kita, yang ada hubungannya dengan tujuan dalam diri kita.
31
3. Macam-macam Persepsi
Persepsi dibagi menjadi dua macam, yaitu persepsi benda dan persepsi sosial dengan menunjukkan beberapa obyek sosial khusus seperti:
a. Persepsi orang. Persepsi ini merupakan suatu bidang kajian yang paling banyak mendapatkan perhatian para ahli psikologi social. Persepsi ini
adalah pandangan atau penilaian terhadap orang lain yang dapat membawa pengaruh tertentu terhadap sikap dan perilaku dalam
berhubungan dengan orang yang dinilai tersebut. Hal ini penting bagi pustakawan dalam kaitannya dengan pelayanan. Jika seorang
pustakawan salah membuat persepsi terhadap pengunjung, berakibat pada servis atau layanan perpustakaan yang tidak maksimal, cenderung
terkesan judes, tidak simpati, tidak ramah, atau yang lainnya.
b. Persepsi emosi, yaitu untuk mengenal stimulus apa saja yang dapat menimbulkan persepsi bahwa seseorang sedang mengalami suatu emosi
tertentu. Emosi ini diartikan sebagai perubahan perasaan yang terdapat pada diri seseorang dari suatu status ke status yang lain, sebagai akibat
dari rangsangan tertentu. Untuk mengenali perasaan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk non verbal, seperti gerakan, posisi
tangan, posisi badan serta kaki. Kemampuan orang menangkap dengan cepat petunjuk non verbal dapat meningkatkan efektivitas komunikasi
antar pribadi.
c. Persepsi sifat atau ciri keperibadian yaitu persepsi atau anggapan mengenai sifat atau ciri kepribadian seseorang. Persepsi ini lebih rumit
dari persepsi emosi, biasanya diperlukan pengamatan yang lebih cermat atau dapat menggunakan bantuan alat tes.
d. Persepsi motif yaitu untuk menunjukkan pada upaya menjelaskan sebab-sebab atau landasan dari timbulnya suatu peristiwa perilaku
tertentu pada diri seseorang atau menerangkan apa yang menjadi motif dari timbulnya suatu tingkah laku tertentu.
e. Persepsi kausalitas. Ada dua kategori dalam menentukan persepsi kausalitas yaitu kausal disposisional yaitu bersumber pada diri
perilaku yang terlibat dalam peristiwa tersebut dan kausal situasional yaitu bersumber pada keadaan sesaat atau keadaan yang melingkupi
terjadinya peristiwa tersebut.
f. Persepsi diri yaitu persepsi yang menunjukkan pada persepsi pribadi seseorang mengenai ciri-ciri dan kualitas diri sendiri. Dalam persepsi
ini seolah-olah keluar dari dirinya dn melihat diri sendiri sebagai suatu objek yang dapat diamat, ditelaah ataupun dinilai. Apa yang
dikemukakaan mengacu pada kondisi atau kenyataan nyata pada diri sendiri.
32
31
Irwanto, Psikologi Umum : Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996 h. 71-73
32
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan, h. 54-55
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah: a. Stereotip yaitu pandangan kita tentang ciri-ciri tingkah laku dari
sekelompok masyarakat tertentu. Misal kelompok suku, kelompok agama, kelas ekonomi, jenis kelamin, etnis, dan lain-lain. Stereotip ini
akan berpengaruh terhadap kesan pertama. Contoh: seumpama kita bertemu dengan orang lain yang berasal dari suku sunda, gambaran
stereotip tentang ciri-ciri atau perilaku secara umum masyarakat sunda merupakan salah satu sumber informasi yang kita pakai untuk menilai
orang tersebut.
b. Persepsi diri yaitu pandangan kita terhadap diri kita ternyata juga sangat mempenaruhi pembentukan kesan pertama kita. Berbagai penelitian
menunjukkan adanya kecenderungan untuk melihat kesamaan yang ada pada diri pribadi dengan orang yang baru kita kenal. Contoh: apabila
kita bertemu dengan orang lain yang memiliki hobi yang sama dengan kita, maka ia akan cenderung lebih mudah akrab dengan kita dibanding
dengan orang yang tidak memiliki kesamaan hobi dengan kita.
c. Situasi dan Kondisi, yaitu pandangan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh situasi atau kondisi tertentu. Banyak kejadian yang
sebenarnya disadari atau tidak disadari bahwa pada situasi atau kondisi tertentu orang memiliki kesan mendalam terhadap orang lain. Misalnya
pada saat kita membutuhkan pertolongan dan datang orang lain untuk menolong kita, maka kesan dalam situasi dan kondisi yang demikian
akan melekat lebih dalam pada diri kita bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan berkarakter baik.
d. Ciri-ciri yang ada dalam diri orang itu yaitu daya tarik fisik seseorang yang dapat menimbulkan penilaian khusus pada saat pertama kali
bertemu. Misalnya ganteng, tinggi-tegap, kurus, cantik, dan lain-lain.
