4.3.5. Pengadaan Obat
Hasil wawancara dengan informan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan PPTK tentang pengadaan obat dapat disimpulkan bahwa cara pengadaan obat yang
sudah ditetapkan dalam era JKN, yaitu pengadaannya melalui sistem E-purchasing dan E-catalog. Berdasarkan hambatan yang ditemui dalam pengadaan obat terutama
daftar obat yang ada pada E-catalog belum semua memenuhi apa yang dibutuhkan. Realisasi pengadaan obat tidak bisa 100 persen dan ketersediaan obat hanya
sekitar 65 pada awal tahun. Lama waktu dibutuhkan untuk pengadaan obat dengan E-catalog belum pasti diketahui. Sementara sumber biaya pengadaan obat puskesmas
adalah dari DAK, DAU, APBD, BDB, dan dari kapitasi. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.10
Tabel 4.10. Matrik Jawaban Informan tentang Pengadaan Obat Pertanyaan
PPTK Jawaban
Bagaimana cara pengadaan obat yang sudah ditetapkan dalam era
JKN Setelah kebutuhan obat ditetapkan maka cara
pengadaan obat untuk era JKN melalui sistem E-purchasing dan E-catalog obat, itu memang
sudah ada aturannya kalau untuk pengadaan obat publik saat ini harus memakai E-catalog
Apakah ada hambatan yang ditemui dalam pengadaan obat
kebutuhan puskesmas dalam era JKN
Hambatannya ada terutama daftar obat yang ada pada E-catalog belum semua memenuhi
apa yang kita butuhkan, seperti misalnya tahun lalu itu GG dan prednisone itu tidak terdapat di
E-catalog dan gangguan jaringan on line
Bagaimana realisasi pengadaan obat dalam era JKN di instalasi
farmasi Realisasi pengadaan obatnya tidak bisa 100
persen, karena beberapa jenis obat yang kita pesan tidak bisa terpenuhi, makanya tahun lalu
itu kita pertanyakan ke panitia pengadaan tentang obat-obat yang tidak bisa kita dapat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Lanjutan Pertanyaan
PPTK Jawaban
Bagaimana ketersediaan obat dalam era JKN di instalasi
farmasi Ketersediaan obat saat ini pernah saya
konfirmasi ke instalasi farmasi hanya sekitar 65 pada awal tahun ini, jadi sebenarnya
kurang itu
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pengadaan obat dengan
E-catalog Kalau itu yang lebih tahu orang pengadaan
atau ULP ya…mungkin coba ditanya ke mereka pastinya..
Dari mana saja sumber biaya pengadaan obat Puskesmas
Sumber biayanya bisa dari DAK, bisa… juga DAU, bisa… APBD, dan baru-baru ini ada dari
kapitasi juga
Hasil jawaban informan kemudian ditriangulasi kepada kepala bidang
kefarmasian Dinas Kesehatan Kota Medan. Hasil wawancara dengan informan sebagai triangulasi tentang pengadaan obat Puskesmas dapat disimpulkan bahwa
Sejak pengadaan obat untuk tahun 2013 sudah melalui E-catalog dan E-purchasing dan rujukan mengacu ke Fornas.
