Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama Jakarta Selatan

awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya aktifitas perkantoran di gedung baru 18 . Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal peningkatkan T.I. Teknologi Informasi yang sudah semakin canggih disertai dengan program-program yang menunjang pelaksanaan tugas pokok, seperti program SIADPA Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch Screen KIOS-K serta beberapa fitur tambahan dari Situs Web http:www.pa- jakartaselatan.go.id 19

B. Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Sebagaimana pada umumnya Pengadilan Agama lainnya, Pengadilan Agama Jakarta Selatan menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada. Berikut beberapa dasar hukum dibentuknya dan pelaksanaan tugas Pengadilan Agama Jakarta Selatan 1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 18 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan di akses paada tanggal 25 september 2014 dari WWW.PAjaksel.co.id 19 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan di akses paada tanggal 25 september 2014 dari WWW.PAjaksel.co.id 4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 7. PeraturanInstruksiEdaran Mahkamah Agung RI 8. Intruksi Dirjen Bimas Islam Bimbingan Islam 9. Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 69 Tahun 1963, tentang Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan 20 ; Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan dalam pasal 24 ayat 2 bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer, 21 merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam. 22 Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di 20 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan di akses paada tanggal 25 september 2014 dari WWW.PAjaksel.co.id 21 Mohd. Abdu A. Ramly, “Kedudukan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional Akar, Sejarah, dan Perkembangannya”, dalam Mimbar Hukum No. 59 Tahun XIV 2003, hlm. 30 lihat juga Satjipto Rahardjo , “Pengadilan Agama Sebagai Pengadilan Keluarga”, dalam Amrullah et.al. ed, Prospek Hukum Islam Dalam Kerangka Pembangunan Hukum Nasioal di Indonesia, Jakarta: PP. IKAHA, 1994, h.301. 22 Depatemen Agama RI, Sketsa Peradilan Agama, Jakarta: Departemen Agama RI, 2000. h.19. bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama Jakarta Selatan mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut: 1. Fungsi mengadili judicial power, yakni menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat pertama vide: Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. 2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi umumperlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan.vide: Pasal 53 ayat 3 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama jo. KMA Nomor KMA080VIII2006. 3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan JurusitaJurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dansewajarnya vide: Pasal 53 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. vide: KMA Nomor KMA080VIII2006. 4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. vide: Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006. 5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan teknis dan persidangan, dan administrasi umum kepegawaian, keuangan, dan umumperlengkapan vide: KMA Nomor KMA080 VIII2006. 6. Fungsi Lainnya: a. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain- lain vide: Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. b. Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan risetpenelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA144SKVIII2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Pengadilan Agama merupakan salah satu kekuasaan kehakiman yang bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perdata tertentu bagi orang yang beragama Islam sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 2 UU No. 7 tahun 1989 tentang PA “Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang- undang ini ”. Dengan demikian keberadaan Pengadilan Agama dikhususkan kepada warga negara Indonesia yang beragama Islam. Pasal di atas menjelaskan tentang kekuasaan absolut Pengadilan Agama di samping kekuasaan relatif yang berkaitan dengan domisili wilayah. 23 Setelah UU No. 7 tahun 1989 diperbaharui dengan UU No.3 tahun 2006, maka rumusan tersebut juga ikut berubah, hal ini karena berkaitan dengan ruang lingkup kekuasaan dan wewenang pengadilan agama bertambah. Dengan adanya perubahan tersebut maka rumusan yang terdapat dalam pasal 2 UU No. 3 tahun 2006 tentang pengadilan agama adalah “ Pengadilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini ”. Dalam definisi pengadilan agama tersebut kata “Perdata” dihapus. Hal ini dimaksudkan untuk: 1. Memberi dasar hukum kepada Pengadilan Agama dalam menyelesaikan pelanggaran atas undang-undang perkawinan dan peraturan pelaksanaannya. 2. Untuk memperkuat landasan hukum Mahkamah Syariah dalam melaksanakan kewenangannya di bidang jinayah berdasarkan Qonun Dalam pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 disebutkan bahwa Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan 23 A Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, h.137. perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dalam bidang : 1. Perkawinan 2. Kewarisan, wasiat, dan hibahyang dilakukan berdasarkan hukum Islam, dan 3. Wakaf dan shadaqoh Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya hukum Islam di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan muamalah. Lembaga-lembaga ekonomi syari’ah tumbuh berkembang mulai dari lembaga perbankan syari’ah, asuransi syari’ah, pasar modal syari’ah, dan pegadaian syari’ah. 24 Perkembanagan ini tentunya juga berdampak pada perkembangan sengketa atau konflik dalam pelaksanaannya. Selama ini apabila terjadi konflik dalam bidang ekonomi syari’ah harus melalui peradilan umum. Menyadari hal ini, maka dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2006 atas perubahan UU No. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama dan undang- undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama 25 memberi maka ruang lingkup Peradilan Agama diperluas ruang lingkup tugas dan wewenang Pengadilan Agama Yaitu : 24 Chatib Rasyid, “Eksistensi Peradilan Agama Pasca UU. No. 3 Tahun 2006”, makalah dalam Kuliah Umum Acara Peresmianpengukuhan Pengurus Ikatan Keluarga Magister Ilmu Hukum UMSU, Medan, Tahun 2007, h.1. 25 Abdul Ghofur Anshori, Peradilan Agama di Indonesia Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Cetakan 1, Yogyakarta: UII Press, 2007, h.112. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : 1. Perkawinan 2. Kewarisan 3. Wasiat 4. Hibah 5. Wakaf 6. Zakat 7. Shadaqah 8. Infaq, dan 9. Ekonomi syari’ah Dalam penjelasan pasal 49 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ekonom i syari’ah adalah: Bank syari’ah, Asuransi syari’ah, Reasuransi syari’ah, Reksadana syari’ah, Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah, Sekuritas syari’ah, Pembiayaan syari’ah, Pegadaian syari’ah, Dana pensiun lembaga keuangan syari ’ah, Bisnis syari’ah, dan Lembaga keuangan mikro syari’ah.

C. Beracara di Pengadilan Agama Jakarta Selatan