kita, yang ada hubungannya dengan tujuan dalam diri kita.
31
3. Macam-macam Persepsi
Persepsi dibagi menjadi dua macam, yaitu persepsi benda dan persepsi sosial dengan menunjukkan beberapa obyek sosial khusus seperti:
a. Persepsi orang. Persepsi ini merupakan suatu bidang kajian yang paling banyak mendapatkan  perhatian  para  ahli  psikologi social.  Persepsi  ini
adalah  pandangan  atau  penilaian  terhadap  orang  lain  yang  dapat membawa  pengaruh  tertentu  terhadap  sikap  dan  perilaku  dalam
berhubungan  dengan  orang  yang  dinilai  tersebut.  Hal  ini  penting  bagi pustakawan  dalam  kaitannya  dengan  pelayanan.  Jika  seorang
pustakawan  salah  membuat  persepsi  terhadap  pengunjung,  berakibat pada servis atau layanan perpustakaan yang tidak maksimal, cenderung
terkesan judes, tidak simpati, tidak ramah, atau yang lainnya.
b. Persepsi  emosi, yaitu  untuk  mengenal  stimulus  apa  saja  yang  dapat menimbulkan persepsi bahwa seseorang sedang mengalami suatu emosi
tertentu. Emosi ini diartikan sebagai perubahan perasaan  yang terdapat pada diri seseorang dari suatu status ke status yang lain, sebagai akibat
dari rangsangan tertentu. Untuk mengenali perasaan orang lain dengan menggunakan  petunjuk-petunjuk  non  verbal,  seperti  gerakan,  posisi
tangan, posisi badan serta kaki. Kemampuan orang menangkap dengan cepat  petunjuk  non  verbal  dapat  meningkatkan  efektivitas  komunikasi
antar pribadi.
c. Persepsi  sifat  atau  ciri  keperibadian  yaitu  persepsi atau  anggapan mengenai sifat atau ciri kepribadian seseorang. Persepsi ini lebih rumit
dari persepsi emosi, biasanya diperlukan pengamatan yang lebih cermat atau dapat menggunakan bantuan alat tes.
d. Persepsi  motif  yaitu  untuk  menunjukkan  pada  upaya  menjelaskan sebab-sebab  atau  landasan  dari  timbulnya  suatu  peristiwa  perilaku
tertentu pada diri seseorang atau menerangkan apa yang menjadi motif dari timbulnya suatu tingkah laku tertentu.
e. Persepsi  kausalitas.  Ada  dua  kategori  dalam  menentukan  persepsi kausalitas yaitu kausal  disposisional yaitu bersumber  pada  diri
perilaku yang terlibat  dalam  peristiwa  tersebut  dan kausal  situasional yaitu bersumber  pada  keadaan  sesaat  atau  keadaan  yang melingkupi
terjadinya peristiwa tersebut.
f. Persepsi  diri  yaitu  persepsi  yang  menunjukkan  pada  persepsi  pribadi seseorang  mengenai  ciri-ciri  dan  kualitas  diri  sendiri. Dalam  persepsi
ini seolah-olah keluar dari dirinya dn melihat diri sendiri sebagai suatu objek  yang  dapat  diamat,  ditelaah  ataupun  dinilai.  Apa  yang
dikemukakaan  mengacu  pada  kondisi  atau  kenyataan  nyata  pada  diri sendiri.
32
31
Irwanto, Psikologi Umum : Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996 h. 71-73
32
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan, h. 54-55
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah: a. Stereotip  yaitu  pandangan  kita  tentang  ciri-ciri  tingkah  laku dari
sekelompok  masyarakat tertentu. Misal  kelompok  suku,  kelompok agama, kelas  ekonomi, jenis kelamin,  etnis, dan  lain-lain. Stereotip ini
akan  berpengaruh  terhadap  kesan  pertama.  Contoh:  seumpama  kita bertemu  dengan  orang  lain  yang  berasal  dari  suku  sunda,  gambaran
stereotip tentang ciri-ciri atau perilaku secara umum masyarakat sunda merupakan  salah  satu  sumber  informasi  yang  kita  pakai  untuk  menilai
orang tersebut.