Sedangkan hambatan yang ditemui dalam pengadaan obat, yaitu tidak semua jenis obat yang sudah ditetapkan sebagai kebutuhan tercantum pada E-catalog
disamping itu adanya gangguan jaringan sewaktu hendak mengentri data secara on line. Realisasi ketersediaan obat saat ini dibawah 90 dan kadang-kadang penyedia
atau distributor kuotanya tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan obat. Sebagai contoh misalnya pabrikan hanya mampu menyediakan 500 juta tablet
untuk seluruh Indonesia sementara ketika kabupatenkota memesan sudah tidak kebagian lagi jadi terjadi kekosongan stok penyedia, artinya pabrikan juga tidak
selamanya mampu memenuhi permintaan obat secara nasional. Kendala yang ditemui
Universitas Sumatera Utara
dalam penetapan kebutuhan obat puskesmas adalah tidak semua jenis obat yang ditetapkan tercantum dalam E-catalog. Berdasarkan lama waktu kalau dahulu sampai
3 bulan. Kalau dengan E-catalog waktunya ditentukan sesuai kontrak payung, maksimal 14 hari kerja tergantung kesepakatan antara dinas dengan distributor serta
kontraknya dengan pemasok yang berbeda-beda. Sedangkan sumber biaya pengadaan obat seperti dana alokasi khusus, dana APBD, dana alokasi umum, dana bantuan
daerah bawahan, dan lainnya tergantung dana apa yang tersedia pada tahun tersebut. Adapun jawaban informan sebagai triangulasi disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Matrik Jawaban Informan Triangulasi tentang Pengadaan Obat Pertanyaan
Kepala Bidang Kefarmasian Jawaban
Bagaimana cara pengadaan obat yang
sudah ditetapkan dalam era JKN
Selama ini pengadaan obat melalui tender. Sejak pengadaan obat untuk tahun 2013 sudah melalui
E-catalog dan E-purchasing dan rujukan mengacu ke Fornas.
Apakah ada hambatan yang ditemui dalam
pengadaan obat kebutuhan puskesmas
dalam era JKN Hambatan yang ada ditemui adalah tidak semua jenis
obat yang sudah ditetapkan sebagai kebutuhan tercantum pada E-catalog disamping itu adanya
gangguan jaringan sewaktu hendak mengentri data secara on line
Bagaimana realisasi pengadaan obat dalam
era JKN di instalasi farmasi
Pengadaan obat tidak bisa semua terealisasi, karena beberapa jenis obat tidak tercantum dalam E-catalog,
hal ini sudah diupayakan ditanya ke panitia pengadaan obat secara nasional. LKPP berupaya terus
melengkapi sesuai Fornas tapi sampai saat ini belum lengkap juga.
Bagaimana ketersediaan obat dalam era JKN di
instalasi farmasi Ketersediaan obat saat ini tidak bisa 90. Kadang-
kadang penyedia atau distributor tidak mencukupi kuotanya untuk memenuhi kebutuhan, penyedia hanya
menyediakan 500 juta tablet misalnya untuk seluruh Indonesia sementara waktu kabupatenkota memesan
sudah tidak kebagian lagi jadi terjadi kekososngan stok penyedia, itulah pengalaman tahun lalu terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Lanjutan Pertanyaan
Kepala Bidang Kefarmasian Jawaban
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk
pengadaan obat dengan E-catalog
Kalau dahulu bisa 3 bulan. Kalau dengan E-catalog waktunya ditentukan sesuai kontrak payung, maksimal 14
hari kerja tergantung kesepakatan antara dinas dan distributor. Makanya harusnya dengan E-catalog bisa
lebih cepat tapi kenyatannya tidak, kendalanya ya... itu misalnya jaringan macet-macet, kemudian yang kedua
distributor ketika kontrak dengan dinas tidak sesuai waktu, sementara itu kontrak dibuat sesuai kontrak payung
obat yang ada, jadi bukan satu kontrak untuk semua, beda- beda dia sesuai penyedia masing-masing.
Dari mana saja sumber biaya
pengadaan obat puskesmas
Untuk pengadaan obat dan perbekes anggarannya bisa dari berbagai sumber misalnya dana alokasi khusus, dana
APBD, dana alokasi umum, dana bantuan daerah bawahan, dan lain-lain, jadi tergantung dana apa yang
tersedia pada tahun tersebut
4.4. Petugas Obat Puskesmas 4.4.1. Biaya yang Ditanggung BPJS untuk Pelayanan JKN di Puskesmas
Hasil wawancara dengan informan petugas obat Puskesmas tentang biaya apa saja yang ditanggung BPJS untuk perserta JKN di Puskesmas dapat disimpulkan
bahwa jawaban seluruh informan relatif sama, yaitu tidak secara jelas mengetahui tentang perihal biaya apa saja yang ditanggung oleh BPJS pada era JKN kalau peserta
berobat ke Puskesmas. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Matrik Jawaban Informan tentang Biaya yang Ditanggung BPJS untuk Pelayanan JKN di Puskesmas
Informan Petugas
Obat Pertanyaan
Biaya apa saja yang ditanggung BPJS untuk pelayanan JKN di Puskesmas
Jawaban
1 Biaya pemeriksaan, obat
2 Ya....kemarin itu kapus bilang obat, trus katanya bila ada kayak
kemarin kurang bisa juga dari uang JKN itu 3
Saya belum paham tentang hal itu 4
Yang saya tau biaya obat, biaya pemeriksaan 5
Oh belum ada saya tau itu 6
Dengar-dengar biaya obat cuman belum jelas kali 7
Setahuku obat ditanggung, yang lain gak tau 8
Obat, pelayanan 9
Kalau dari kapus dibilangnya pelayanan, obat. 10
Ga tau, belum ada dibilang kapus 11
Semuanya, artinya termasuk obat juga pemeriksaan yang diperlukan 12
Ya belum tahu Hasil jawaban informan kemudian ditriangulasi kepada masing-masing kepala
Puskesmas yang terpilih sebagai informan. Hasil wawancara dengan informan sebagai triangulasi tentang biaya apa saja yang ditanggung BPJS untuk pelayanan
JKN di Puskesmas dapat disimpulkan bahwa jawaban relatif sama, JKN menjamin pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai dari peningkatan kesehatan
promotif, pencegahan sakit preventif, pengobatan penyakit kuratif, dan pemulihan kesehatan rehabilitatif, termasuk obat-obatan dan bahan medis habis
pakai. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Matrik Jawaban Informan Triangulasi tentang Biaya yang Ditanggung BPJS untuk Pelayanan JKN di Puskesmas
Informan Kepala
Puskesmas Pertanyaan
Biaya apa saja yang ditanggung BPJS untuk pelayanan JKN di Puskesmas
Jawaban
1 Semua mulai dari pelayanannya, obatnya, jasa medis juga ditanggung
2 Semuanya ya, mulai dari jasa petugas, obat, bahan medis habis pakai,
alkes.. 3
Ya semua mulai dari obat, jasa medis, keperluan operasional lainnya.. 4
Biaya jasa medis, obat, alkes, biaya promosi dan preventif, untuk sistem informasi yakni komputer..
5 Biaya yang ditanggung itu biaya obat, jasa medis, untuk pembelian
alkes juga bisa 6
Hampir semua ditanggung, obatnya, jasa medis, 7
Biaya yang terdapat dalam aturan kapitasi seperti honor atau jasa medis, biaya alkes, operasional pendukung lainnya
8 Biaya obat, jasa medis, pokoknya yang mendukung pelayanan
kesehatan 9
Biaya obat, honor tenaga medis dan paramedis, belanja bahan medis habis pakai
10 Biaya yang ditanggung itu antara lain obat, perlengkapan lainnya, jasa
medis.. 11
Semua ya.. mulai dari obat, jasa medis, pelayanan lainnya termasuk biaya home visite juga
12 Biaya pegawai, belanja barang dan jasa, obat-obatan, bahan medis
habis pakai, operasinal lainnyalah.. 4.4.2. Pemenuhan Kebutuhan Obat Puskesmas Sebagai PKD dalam Era JKN
Hasil wawancara dengan informan petugas obat Puskesmas tentang pemenuhan kebutuhan obat Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar dalam Era
JKN dapat disimpulkan bahwa jawaban seluruh informan relatif sama, yaitu sebagian besar menyatakan ada beberapa jenis obat yang tidak ada, dan ada yang kurang