33
Pendapat lain diberikan oleh Bimo Walgito bahwa faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah: a. Objek yang di persepsikan, karena objek yang dipersepsikan akan
menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf. Alat indera atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoring sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian, perhatian merupakan perumusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau
sekumpulan objek.
34
33
Ibid, h. 57-58
34
Bimo Walgito, Psikologi Umum. Jakarta : Pepustakaan Nasional RI, 2002, h. 70.
5. Jenis-jenis Persepsi
Menurut Wiji Suwarno persepsi dikelompokan menjadi dua yaitu persepsi mengenai benda dan sosial.
35
1 Persepsi benda Objek stimulusnya merupakan suatu hal atau benda yang nyata dan
dapat diraba, dirasakan, dan dapat di rasakan oleh indera manusia secara langsung. Unsur perantaranya terbatas, seperti gelombang
cahaya, gelombang suara, suhu, dan gerakan lain yang umumnya merupakan gerakan fisik.
2 Persepsi Sosial Terjadi karena kontak secara tidak langsung, seperti melalui cerita
atau apa yang kita dengar dari orang lain, dari surat kabar, radio, dan lain-lain. Pada benda yang mempunyai dimensi lebih jelas seperti
bentuk, warna, dan ukuran semuanya lebih mudah dikenali.
Pada persepsi sosial stimulusnya mungkin tidak bisa kita raba, rasakan, dan hanya dapat ditangkap melaui penginderaan terhadap
sejumlah petunjuk, misalnya emosi, motif sikap pemakai dan lainnya. Contohnya diperpustakaan yaitu jika pustakawan melihat pemakai
bingung mencari buku yang dibutuhkannya, maka kita dapat melihat sikap pemakai itu yang dia lakukan pada perpustakaan tersebut. Maka
pustakawan mempersepsikan pemakai itu sedang kebingungan dalam mencari informasi yang dibutuhkannya.
Proses persepsi meliputi sesuatu interaksi yang sulit dari kegiatan pengintifikasian penyusunan dan penganalisa. Proses persepsi dapat
menambah dan mengurangi kejadian nyata yang di indera seseorang bergantung pada informasi yang diterima. Informasi yang mendapat
perhatian dikatagorikan dan di hubungkan sehingga membentuk kerangka kognitif.
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas maka penulis dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi pemakai diperpustakaan dapat
dipengaruhi oleh: a. Informasi, misalnya Imam mendapatkan informasi dari sahabatnya
bahwa pelayanan di perpustakaan A sangat baik. Walaupun ia belum pernah mengunjungi perpustakaan A tersebut.
b. Pengalaman, misalnya sesorang mempunyai pengalaman sewaktu
35
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan, h. 53
kecil yang menyenangkan ketika berkunjung ke perpustakaan disekolahnya. Maka persepsi terhadap perpustakaan juga lebih
positif, ia
menganggap perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan.
c. Hobi, misalnya seseorang yang mempunyai hobi membaca mungkin akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap perpustakaan
dibandingkan orang yang hobinya bukan membaca. d. Sistem nilai yang dianut, misalnya masyarakat dinegara maju
menganggap membaca merupakan suatu kewajiban akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap perpustakaan dibandingkan dengan
negara berkembang. e. Kepribadian, misalnya A seorang penakut dan malu, menghadapi
petugas perpustakaan yang tegas membuatnya bergetar. Terus A mepersepsikan petugas perpustakaan tersebut
sebagai orang menakutkan yang harus dijauhi. Berbeda dengan B yang
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mudah bergaul mempunyai penilaian yang positif terhadap petugas perpustakaan
yang sama. f. Kebutuhan, misalnya orang yang sedang membutuhkan buku di
perpustakaan untuk menyelesaikan tugasnya, mempunyai persepsi berbeda dengan mereka yang tidak membutuhkan buku tersebut.
