68
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „bank’ memiliki arti badan usaha
di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang.
1
Secara etimologi, kata bank berasal dari bahasa Latin banco merujuk pada meja, counter atau tempat penukaran uang money changer.
2
Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman
dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.
3
Secara terminologi, bank memiliki pengertian lembaga yang mendapat izin untuk
mengerakan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pinjaman sehingga berfungsi sebagai sarana perantara bagi
penabung depositor, saver, dan investor yang mengalami surplus dana dengan peminjam borrower yang mengalami defisit dana dalam membiayai usaha yang
dilakukannya. Atau dapat dikatakan bank merupakan lembaga perantara
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, cet.IV Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h.103.
2
Rimsky K. Judissen, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, h.92-93.
3
Andri Soemitra, Bank Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Kencana, 2009, h.62.
69
Intermediary Institution yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat surplus unit
dan menyalurkan dana kepada masyarakat deficit unit.
4
Menurut pasal 1 point 2 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di
lain pihak, menurut UU No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
5
Dalam perkembangannya, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu
unit Bank Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, maka pada Desember 2010 telah berdiri 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah UUS dan 150 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia.
6
Bank Umum Syariah yang telah berdiri diantaranya:
1. Bank Syariah Muamalat Indonesia 2. Bank Syariah Mandiri
3. Bank Syariah Mega Indonesia 4. Bank Syariah BRI
4
H.M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, cet.II, Jakarta: Penerbit Bangkit, 1992, h.1.
5
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
6
Statistik Perbankan
Syariah Desember
2010 dari
http:www.bi.go.idwebidstatistikStatistik+Perbankan+Syariahsps_1308.htm, diakses pada 12 Februari 2011.
70
5. Bank Syariah Bukopin 6. Bank Panin Syariah
7. Bank Victoria Syariah 8. BCA Syariah
9. Bank Jabar dan Banten 10. Bank Syariah BNI
11. Maybank Indonesia Syariah Adapun produk-produk yang dimiliki oleh perbankan syariah
diantaranya:
7
1. Produk penyaluran dana 2. Produk penghimpunan dana
3. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya. Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah.
Sedangkan produk penyalurannya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya yaitu:
1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.
7
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 125.
71
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa.
3. Transaksi pembiayaan untuk kerjasama yang ditujukan guna untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Dalam katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang
termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti; Mudharabah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan
prinsip sewa yaitu Ijarah. Pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Musyarakah dan Mudharabah.
Selain produk-produk penyaluran dana tersebut diatas yang merupakan porsi penyaluran dana perbankan terbesar, bank syariah dalam menjaga
likuiditasnya juga menempatkan dana pada instrument investasi. Instrument ini berfungsi menjaga agar dana perbankan tetap liquid. Instrumen penempatan dana
tersebut misalnya saham, sukuk, dan penempatan pada instrument moneter syariah berupa SBIS dan pemanfaatan PUAS.
Sedangkan pada perbankan konvensional, jenis instrumen penempatan dana lainnya berupa saham, obligasi, instrument derevatif dan penempatan pada
72
instrument moneter berupa SBI dan pemanfaatan PUAB. Instrument moneter berupa SBI dimanfaatkan oleh bank sebagai alat investasi yang aman dan
menguntungkan. Bahkan pada saat krisis 1998 suku bunga SBI pernah mencapai lebih dari 70 pada Agustus 1998 dan menyebabkan jumlah penempatan dana
yang dilakukan bank-bank pada SBI meningkat tajam. Peningkatan tersebut mengakibatkan peningkatan beban negara terhadap SBI ini melonjak sangat
tinggi. Tidak hanya itu, bank-bank yang dinyatakan sehat pada krisis 1998 sebenarnya dapat bertahan ditengah krisis merupakan hasil dari keuntungan yang
diperoleh dari transaksi pinjam-meminjam dana di PUAB Pasar Uang AntarBank dengan suku bunga overnight yang tinggi. Bahkan suku bunga Pasar
Uang Antar Bank PUAB pernah mencapai 300 per tahun.
8
Tingginya suku bunga PUAB ini dikarenakan banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas
yang sangat parah yang disusul dengan kelangkaan likuiditas serta distrust antar bank. Keadaaan ini mengakibatkan bank-bank lebih memilih menahan
likuiditasnya. Jika pun ada bank yang meminjamkan dana pada bank lain, bunga yang dimintapun sangat besar.
Pada krisis keuangan global 2008, perbankan konvensional juga melakukan aksi menampatkan dana pada SBI. Penempatan dana perbankan pada
Sertifikat Bank Indonesia SBI mulai terlihat meningkat sejak Agustus 2008 dan terus bertambah banyak sejak krisis keuangan melanda Amerika yang kemudian
8
“Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1997-1998” diakses pada tanggal 20 Agustus
2011 dari
http:www.bi.go.idNRrdonlyresA6011CBA-1B4E-49B1-9DDC- CB01AB6C60D019387SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf
73
menyebar ke seluruh dunia. Pada April 2009, sebanyak Rp 216,5 triliun dana perbankan ditempatkan di SBI, berlipat 2,5 kali dari posisi enam bulan
sebelumnya yaitu Rp 84,5 triliun.
9
Sedangkan suku bunga Pasar Uang Antarbank PUAB pada krisis keuangan global 2008 tidak setinggi krisis moneter 1998.
Suku bunga PUAB tahun 2008 berkisar antara 10-12.
10
Sedangkan pada perbankan syariah, instrument SBIS dan PUAS belum dapat digunakan pada krisis 1998 karena instrument tersebut belum terbit pada
saat itu. Dan analisis mengenai penempatan dana perbankan syariah pada instrument SBIS dan PUAS pada saat krisis keuangan global 2008 akan
dijelaskan dibawah ini.
B. Analisis Deskriptif terhadap Penempatan Dana Perbankan Syariah di