bahkan ada yang menyatakan berlebih jumlahnya. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Matrik Jawaban Informan tentang Pemenuhan Kebutuhan Obat Puskesmas sebagai PKD dalam Era JKN
Informan Petugas
Obat Pertanyaan
Bagaimana pemenuhan kebutuhan obat puskesmas sebagai PKD dalam era JKN di Puskesmas
1 Ada beberapa obat gak ada
2 Seperti yang saya bilang..ada beberapa yang kurang jadi apa yang ada di
Puskesmas itu yang kita berikan ke pasien … 3
Ada beberapa jenis obat yang kosong dan juga jumlahnya kurang… 4
Ada beberapa obat yang gak ada … 5
Pemenuhan obat diminta dari gudang .. ada yang banyak jumlahnya, ada yang kurang dari kita minta …
6 ..itulah,, kadang ada yang kosong dari gudang…. jadinya ya harus kami
resepkan keluar … 7
Sebagian ada beberapa obat kurang dan ada yang kosong dari gudang farmasi
8 Obatnya sebagian ada yang kurang dan ada juga yang kosong
9 Sesudah berlangsung BPJS ini obat terbatas dikasi dari gudang farmasi,
kalau dulu banyak-banyak tetapi belakangan ini dibatasi 10
Sebagian ada yang kurang dan kosong 11
Beberapa item obat kurang dan bahkan ada yang kosong, kayak parasetamol, trus GG juga gak ada
12 Ya sebagian ada, sebagian enggak ada
Hasil jawaban informan kemudian ditriangulasi kepada masing-masing kepala Puskesmas yang terpilih sebagai informan. Hasil wawancara dengan informan
sebagai triangulasi tentang pemenuhan kebutuhan obat Puskesmas sebagai PKD dalam era JKN dapat disimpulkan bahwa jawaban relatif sama, yaitu pemenuhannya
belum terpenuhi masih ada obat yang kurang baik jumlah dan jenisnya. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.15.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Matrik Jawaban Informan Triangulasi tentang Pemenuhan Kebutuhan Obat Puskesmas sebagai PKD dalam Era JKN
Informan Kepala
Puskesmas Pertanyaan
Bagaimana pemenuhan kebutuhan obat puskesmas sebagai PKD dalam era JKN di Puskesmas
Jawaban
1 Belum memenuhi semua yang dibutuhkan, masih ada yang kurang
obatnya dan ada juga yang gak ada 2
Ada beberapa jenis obat yang kurang 3
Pemenuhan kebutuhan obatnya kurang, misalnya kami butuh 5.000 tablet tapi yang dapat sedikit, kurang dari yang diminta..
4 Pemenuhannya kurang, misalnya bulan ini lansoprazole ga ada,
ranitidine ga ada, kadang pasien kita suruh beli ga mau dia, kadang terpaksa dirujuk karena tak ada obat , pasiennya ga mau
diresepkan obatnya untuk dibeli
5 Kurang, ya karena ada obat yang kosong itu seperti GG kosong,
amoksilin juga 6
Kuranglah, misalnya metformin ga ada, yang ada glibenklamid…tapi kalau sudah biasa pake metformin mana mau
diganti…
7 Seperti yang telah saya bilang, beberapa item obat itu kurang dan
ada yang gak ada, kemarin itu sempat ada kosong seperti etil klorida untuk gigi ga ada
8 Terkadang obatnya ga cukup jadi pemenuhannya kurang itu..
9 Kurang, sebagian jenis obat kurang karena memang dari gudang
farmasi juga ga ada untuk beberapa jenis obat 10
Pemenuhannya kurang karena beberapa obat gak ada 11
Masih kuranglah, karena beberapa obat memang kurang dan gak ada stoknya
12 Pemenuhan obatnya kuranglah, misalnya obat gula kosong, cotri
juga amoksilin kosong… 4.4.3. 144 Diagnosa Penyakit Merupakan Layanan Puskesmas dalam Era JKN
Hasil wawancara dengan informan petugas obat Puskesmas tentang 144 diagnosa penyakit merupakan layanan Puskesmas dalam era JKN dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar jawaban informan relatif sama, yaitu belum pernah mendengar dan belum tahu. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Matrik Jawaban Informan tentang 144 Diagnosa Penyakit Merupakan Layanan Puskesmas dalam Era JKN
Informan Petugas Obat
Pertanyaan Apakah BapakIbu pernah diberitahu tentang 144 diagnosa
penyakit merupakan layanan puskesmas dalam era JKN
Jawaban
1 Memang sudah dengar tapi belum tau tentang itemnya…
2 Pernah dengar cuman belum hapal kali..memang daftarnya ada di
