Indentifikasi Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah

9 Hanya saja, dari penelitian terhadap jumlah perkara yang diterima pengadilan tersebut ternyata hanya 17,3 setiap tahun dari perkara yang diterima tersebut dihadiri oleh kedua belah pihak perkara contradictoir, adapun sisanya 82,7 diperiksa secara verstek dan perkara voluntair. Pada kondisi seperti diuraikan dai atas maka sangat sedikit jumlah perkara yang dapat dilakukan mediasi dengan maksimal. Akibatnya tugas pengadilan khususnya hakim pengadilan agama melalui tahapan mediasi sebagaimana yang disebutkan untuk mengutuhkan kembali keretakan dalam suatu rumah tangga, tidak dapat diharapkan, belum lagi masuk pada ranah pada metode mediasi yang dilakukan oleh para mediator. 13 Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas maka penulis atau peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang “EFEKTIFITAS HAKIM MEDIASI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN SEBELUM PUTUSAN PENGADILAN ”.

A. Indentifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan mediasi? 2. Bagaimana proses mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan? 3. Apa saja yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama Jakarta Selatan? 13 www.badilag.net Statistik Perkara, diakses pada tanggal 24 september 2013. 10 4. Apakah usaha yang dilakukan oleh Hakim Mediasi di Pengadilan Agama telah berjalan dengan baik? 5. Apa indikator seorang Hakim Mediasi dikatakan sukses ketika proses mediasi? 6. Bagaimana hukum acara mediasi?

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya terfokus pada efektifitas hakim Pengadilan Agama dalam menangani sengketa perdata pada proses mediasi, yang dilakukan pada tahun 2013. 2. Perumusan Masalah Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi ingin terwujudnya penyelesaian pada tahap perdamaian atau Arbitrase bisa dilakukan dengan efektif, namun pada kenyataannya hal tersebut sangat lah jauh dari ke-efektif-an bahkan, dari penelitian penulis di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dari 1173 kasus perceraian dalam kurun waktu selama satu tahun yaitu pada tahu 2013 yang berhasil dilakukan secara mediasi hanya 53 atau sekitar 4,51 kasus. Artinya hakim mediasi di pengadilan Agama Jakarta Selatan tidak memenuhi target atau tidak efektif. 11 Pengadilan merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk memutus perkawinan disamping itu pengadilan memiliki kewajiban untuk mengusahakan terjadi perdamaian dan mempersulit perceraian dan perselisihan. a. Bahwa lembaga Pengadilan Agama yang menjadi studi analisis dalam skripsi ini adalah lembaga Pengadilan Agama Jakarta Selatan b. Penelitian ini realita yang terjadi dilapangan yaitu hasil dari mediasi yang dikerjakan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan Berdasarkan pada uraian di atas penulis merumuskan masalah yang akan diteliti. Bahwa ternyata ada kesenjangan antara apa yang diinginkan oleh Perma Nomor 1 Tahun 2008 dengan yang terjadi di Pengadilan Agama. Untuk mempermudah menjawab rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana proses mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan? b. Apakah usaha yang dilakukan oleh Hakim Mediasi di Pengadilan Agama telah berjalan dengan baik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian