Pemenuhan Kebutuhan Obat Puskesmas Sebagai PKD dalam Era JKN 144 Diagnosa Penyakit Merupakan Layanan Puskesmas dalam Era JKN

Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah meningkatkan sosialisasi pada seluruh petugas kesehatan khususnya dilingkungan Puskesmas tentang pelayanan kesehatan pada era JKN, diharapkan melalui sosialisasi akan mengetahui dan memahami tentang JKN, sehingga pada saat implementasi kelak faham tentang JKN.

5.1.7. Pemenuhan Kebutuhan Obat Puskesmas Sebagai PKD dalam Era JKN

Pemenuhan kebutuhan obat puskesmas sebagai PKD dalam era JKN dalam penelitian ini ditanyakan kepada 12 orang informan dari petugas obat Puskesmas. Hasil penelitian berdasarkan penuturan informan utama dan informan triangulasi relatif sama, yaitu sebagian besar menyatakan ada beberapa jenis obat yang tidak ada, dan ada yang kurang bahkan ada yang menyatakan berlebih jumlahnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa tidak semua obat yang dibutuhkan Puskesmas sesuai dengan yang dipesan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hartono 2007 yang mengungkapkan dalam penentuan jenis obat dan alokasi dana yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota tidak selalu sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Salah satu upaya yang perlu dilakukan, yaitu DKK perlu menyelenggarakan pertemuan rutin bagi penulis resep pengguna obat, pelaksana farmasi DKK, pengelola obat Puskesmas dalam rangka mendukung perencanaan kebutuhan obat, sehingga kesalahan dalam kebutuhan obat kekurangan dan kelebihan obat dapat diminimalisasi serta hal ini diperlukan sinergitas yang kuat antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan kapasitas produksi Nasional untuk memenuhi obat yang tidak terealisasi guna mendukung program JKN. Universitas Sumatera Utara

5.1.8. 144 Diagnosa Penyakit Merupakan Layanan Puskesmas dalam Era JKN

Layanan Puskesmas dalam era JKN berdasarkan 144 diagnosa penyakit dalam penelitian ini ditanyakan kepada 12 orang informan dari petugas obat Puskesmas. Hasil penelitian berdasarkan penuturan informan utama sebagian besar informan relatif sama, yaitu belum pernah mendengar dan belum tahu tentang 144 diagnosa penyakit merupakan layanan Puskesmas. Sedangkan jawaban informan triangulasi relatif sama, yaitu sudah pernah diberitahu dan sudah disosialisasikan terutama untuk dokter. Hal ini memberikan gambaran bahwa pemberian informasi terkait dengan JKN sangat terbatas diketahui oleh petugas pengelola obat dilingkungan Puskesmas, padahal informasi ini penting sekali dalam perencanaan kebutuhan obat Puskesmas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan primer dalam era BPJS yang diberikan wewenang atas layanan primer mencakup 144 macam diagnosis penyakit dengan alur klinis clinical pathway. Hal ini memberikan makna bahwa Puskesmas sebagai PPK tingkat pertama wajib menangani pelayanan kesehatan mencakup 144 jenis diagnosis penyakit secara tuntas sesuai dengan aturan dalam Permenkes No.71 tahun 2013. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh pimpinan Puskesmas adalah meningkatkan sosialisasi tentang JKN khususnya terkait dengan petugas obat agar informasi yang penting seharusnya diketahui petugas obat segera diinformasikan sesuai dengan kebutuhan Puskesmas dalam implementasi JKN.

5.1.9. Tanggapan tentang Kapitasi yang Dibayarkan BPJS