bagian kartu .. 3
…Belum pernah dengar… 4
Memang sudah dengar tetapi belum tau tentang itu … 5
…Belum..mungkin nanti saya cari tau dulu … 6
Belum pernah dengar 7
Belum tau sama sekali tentang itu 8
Belum pernah diberitahu tentang 144 jenis penyakit tersebut 9
Pernah dengar tetapi daftarnya belum tau 10
Pernah dengar tapi gak tau apa aja 11
Sudah pernah 12
Belum pernah mendengar... apa itu ya.... Hasil jawaban informan kemudian ditriangulasi kepada masing-masing kepala
Puskesmas yang terpilih sebagai informan. Hasil wawancara dengan informan sebagai triangulasi tentang 144 diagnosa penyakit merupakan layanan Puskesmas
dalam era JKN dapat disimpulkan bahwa jawaban relatif sama, yaitu sudah pernah diberitahu dan sudah disosialisasikan terutama untuk dokter. Adapun jawaban
informan disajikan pada Tabel 4.17.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17. Matrik Jawaban Informan Triangulasi tentang 144 Diagnosa Penyakit Merupakan Layanan Puskesmas dalam Era JKN
Informan Kepala
Puskesmas Pertanyaan
Apakah BapakIbu pernah diberitahu tentang 144 diagnosa penyakit merupakan layanan puskesmas dalam era JKN
Jawaban
1 Sudah
2 Ya ..sudah, jenis penyakit tersebut yang bisa menentukan diagnosanya
adalah dokter 3
Sudah, daftarnya juga sudah ditempelkan di poli.. 4
Sudah, sama yang lain juga sudah disosialisasikan tetapi obatnya untuk itupun kan belum lengkap..
5 Ya sudah tahu tentang itu, sudah disosialisasikan terutama ke dokter
6 Sudah, sudah diberitahu juga terutama dokter, di poli juga sudah ada
daftarnya 7
Sudah disosialisasikan ke pegawai khususnya dokter kalau bisa yang 144 penyakit itu tidak kita rujuk
8 Sudah, sudah dibuat daftarnya di poli
9 Ya, sudah tahu
10 Sudah dan sudah disosialisasikan
11 Ya, sudah tahu dan sudah dibuat di poli daftarnya
12 Sudah, sudah disosialisasikan, sudah ada kita kopikan untuk dokter, di
poli juga.. 4.4.4. Tanggapan tentang Kapitasi yang Dibayarkan BPJS
Hasil wawancara dengan informan petugas obat Puskesmas tanggapan tentang kapitasi yang dibayarkan BPJS dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jawaban
informan relatif sama, yaitu belum mengetahui kapitasi yang dibayarkan BPJS apakah sudah termasuk biaya obat didalamnya. Adapun jawaban informan disajikan
pada Tabel 4.18.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Matrik Jawaban Informan tentang Kapitasi yang Dibayarkan BPJS Informan
Petugas Obat
Pertanyaan Bagaimana tanggapan BapakIbu tentang kapitasi yang dibayarkan
BPJS apakah sudah termasuk komponen obat didalamnya
Jawaban
1 Saya kurang mengetahui, bingung juga tentang kapitasi tetapi yang jelas
obat ditanggung dan juga pelayanan yang di poli .. 2
Ga tau..masih bingung tapi disuruh kapus membuat jumlah kebutuhan obat …
3 Setahuku biaya obat sudah termasuk dalam BPJS
4 Ya sudah ada biaya obat di dalamnya
5 Belum tau..ga ada dibilang kapus…
6 Katanya obat sudah termasuk di dalam kapitasi…
7 Setahuku sudah
8 Katanya obat sudah termasuk yang dibayar BPJS
9 Kalau obat sudah didalam biaya BPJS itu
10 Gak ada dibilang jadi gak tau
11 Ya obat sudah termasuk dalam kapitasi itu
12 Belum pernah mendengar... apa itu kapitasi
Hasil jawaban informan kemudian ditriangulasi kepada masing-masing kepala Puskesmas yang terpilih sebagai informan. Hasil wawancara dengan informan
sebagai triangulasi tentang tanggapan tentang kapitasi yang dibayarkan BPJS dapat disimpulkan bahwa jawaban relatif sama, yaitu kapitasi yang dibayar BPJS sudah
termasuk komponen obat di dalamnya. Adapun jawaban informan disajikan pada Tabel 4.19.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Matrik Jawaban Informan Triangulasi tentang Kapitasi yang Dibayarkan BPJS
Informan Kepala
Puskesmas Pertanyaan
Bagaimana tanggapan BapakIbu tentang kapitasi yang dibayarkan BPJS apakah sudah termasuk komponen obat
