Corporate Opportunity KRITERIA YANG DAPAT MENJERAT DIREKSI AGAR

E. Corporate Opportunity

Berkaitan dengan self dealing transaction dan doktrin-doktrin lain dalam corporate law, terdapat doktrin yang masih erat hubungannya yakni corporate opportunity. Munir Fuady memberi batasan terhadap doktrin ini, yaitu seorang direktur, komisaris atau pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama tidak diperkenankan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu. Sudah selayaknya direksi tersebut melakukan perbuatan yang menguntungkan perusahaan. Jadi, apabila direksi telah membelokkan keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan menjadi keuntungan pribadi direksi, maka kepada direksi yang bersangkutan juga dapat dimintakan pertanggungjawabannya oleh pihak yang dirugikan. 89 Pada prinsipnya oportunitas perseroan corporate opportunity merupakan suatu doktrin yang mengajarkan bahwa seorang direktur, komisaris atau pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama, tidak diperkenankan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu. Dengan demikian, manakala tindakan tersebut merupakan kesempatan opportunity bagi perseroan dalam menjalankan bisnisnya, direksi tidak boleh mengambil kesempatan tersebut untuk kepentingan pribadinya. Oportunitas perseroan tidak lain dari suatu hak, kepemilikan, kepentingan atau suatu harapan yang menurut sendi-sendi keadilan merupakan milik dari perseroan. Apabila pihak direksi melakukan transaksi untuk dirinya sendiri, padahal transaksi 89 Tri widiyono, Op. Cit., hal 94 Universitas Sumatera Utara tersebut sepantasnya dilakukan untuk perseroan atau informasi mengenai transaksi tersbut didapatkannya dalam kedudukannya sebagai direksi, maka direksi yang demikian telah melanggar prinsip conflict of interest, karena sebagai seorang direktur, seharusnya dia dengan sebaik-baiknya memperhatikan kepentingan perseroan melebihi kepentingan pribadinya, bukan justru mengambil manfaat atau keuntungan potensial dari perusahaan untuk dirinya sendiri. Doktrin oportunitas perseroan dalam literatur-literatur hukum kadang disebut juga taking of corporate advantage. Jadi, seorang direksi atau pegawai perseroan tidak boleh menguntungkan diri sendiri dengan merugikan kepentingan perseroan yang diwakilinya atau perseroan tempat di mana dia harus bekerja sebaik-baiknya. Karena itu berdasarkan prinsip fiduciary duty dari direksi, pejabat di perseroan atau pemegang saham pengontrol dari perseroan, mereka oleh hukum tidak diperbolehkan untuk merugikan atau membahayakan perseroan, atau berkompetisi ataupun mengambil manfaat terhadap perseroan yang diwakilinyadiurusnya. Doktrin corporate opportunity adalah doktrin yang melarang direksi untuk mengambil kesempatan bagi dirinya pribadi dimana kesempatan tersebut sebenarnya dapat diambil untuk kepentingan perseroan, sebenarnya doktrin ini merupakan salah satu sisi dari pelaksanaan atas tugas fiduciary duty dari direksi. Pada prinsipnya corporate opportunity mengajarkan bahwa seorang direktur, komisaris, atau pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama, tidak diperkenankan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu. Universitas Sumatera Utara Institut Hukum Amerika American Law Intitute memberikan defenisi kepada oportunitas perseroan sebagai berikut: 1. setiap kesempatan oportunitas untuk melibatkan diri dalam aktivitas bisnis di mana pihak direksi atau eksekutif senior sadar sepenuhnya bahwa: a. dalam hubungan dengan pelaksanaan tugasnya selaku direksi atau eksekutif senior, atau dalam keadaan yang menyebabkan pihak direksi atau eksekutif senior secara logis berkeyakinan bahwa orang yang menawarkan kesempatan tersebut sebenarnya ingin menawarkannya kepada perseroan, atau b. melalui pemanfaatan informasi atau asset perseroan, jika pihak direksi atau eksekutif senior secara logis berkeyakinan bahwa kesempatan tersebut dapat diharapkan untuk membawa manfaat bagi perseroan. 2. Setiap kesempatan oportunitas untuk melibatkan diri dalam suatu aktivitas bisnis dimana pihak direksi atau eksekutif senior sadar dan mengetahui bahwa aktivitas tersebut sangat berhubungan dengan bisnis di mana perseroan terlibat atau diharapkan akan terlibat. 90 Jadi sebenarnya yang hendak dicegah oleh doktrin ini adalah jangan sampai pihak direksi atau pejabat lainnya dalam perusahaan mengambil keuntungan atau manfaat pribadi dari bisnis perseroan atau bisnis yang seharusnya menjadi hak perseroan. Sama saja dengan larangan bagi direksi untuk mengambil manfaat lainnya secara pribadi, tetapi dalam kedudukannya selaku direksi perseroan. Karena itu, direksi dalam kedudukannya 90 Munir Fuady II, Op. Cit.,, hal 225 Universitas Sumatera Utara sebagai direksi perseroan, kecuali dengan persetujuan dari perseroan atau pemegang saham, dilarang mengambil keuntungan pibadi dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: 1. mengambil kesempatan yang menjadi haknya perseroan. 2. mengambil komisi dari bisnis perseroan. 3. mendapatkan bonus, hadiah, dan lain-lain. 4. memperoleh keuntungan pribadi lainnya. Dalam teori hukum perseroan, dilarangnya direksi atau pejabat perusahaan lainnya untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan mengambil kesempatan yang sebenarnya tergolong ke dalam oportunitas perseroan, larangan tersebut didasari atas berbagai doktrin hukum perseroan, anatar lain doktrin-doktrin sebagai berikut: 1. fiduciary duty dari direksi 2. conflict of interest 3. penyalahgunaan rahasia dagang trade secret 4. penyalahgunaan daftar pelanggan 5. ikut campur secara melawan hukum terhadap hubungan kontraktual 6. kompetisi secara tidak fair 7. bertentangan dengan etika bisnis 91 Apabila tindakan yang sebenarnya tergolong ke dalam oportunitas perseroan dilakukan oleh direksi untuk kepentingan pribadinya, maka di sepanjang sejarah hukum telah diterapkan terhadap direksi tersebut salah satu di antara sanksi sebagai berikut: 1. direksi mengganti segala kerugian perseroan. 2. mengembalikan kepada perseroan segal keuntungan yang telah diterima oleh direksi tersebut. 91 Ibid., hal 226 Universitas Sumatera Utara 3. properti yang ada dalam tangan direksi yang didapat dari pelaksanaan oportunitas perseroan tersebut oleh hukum dianggap milik perseroan, terhadap properti tersebut pihak direksi hanyalah berkedudukan sebagai trustee saja. Karena itu, menurut teori ini, direksi juga harus mengembalikan semua keuntungannya kepada perusahaan yang dipimpinnya.

F. Kriteria yang dapat Menjerat Direksi agar Mempertanggungjawabkan