b. Persepsi diri yaitu pandangan kita terhadap diri kita ternyata juga sangat mempenaruhi  pembentukan  kesan  pertama kita. Berbagai  penelitian
menunjukkan adanya kecenderungan untuk melihat kesamaan yang ada pada  diri  pribadi  dengan  orang  yang  baru  kita  kenal.  Contoh:  apabila
kita bertemu dengan orang lain  yang memiliki hobi yang sama dengan kita, maka ia akan cenderung lebih mudah akrab dengan kita dibanding
dengan orang yang tidak memiliki kesamaan hobi dengan kita.
c. Situasi  dan  Kondisi,  yaitu  pandangan  terhadap  seseorang  yang dipengaruhi  oleh  situasi  atau  kondisi  tertentu.  Banyak  kejadian  yang
sebenarnya disadari atau tidak disadari bahwa pada situasi atau kondisi tertentu orang memiliki kesan mendalam terhadap orang lain. Misalnya
pada  saat  kita  membutuhkan  pertolongan  dan  datang  orang  lain  untuk menolong  kita,  maka  kesan  dalam  situasi  dan  kondisi  yang  demikian
akan melekat lebih dalam pada diri kita bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan berkarakter baik.
d. Ciri-ciri  yang  ada dalam diri orang itu  yaitu daya tarik  fisik seseorang yang  dapat  menimbulkan  penilaian  khusus  pada  saat  pertama  kali
bertemu. Misalnya ganteng, tinggi-tegap, kurus, cantik, dan lain-lain.
33
Pendapat  lain  diberikan  oleh Bimo Walgito  bahwa  faktor  yang
mempengaruhi persepsi adalah: a. Objek  yang  di  persepsikan,  karena  objek  yang  dipersepsikan  akan
menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. b. Alat  indera,  syaraf  dan  pusat  susunan  syaraf. Alat  indera  atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoring sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian,  perhatian  merupakan  perumusatan  atau  konsentrasi  dari seluruh  aktifitas  individu  yang  ditujukan  kepada  sesuatu  atau
sekumpulan objek.
34
33
Ibid, h. 57-58
34
Bimo Walgito, Psikologi Umum. Jakarta : Pepustakaan Nasional RI, 2002, h. 70.
5. Jenis-jenis Persepsi
Menurut Wiji Suwarno persepsi dikelompokan menjadi dua yaitu persepsi mengenai benda dan sosial.
35
1 Persepsi benda Objek stimulusnya merupakan suatu hal atau benda yang nyata dan
dapat  diraba,  dirasakan,  dan  dapat  di  rasakan  oleh  indera  manusia secara  langsung.  Unsur  perantaranya  terbatas,  seperti  gelombang
cahaya,  gelombang  suara,  suhu,  dan  gerakan  lain  yang  umumnya merupakan gerakan fisik.
2 Persepsi Sosial Terjadi karena kontak secara tidak langsung, seperti melalui cerita
atau  apa yang  kita  dengar  dari  orang  lain,  dari  surat  kabar,  radio,  dan lain-lain.  Pada benda yang  mempunyai  dimensi  lebih  jelas  seperti
bentuk, warna, dan ukuran semuanya lebih mudah dikenali.
Pada  persepsi  sosial  stimulusnya  mungkin  tidak  bisa  kita  raba, rasakan, dan  hanya  dapat  ditangkap  melaui  penginderaan  terhadap
sejumlah petunjuk, misalnya  emosi,  motif  sikap pemakai  dan  lainnya. Contohnya diperpustakaan yaitu jika pustakawan melihat pemakai
bingung mencari  buku yang dibutuhkannya,  maka  kita  dapat  melihat sikap  pemakai  itu  yang  dia  lakukan pada perpustakaan  tersebut.  Maka
pustakawan  mempersepsikan  pemakai  itu sedang kebingungan  dalam mencari informasi yang dibutuhkannya.
