Teknik Pengumpulan data Analisis Data

2. Sumber Data

Penelitian yuridis normatif ini menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan library research, penelitian kepustakaan sebagai salah satu cara mengumpulkan data didasarkan pada buku-buku literatur yang telah disediakan terlebih dahulu yang tentunya berkaitan dengan tesis ini, untuk memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis ilmiah sebagai perbandingan maupun petunjuk dalam menguraikan bahasan terhadap masalah yang dihadapi selanjutnya dikumpulkan dan dipelajari beberapa tulisan yang berhubungan topik tesis ini.

3. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan library research. Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 50 a. Bahan hukum primer, yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan Pertanggungjawaban Pribadi Direksi Atas Kerugian Perseroan. Dalam hal ini khususnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer , 51 seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahan dokumen pribadi berupa pendapat pakar hukum yang erat kaitamnya dengan objek penelitian. 50 Soerjono Soekanto dan Sri mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hal 88 51 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982, hal 24 Universitas Sumatera Utara c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, kamus umum dan kamus hukum. 52 Surat kabar, internet, serta majalah mingguan juga dapat menjadi bahan dalam penulisan tesis ini, sepanjang memuat informasi yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Analisis Data

Bahan hukum yang diperoleh dari penelitian tersebut selanjutnya diteliti kembali sehingga diperoleh bahan hukum yang mempunyai kaedah-kaedah hukum yang mengatur tentang Pertanggungjawaban Pribadi Direksi dalam self dealing. Kemudian bahan hukum tersebut disesuaikan sehingga dapat dihasilkan klasifikasi yang sejalan dengan permasalahan tentang Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kerugian Perseroan dalam Self Dealing. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada suatu kesimpulan. Diharapkan melalui penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi mengenai bagaimana pertanggungjawaban Direksi Perseroan sehingga nantinya dapat ditarik suatu kesimpulan tentang asas-asas hukum atau kaedah-kaedah hukum guna penyempurnaan ataupun penyesuaian pengaturan mengenai Pertanggungjawaban Pribadi Direksi Terhadap Kerugian Perseroan. 52 Soerjono Soekanto dan Sri mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali Pers, 1990, hal 14-15 Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGATURAN SELF DEALING DALAM HUKUM PERUSAHAAN DI

INDONESIA

A. Self Dealing dalam Sejarah Hukum Perusahaan di Indonesia

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 telah menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995, sebelum tahun 1995, pengaturan perseroan terbatas dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, yang berasal dari Belanda dan diperlakukan di Indonesia tahun 1848. 53 Tanggung jawab pemegang saham dan direktur menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas masih relevan karena bunyi ketentuannya tidak berubah sejak berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD dan kemudian digantikan oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1995. 54 Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru menyatakan bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ayat 2, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku apabila : a. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi; c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau 53 R. Soepomo, Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia Ke II, Jakarta : Pradnya Paramita, 1972 Hal 10. 54 Erman Rajagukguk, Pengelolaan Perusahaan yang Baik : Tanggung Jawab Pemegang saham, Komisaris dan Direksi, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 26. No 3- Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara