Penugaskarya Prajurit ABRI Praktek Dwi Fungsi ABRI

58 Keberadaan ABRI dalam DPR terbukti efekti dalam rangka mengamankan kebijakan eksekutif dan meminimalisir kekuatan kontrol DPR terhadap eksekutif. Efektifitas ini diperoleh melalui : 63 1. Adanya hubungan duet Fraksi ABRI dan Fraksi Karya Pembangunan dalam proses kerja DPR, yang merupak pembawa nilai dan kepentingan eksekutif. 2. Adanya perangkat aturan kerja DPR yang dalam batas tertentu membatasi aktualisasi anggota melalui mekanisme fraksi dan membatasi peran satu fraksi secara otonom. Keadaan yang hampir sama juga terjadi di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR. Jumlah militer yang cukup banyak dalam MPR memberikan peluang besar bagi kalangan militer untuk dapat menjalankan dan mengamankan kepentingan eksekutif dalam kebijakan-kebijakan yang besar oleh MPR.

2.3.6 Penugaskarya Prajurit ABRI

Pada masa orde baru dibawah presiden Soeharto, peran militer melalui Dwi Fungsi ABRI sangat didominasi peran sosial politiknya daripada peran militer yang sebenarnya yaitu pertahanan keamanan. Salah satu perwujudan dari fungsi ABRI sebagai kekuatan sosial politik dalam usaha menegakkan cita-cita Orde Baru ialah penugaskaryaan ABRI dalam lembagainstansi diluar jajaran ABRI sebagai pelaksana Dwi Fungsi ABRI. Tujuan dari penugasan tersebut adalah pengamanan politik 63 Arif Yulianto. opcit hal 329 59 ideologis terutama pada saat awal orde baru dan menyukseskan pembangunan nasional, untuk menjamin tercapainya sasaran program-program pembangunan yang termaktub dalam Repelita Rencana Pembangunan Lima Tahun. 64 Pengamanan tersebut jelas dapat dilihat dalam pidato kenegaraan Pejabat Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1967, yang menyebutkan bahwa : 65 Penempatan Prajurit ABRI kepada jabatan-jabatan sipil sebenarnya sudah sejak dari zaman kemerdekaan dilakukan, bahkan sudah ada petunjuk dari pimpinan Tentara Rakyat Indonesia TKR pada waktu itu menekankan bahwa jika para pamong praja sudah meninggalkan tempat atau hilang, maka mereka diganti oleh TKR yang yang sesuai dengan tingkat pangkatnya, sebagai contoh : Kepala Desa diganti oleh Komandan Regu, Cmat diganti oleh Komandan SeksiPeleton. “dalam perkembangan politik dan kenegaraan dengan asas demokrasi Pancasila, golongan karya yang potensial dan mempunyai peranan ABRI itu tergantung pada bahaya yang mengancam keselamatan rakyat, kesatuan dan persatuan bangsa, serta kelangsungan hidup negara, baik bahaya itu datang dari luar maupun dari dalam.” 66 64 Ibid Hal 329-330 65 Soebijono. Opcit Hal 135 66 Nugroho Notosusanto, Pejuang dan Prajurit : Konsepsi dan Implementasi Dwi Fungsi ABRI, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991. Hal 42 60 Dalam pandangan Orde Baru, penugaskaryaan diluar instansi ABRI, pada dasarnya bukan untuk memberikan pekerjaan kepada yang bersangkutan melainkan untuk memenuhi misi. Oleh karena itu, prosesnya sangat selektif dan berdasarkan pertimbangan yang matang antara lain kualitas moral, keahlian teknis dan menejerial serta aseptabilitas di lingkungan kerja. 67 Penugaskaryaan ABRI pada masa orde baru selalu mendapat reaksi dan kritikan yang tajam oleh masyarakat baik sipil maupun militer itu sendiri, adapun kritikannya antara lain : 68 1. Jumlah anggota ABRI yang ditugaskan dilingkungan non-ABRI terlalu banyak 2. Penempatannya tidak selalu pada jabatan-jabatanb yang rawan politik, tetapi justru ada di tempat-tempat yang secara politis dan ekonomi yang mapan 3. Anggota ABRI yang dikaryakan dianggap tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh jabatan yang diembannya 4. Terlalu banyak penempatan jabatan yang sebenarnya tidak sangat memerlukan seorang prajurit ABRI sehingga menimbulkan kesan sebagai penyaluran 5. Adanya kesan bahwa penerimaan kriteria atas pihak yang memerluak tidak selalu murni, bahkan adanya rekayasa untuk kepentingan ABRI itu sendiri 6. Penugasan ABRI dianggap sebgai menghambat karir pejabat sipil yang telah dirintis dari bawah, dan 67 Soebijono. Opcit Hal 138 68 Arif Yulianto. Opcit hal 333-334 61 7. Hubungan kerja anggota ABRI dan sipil di mana anggota ABRI ditempatkan tidak harmonis karena perbedaan karekter dan terlalu dominasi.

2.3.7 ABRI dan Birokrasi