Proses  persepsi  meliputi  sesuatu  interaksi  yang  sulit  dari kegiatan pengintifikasian  penyusunan  dan  penganalisa.  Proses  persepsi  dapat
menambah dan  mengurangi  kejadian  nyata  yang  di  indera  seseorang bergantung pada informasi  yang  diterima.  Informasi  yang  mendapat
perhatian  dikatagorikan  dan di hubungkan  sehingga  membentuk kerangka kognitif.
Berdasarkan  pendapat  para  tokoh  di  atas  maka penulis dapat diambil kesimpulan bahwa  persepsi  pemakai  diperpustakaan  dapat
dipengaruhi oleh: a. Informasi,  misalnya Imam mendapatkan  informasi  dari sahabatnya
bahwa  pelayanan  di  perpustakaan  A  sangat  baik. Walaupun ia belum pernah mengunjungi perpustakaan A tersebut.
b. Pengalaman,  misalnya  sesorang  mempunyai  pengalaman  sewaktu
35
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan, h. 53
kecil yang  menyenangkan  ketika  berkunjung  ke  perpustakaan disekolahnya. Maka  persepsi  terhadap  perpustakaan  juga  lebih
positif, ia
menganggap  perpustakaan  sebagai  tempat  yang menyenangkan.
c. Hobi, misalnya seseorang yang mempunyai hobi membaca mungkin akan  mempunyai  persepsi  yang  berbeda  terhadap perpustakaan
dibandingkan orang yang hobinya bukan membaca. d. Sistem  nilai  yang  dianut,  misalnya  masyarakat  dinegara  maju
menganggap membaca merupakan suatu kewajiban akan mempunyai persepsi  yang  berbeda  terhadap  perpustakaan  dibandingkan  dengan
negara berkembang. e. Kepribadian,  misalnya  A  seorang  penakut  dan  malu, menghadapi
petugas  perpustakaan  yang  tegas  membuatnya  bergetar.  Terus A mepersepsikan  petugas  perpustakaan  tersebut
sebagai  orang menakutkan  yang  harus  dijauhi.  Berbeda dengan  B  yang
mempunyai kepercayaan diri  yang  tinggi  dan  mudah  bergaul mempunyai  penilaian  yang positif terhadap  petugas  perpustakaan
yang sama. f. Kebutuhan,  misalnya  orang  yang  sedang  membutuhkan  buku di
perpustakaan  untuk  menyelesaikan  tugasnya,  mempunyai persepsi berbeda dengan mereka yang tidak membutuhkan buku tersebut.
g. Pendidikan,  misalnya  orang-orang  yang  memiliki  pendidikan  tinggi yang  mempunyai  informasi  yang  lebih  banyak  dan  lebih  akurat
mereka juga  sudah  biasa  menggunakan  perpustakaan.  Oleh  karena
itu, mereka akan mempunyai persepsi berbeda dengan mereka  yang hanya memiliki pendidikan rendah.
h. Set atau harapan, misalnya A dan B mencari informasi di sebuah perpustakaan  yang  sama  mereka  berdua  sama-sama  mengharapkan
mendapatkan  informasi  tersebut  tetapi  pada  kenyataannya  A mendapatkannya  dan  B  tidak  mendapatkannya,  tentu  saja  mereka
berdua  memiliki  persepsi  yang  berbeda  terhadap  perpustakaan tersebut.
6. Skala Pengukuran Persepsi
Para  ahli  sosiologi  membedakan  dua  tipe  skala  pengukuran  menurut gejala sosial yang diukur, yaitu :
a. Skala pengukuran  untuk  mengukur  perilaku  susial  dan  kepribadian. Termasuk tipe ini adalah : skala sikap, skala moral, test karakter, skala
partisipasi sosial. b. Skala  pengukuran  untuk  mengukur  berbagai  aspek  budaya  lain  dan
lingkungan  sosial. Termasuk skala mengukur  status  sosial  ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarkat sosial, kemasyarakatan, kondisi
rumah tangga, dan lain sebagainya.
36
Dari  tipe-tipe  skala  pengukuran  diatas,  yang  akan  penulis  bahas hanyalah  skala  untuk  mengukur  sikap.  Karena  penelitian  yang  diambil
oleh peneliti yakni tentang “persepsi”.
