hendaknya dapat mengantisipasi hal-hal tersebut berdasarkan data historis, perilaku konsumen, survei pasar, dan juga ketajaman intuisi manajer.
Keputusan investasi pada penelitian ini diproksikan dengan price earning ratio PER. “Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai
dikalangan analisis saham dan para praktisi” Tandelilin, 2001:193 dalam Ayuningtiyas. Dalam pendekatan price earning ratio atau disebut juga
pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali multiplier nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. “PER menggambarkan rasio
atau perbandingan antara harga saham terhadap earning laba perusahaan” Tandelilin, 2001:191 dalam Ayuningtiyas. Dari beberapa penjelasan di atas
dengan demikian keputusan investasi yang diproksikan dengan Price Earning Ratio PER dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
2.1.6 Insider Ownership
Insider Ownership Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan atas saham biasa atau dengan kata lain proporsi saham yang dimiliki oleh pihak
manajemen perusahaan yang dapat di ukur dari persentase saham biasa yang dimiliki dan kepemilikan manajerial juga ikut terlibat dalam pengambilan keputusan
perusahaan akibat adanya porsi saham yang dimiliki oleh insider. Menurut
Leland dan Pyle 1977 berpendapat bahwa insider berkeinginan untuk menginvestasikan
modalnya ke dalam proyek mereka yang berkualitas, dan hal ini dapat mengindikasikan bahwa ekuitas yang dipegang oleh insider dapat bertindak
sebagai signal terhadap nilai perusahaan. Informasi mengenai Insider Ownership Kepemilikan Manajerial penting
bagi pengguna laporan keuangan oleh sebab itu informasi ini akan diungkapkan
Universitas Sumatera Utara
dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency theory. Dalam kerangka
agency theory, hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Agent diberi mandat oleh principal
untuk menjalankan bisnis demi kepentingan principal. Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal.
Situasi seperti di atas merupakan suatu ancaman bagi pemegang saham jikalau manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan
para pemegang saham. Dalam konteks ini masing – masing pihak memiliki kepentingan sendiri – sendiri. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam agency
theory yaitu adanya konflik kepentingan. Pemegang saham dan manajer masing – masing berkepentingan untuk mamaksimalkan tujuannya. Masing-masing pihak
memiliki risiko terkait dengan fungsinya. Manajer memiliki resiko untuk tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara
pemegang saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih manajer.
Kondisi di atas merupakan konsekuensi pemisahan fungsi yaitu antara fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan. Situasi ini tentunya akan berbeda, jika
kondisinya manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham atau pemegang saham juga sekaligus sebagai manajer atau disebut juga kondisi perusahaan dengan
kepemilikan manajerial. Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan kepemilikan manajerial tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai
pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial,
Universitas Sumatera Utara
manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri.
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen.
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan dan sekaligus manajer sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam
laporan keuangan, situasi seperti ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer yang terletak pada catatan atas
laporan keuangan yaitu modal saham. Dalam perusahaan dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer yang
sekaligus pemegang saham tentunya akan menyelaraskan kepentingannya diri sendiri dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Pada sisi lain semakin
besar kepemilikan manajerial, maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen yang sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan, hal ini
memberikan efek positif bagi nilai perusahaan.
2.2 . Review Peneliti Terdahulu