin, asam L- glutamat, glisin, L- histidin, L- arginin, L- treonin, L-alanin, L- prolin, L- sistein, L- tirosin, L- valin, L- metionin, L- lisin, L- isoleusin, L- leusin, L- fenilalanin, triptofan, standar gelatin sapi sigma aldrich, standar gelatin babi sigma aldrich, internal standar AABA alpha amino butiric acid, Accq-fluor borat, reagen fluor A, HCl, asetonitril grade HPLC, Sampel marshmallow, pati jagung, sukrosa, glukosa, dan pewarna makanan, aquabidest.

3.3 PROSEDUR KERJA

3.3.1. Pengumpulan produk marshmallow uji coba

Sampel yang digunakan terdiri dari 2 sampel produk marshmallow uji coba

3.3.2. Pembuatan marshmallow dari gelatin babi dan gelatin sapi

Ditimbang masing masing sebanyak 3.5 gram gelatin sapi dan gelatin babi. Gelatin dibasahi dengan 15 ml air dan diaduk diatas penangas listrik. Ditempat yang terpisah sukrosa sebanyak 5 gr, glukosa sebanyak 2 gr dan amilum sebanyak 0,25 gr dibasahi dengan 10 ml air dan diaduk diatas penangas ±7 menit. Kemudian pindahkan kedua adonan ke dalam alat homogenizer lalu dilakukan pengadukan dengan homogenizer hingga merata dan mengembang selama 15 menit. Lalu dilakukan penambahan flavour dan setelah itu dilakukan penuangan ke dalam wadah dan didiamkan selama 5 jam dalam refrigerator sampai menjadi marshmallow.

3.3.3. Ekstraksi asam amino dari produk marshmallow dengan hidrolisis

menggunakan HCl 6N pada suhu 110 C selama 22 jam Sebanyak 0,1 gram sampel marshmallow dihidrolisis dengan menggunakan larutan HCl 6 N sebanyak 5 ml, vortex. Lalu dialiri Nitrogen dan di oven pada suhu 110 C selama 22 jam. Setelah dihidrolisis, campuran didinginkan pada suhu ruang. Pindahkan isi tabung reaksi bertutup ke dalam labu ukur 50 ml, tambahkan aquabides sampai tanda batas. Saring dengan filter 0,45µm. Pipet 500 µl filtrat lalu tambahkan 40 µl AABA alpha aminobutyric acid dan 460 µl aquabides. Pipet 10 µl larutan, tambahkan 70 µl AccQ Fluor borate, vortex. Tambahkan 20 µl reagen fluor A, vortex, diamkan selama 1 menit. Inkubasi selama 10 menit pada suhu 55 C, lalu suntikkan pada HPLC. Dengan kondisi kromatografi menggunakan kolom C18, temperatur 37 C, fase gerak asetonitril 60 dan 40 air , detektor fluoresen, laju alir 1 ml menit dan volume penyuntikan 5µl.