7. Skala Sikap
Bentuk-bentuk  skala  sikap  yang  perlu  diketahui  dan  sering  digunakan dalam penelitian ada 5  yaitu skala  Likert, skala  Guttman, skala Simantict
defferential, Rating scale, dan skala Thurstone.
37
36
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, h. 85
37
Ibid
1 Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang  atau  kelompok  tentang  kejadian  atau  gejala  sosial. Skala
likert  memiliki  dua  bentuk  pernyataan,  yaitu:  pernyataan  positif  dan negatif. Pernyataan  positif  diberi  skor 4,3,2,  dan  1.  Sedangkan  untuk
permyataan negatif diberi skor 1,2,3, dan 4. Dengan  menggunakan  skala  likert,  maka  variabel  yang  akan  diukur
dijabarkan  dari  variabel  menjadi  dimensi,  dari  dimensi  dijabarkan menjadi indikator, dan dari indikator dijadikan sub-indikator yang dapat
diukur.  Akhirnya  sub-indikator  dapat  dijadikan  tolak  ukur untuk membuat  suatu  pertanyaan  atau pernyataan  yang  perlu  dijawab  oleh
responden.
38
2 Skala Guttman
Skala  Guttman merupakan  skala  kumulatif.
Jika  seseorang menyisahkan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan
pertanyaan  yang  kurang  berbobot  lainnya.  Jadi,  Skala  Guttman  ialah skala  yang  digunakan  untuk  jawaban  yang  bersifat  jelas  tegas  dan
konsisten. Misalnya  :  yakin-tidak  yakin,  ya-tidak,  benar-salah,  positif- negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya.
Perbedaan Skala Guttman dengan Skala likert ialah jika Skala Likert terdapat  jarak  interval: 3,4,5,6, atau 7 yaitu  dari  sangat  benar  SB
sampai  dengan  sangat  tidak  benar  STB,  sedangkan pada  Skala Guttman hanya dua interval yaitu : Benar B dan Salah S.
39
38
Ibid, h. 86
39
Ibid, h. 89
3 Skala Differensial Semantik
Skala  ini  digunakan  untuk  mengukur  sikap  tidak  dalam  bentuk pilihan ganda atau chekclist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum
di  mana nilai  yang  sangat  negative  terletak  disebelah  kiri  sedangkan nilai  yang  sangat  positif  terletak  di  sebelah  kanan  atau  juga  dapat  di
definisikan  skala  ini  selalu  menunjukan  keadaan  yang  bertentangan, misalnya: kosong-penuh, jelek-baik, bodoh-cerdas dan sebagainya.
40
4 Rating Scale
Berdasarkan  ke-3  skala  pengukuran,  yaitu  Skala  Likert,  Skala Guttman,  dan  Skala  Perbedaan  Semantik,  data yang  diperoleh  adalah
data  kualitatif  yang  dikuantitatifkan.  Sedangkan  Rating  Scale  adalah data  mentah  yang  didapat  berupa  angka  kemudian  ditafsirkan  dalam
pengertian kualitatif. Dalam model Rating Scale responden tidak akan menjawab dari data
kualitatif  yang  sudah  tersedia  seperti:  ketat-longgar,  sering  dilakukan- tidak  pernah  dilakukan,  buruk-baik,  dan  sebagainya. Namun  dalam
rating  scale  ini  akan  menjawab  salah  satu  dari  jawaban  kuantitif  yang sudah disediakan. Dengan demikian bentuk Rating Scale lebih flexible,
tidak  hanya  terbatas  untuk  pengukuran  sikap  saja,  tetapi  untuk mengukur persepsi responden terhadap gejala atau fenomena lainnya.
41
5 Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia  setujui  dari  beberapa  pertanyaan  yang  menyajikan  pandangan  yang
40
Ibid, h. 90
41
Ibid, h. 92
berbeda-beda.  Pada  umumnya  setiap  item  mempunyai  asosiasi  nilai antara 1 sampai 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.