didalamnya
Jawaban
1 Sudah, obat sudah termasuk disitu
2 Komponen obat sudah termasuk
3 Sudah, dalam kapitasi itu sudah termasuk obat
4 Obat sudah termasuk dalam kapitasi BPJS itu..
5 Sudah termasuk
6 Dalam kapitasi itu sudah termasuk obat di dalamnya
7 Sudah termasuk komponen obat di dalamnya
8 Sudah ya, obat termasuk di dalamnya
9 Obat masuk dalam kapitasi
10 Ya sudah, obat sudah termasuk
11 Komponen obat termasuk dalam kapitasi
12 Obat-obatan sudah termasuk dalam dana kapitasi
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Perencanaan Kebutuhan Obat dalam Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan
5.1.1. Data Dasar dan Sumber Data yang Dibutuhkan Untuk Perencanaan
Kebutuhan Obat Puskesmas
Data dasar dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditanyakan kepada 2 orang informan dari unsur Dinas Kesehatan Kota Medan Kepala Gudang
Farmasi dan Kepala Seksi Kefarmasian. Hasil penelitian berdasarkan penuturan kedua informan bahwa data dasar yang dibutuhkan untuk merencanakan obat dalam
rangka implementasi JKN adalah data penyakit, data pemakaian obat tahun sebelumnya, jumlah kasus penyakit dan stok akhir. Data bersumber dari semua
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar ditambah laporan pemakaian obat masing-masing puskesmas melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
LPLPO setiap bulan serta menyatakan data yang ada akurat, tidak dibagi 12 bulan tetapi sejumlah bulan pemakaian obat tersebut. Hasil jawaban informan sebagai
triangulasi juga relatif sama dengan jawaban informan utama. Berdasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa data dasar yang
digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dalam merencanakan kebutuhan obat Puskesmas salah satu diantaranya adalah berdasarkan hasil kompilasi pemakaian obat
dan datanya menurut informan cukup akurat. Perhitungan rata-rata penggunan obat per bulan tidak dibagi 12 bulan tetapi sejumlah bulan pemkaian obat tersebut. Hal ini
tentunya dapat mempengaruhi ketepatan dalam merencanakan kebutuhan obat secara
77
Universitas Sumatera Utara
riil dan berdampak terhadap ketersediaan obat pada Dinas Kesehatan Kota Medan begitu juga pada Puskesmas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Suryawati 1997 dalam makalahnya menyebutkan bahwa bagi pengelolaan obat yang baik, perencanaan
kebutuhan obat idealnya dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap terakhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu. Gambaran
penggunaan obat dapat diperoleh berdasarkan data riil konsumsi obat atau data riil pola penyakit.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Depkes RI 2004 yang menyatakan bahwa untuk perencanaan kebutuhan obat Puskesmas data mutasi obat
yang dimiliki oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Data ini sangat penting untuk perencanaan
kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di
KabupatanKota. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO, yaitu
formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah. Selanjutnya Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan UPOPPK yaitu
pengelola obat di tingkat kota seperti gudang farmasi, yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya.
Untuk itu Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara sendiri- sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini belum relevan dengan pendapat Kristin 2002 yang mengungkapkan bahwa data yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan
obat antara lain : 1 data populasi total di suatu wilayah dan rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun, 2 data status kesehatan yang menyangkut angka penyakit
terbanyak pada penduduk dewasa dan anak, 3 data yang berkaitan dengan obat, seperti jumlah penulis resep prescriber, jumlah biaya yang tersedia, jumlah farmasis
dan asisten apoteker serta jumlah item obat yang tersedia di pasaran.
5.1.2. Pemilihan Jenis dan Jumlah Obat