Perbedaan  antara  Skala  Thurstone  dengan  Skala  Likert  ialah  pada skala  Thurstone  interval  yang  panjangnya  sama  memiliki  intensitas
kekuatan yang sama, sedangkan pada Skala Likert tidak perlu sama. Dari penjelasan diatas mengenai pengukuran sikap, penulis memakai
untuk yaitu  dengan  memakai  skala  likert. Karena  skala  likert  lebih
difkuskan  untuk  mengukur  persepsi,  pendapat  serta  sikap  terhadap seseorang.
42
B. Perpustakaan Khusus 1. Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakan khusus  adalah  perpustakaan  yang  diselenggarakan  oleh suatu  lembaga  khusus.  Lembaga  yang  dimaksud  dapat  berupa  lembaga-
lembaga  industri,  lembaga  perkantoran  departemen,  lembaga  penelitian, dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.
43
Drs.  Idris Kamah menjelaskan  yang dikutip oleh Agus Sutoyo dalam bukunya  strategi  dan  pemikiran  perpustakaan  visi  Hernandono  bahwa
“perpustakaan  khusus  yaitu  semua  perpustakaan  yang  melayani sekelompok  pembaca  berupa  sebuah  kesatuan  dengan  perhatian  subjek
khusus”.
44
Perpustakaan  khusus  adalah perpustakaan  yang  menekankan  koleksi
42
Ibid, h. 95
43
Muljani A.  Nurhadi, Sejarah  Perpustakaan dan  Perkembangannya  di  Indonesia Yogyakarta: Andi Offset, 1983, h. 10
44
Agus Sutoyo, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan Visi Hernandono Jakarta: Sagung Seto, 2001, h. 194
dan  pelayanannya  pada  suatu  bidang  khusus.
45
Menurut  Undang-undang Perpustakaan  Nomor  43  Tahun  2007,  bagian  kelima  mengenai
perpustakaan khusus, dijelaskan sebagai berikut: 1 Pasal  25  mengatakan  bahwa  perpustakaan  khusus menyediakan  bahan
perpustakaan sesuai dengan kebutuhsn pemustaka di lingkungannya. 2 Pasal 26 mengatakan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan
kepada  pemustaka.  Di  lingkungannya  dan  secara  terbtas  memberikan layanan kepada pemustaka di luar lingkungannya.
3 Pasal  27  mengatakan  perpustakaan  khusus  diselenggarakan  sesuai dengan standar nasional perpustakaan.
4 Pasal  28  mengatakan  pemerintah  dan  pemerintah  daerah  memberikan bantuan berupa pembinaan teknis, pengelolaan, dan atau pengembangan
perpustakaan kepada perpustakaan khusus.
46
Perpustakaan  khusus  dapat  merupakan  perpustakaan  sebuah departemen,  lembaga  negara,  lembaga  penelitian,  organisasi  massa,
militer,  industri,  maupun  perusahaan  swasta. Adapun  yang  termasuk kelompok  perpustakaan  khusus  antara  lain perpustakaan  departemen  dan
lembaga  negara  nondepartemen,  perpustakaan  bank,  perpustakaan  surat kabar  dan  majalah,  perpustakaan  industri  dan  badan  komersial,
perpustakaan  lembaga  penelitian  dan  lembaga  ilmiah,  perpustakaan perusahaan,  perpustakaan  militer, perpustakaan  organisasi  massa,  dan
perpustakaan perguruan tinggi.
47
Perpustakaan  khusus  sering  disebut  juga  perpustakaan  kedinasan, karena  keberadaannya  pada  lembaga-lembaga  pemerintahan  dan  lembaga
swasta.  perpustakaan  khusus  merupakan  tempat  penelitian dan
pengembangan,  pusat  kajian,  serta  penunjang  pendidikan  dan  pelatihan
45
Endang  I  Sedijoprapto, Perpustakaan  Khusus:  Keberadaannya  Dalam  Institusi  Serta  Dasar-Dasar Pengelolaannya Jakarta: Maju Bersama, 2001, h. 1
46
Ikatan Pustakawan Indonesia, Undang-Undang Perpustakan Nomor 43 Tahun 2007 Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 17-18
47
Andi  Prastowo, Manajemen  Perpustakaan  Sekolah  Profesional Yogyakarta:  Diva  Press, Anggota IKAPI, 2012 h. 71
sumber  daya  manusia  atau  pegawai.  Dalam  hal  tertentu  orang  luar,  dapat diperbolehkan  menggunakan  perpustakaan,  misalnya  untuk  suatu
penelitian,  setelah  mendapat  izin  atau  rekomendasi dari  pejabat  yang berwenang
atau berkepentingan.
Perpustakaan disebut
sebagai perpustakaan khusus karena kekhususan koleksi, pemakai, tempatnya, dan
pengelolanya.
48
2. Ciri-ciri Perpustakaan Khusus
Lasa HS menyatakan bahwa jenis perpustakaan ini muncul awal abad ke-20 dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a Menitikberatkan pada fungsi informasi b Memiliki sifat khusus sesuai lembaga induknya
c Memberikan  jasa  pelayanan  pada  masyarakat  pemakai  tertentunya
seperti tuna rungu, tuna netra, narapidana, atau karyawan suatu instansi d Mengkhususkan koleksinya pada bidang tertentu
e Berskala mikro.
49
Sedangkan  menurut  Andi  Prastowo  menyebutkan  ciri-ciri  yang dimiliki perpustakaan khusus, adalah:
50
a. memiliki buku yang terbatas atau beberapa disiplin ilmu saja b. Keanggotaan  perpustakaan terbatas  pada  sejumlah  anggota  yang
ditentukan  oleh  kebijakan  perpustakaan  atau  kebijakan  badan  induk tempat perpustakaan tersebut bernaung
c. Peran  utama  pustakawan  adalah  melakukan  penelitian  kepustakaan untuk anggota
d. Tekanan  koleksi  bukan  pada  buku,  melainkan  pada  majalah,  pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak atau indeks
e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan
3. Tujuan Perpustakaan Khusus
Tujuan  penyelenggaraan  perpustakaan  khusus  bukanlah  untuk komunitas pada suatu lembaga, tetapi hanya ditunjukkan kepada karyawan
48
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, h. 50
49
Lasa HS, Kamus Kepustakawanan Indonesia, h. 270
50
Andi Prastowo, Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional, h. 72
bahwa  lembaga  tersebut  mempunyai  fasilitas  yang  dapat  membantu mencari informasi yang dibutuhkan oleh karyawan lembaga tersebut.
Sulistyo  Basuki  menegaskan  bahwa, “tujuan  perpustakaan  khusus lazimnya  sama,  yaitu  membantu  tugas  badan  induk  tempat  perpustakaan
bernaung. Pembagian tugas lebih lanjut dari masing-masing perpustakaan akan  berbeda.  Salah  satu  contohnya,  perpustakaan  industri  dan  badan
komersial  bertujuan  membantu  badan  induk  menghemat  waktu  dan uang”.
51
Tujuan  dari  perpustakaan  khusus  yaitu  membantu  tugas  badan  induk tempat  dimana  perpustakaan  bernaung.
52
Selain  itu  tujuan  utama  dari perpustakaan  khusus  adalah  untuk  mendukung  tujuan  organisasinya.
53
Menurut Mudjito, perpustakaan khusus mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Tujuan Umum
Memberikan  informasi  dan  kelengkapan  rujukan  yang  berupa  bahan- bahan  tercetak  dan  terekam  untuk  memperlancar  pelaksanaan  tugas
sehari-hari pada instansi yang bersangkutan. b. Tujuan Khusus
1. Mengembangkan  keterampilan  karyawankaryawati  untuk  belajar mandiri
2. Memupuk  minat  dan  bakat  pada  umumnya  dan  minat  baca karyawankaryawati pada khususnya
3. Memotivasi  karyawankaryawati  untuk  dapat  memelihara  dan memanfaatkan bahan pustaka secara  efektif dan efisien
4. Mengembangkan kemampuan
karyawankaryawati untuk
memecahkan masalah atas usaha dan tanggung jawab sendiri
51
ibid, h.72
52
Karmidi Murtoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus Jakarta: Universitas Terbuka, 1991, h. 14
53
Rachman  Hermawan, Etika  Kepustakawanan:  Suatu  Pendekatan  Terhadap  Kode  Etik  Pustakawan Indonesia Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 41