g. Pendidikan, misalnya orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi yang mempunyai informasi yang lebih banyak dan lebih akurat
mereka juga sudah biasa menggunakan perpustakaan. Oleh karena
itu, mereka akan mempunyai persepsi berbeda dengan mereka yang hanya memiliki pendidikan rendah.
h. Set atau harapan, misalnya A dan B mencari informasi di sebuah perpustakaan yang sama mereka berdua sama-sama mengharapkan
mendapatkan informasi tersebut tetapi pada kenyataannya A mendapatkannya dan B tidak mendapatkannya, tentu saja mereka
berdua memiliki persepsi yang berbeda terhadap perpustakaan tersebut.
6. Skala Pengukuran Persepsi
Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu :
a. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susial dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah : skala sikap, skala moral, test karakter, skala
partisipasi sosial. b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan
lingkungan sosial. Termasuk skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarkat sosial, kemasyarakatan, kondisi
rumah tangga, dan lain sebagainya.
36
Dari tipe-tipe skala pengukuran diatas, yang akan penulis bahas hanyalah skala untuk mengukur sikap. Karena penelitian yang diambil
oleh peneliti yakni tentang “persepsi”.
7. Skala Sikap
Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dan sering digunakan dalam penelitian ada 5 yaitu skala Likert, skala Guttman, skala Simantict
defferential, Rating scale, dan skala Thurstone.
37
36
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, h. 85
37
Ibid
1 Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Skala
likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu: pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 4,3,2, dan 1. Sedangkan untuk
permyataan negatif diberi skor 1,2,3, dan 4. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi dijabarkan menjadi indikator, dan dari indikator dijadikan sub-indikator yang dapat
diukur. Akhirnya sub-indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden.
38
2 Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif.
Jika seseorang menyisahkan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan
pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Jadi, Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas tegas dan
konsisten. Misalnya : yakin-tidak yakin, ya-tidak, benar-salah, positif- negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya.
Perbedaan Skala Guttman dengan Skala likert ialah jika Skala Likert terdapat jarak interval: 3,4,5,6, atau 7 yaitu dari sangat benar SB
sampai dengan sangat tidak benar STB, sedangkan pada Skala Guttman hanya dua interval yaitu : Benar B dan Salah S.
39
38
Ibid, h. 86
39
Ibid, h. 89
3 Skala Differensial Semantik
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda atau chekclist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum
di mana nilai yang sangat negative terletak disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak di sebelah kanan atau juga dapat di
definisikan skala ini selalu menunjukan keadaan yang bertentangan, misalnya: kosong-penuh, jelek-baik, bodoh-cerdas dan sebagainya.
40
4 Rating Scale
Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu Skala Likert, Skala Guttman, dan Skala Perbedaan Semantik, data yang diperoleh adalah
data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan Rating Scale adalah data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Dalam model Rating Scale responden tidak akan menjawab dari data
kualitatif yang sudah tersedia seperti: ketat-longgar, sering dilakukan- tidak pernah dilakukan, buruk-baik, dan sebagainya. Namun dalam
rating scale ini akan menjawab salah satu dari jawaban kuantitif yang sudah disediakan. Dengan demikian bentuk Rating Scale lebih flexible,
tidak hanya terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap gejala atau fenomena lainnya.
41
5 Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang
40
Ibid, h. 90
41
Ibid, h. 92
berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.
Perbedaan antara Skala Thurstone dengan Skala Likert ialah pada skala Thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas
kekuatan yang sama, sedangkan pada Skala Likert tidak perlu sama. Dari penjelasan diatas mengenai pengukuran sikap, penulis memakai
untuk yaitu dengan memakai skala likert. Karena skala likert lebih
difkuskan untuk mengukur persepsi, pendapat serta sikap terhadap seseorang.
42
B. Perpustakaan Khusus 1. Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga khusus. Lembaga yang dimaksud dapat berupa lembaga-
lembaga industri, lembaga perkantoran departemen, lembaga penelitian, dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.
43
Drs. Idris Kamah menjelaskan yang dikutip oleh Agus Sutoyo dalam bukunya strategi dan pemikiran perpustakaan visi Hernandono bahwa
“perpustakaan khusus yaitu semua perpustakaan yang melayani sekelompok pembaca berupa sebuah kesatuan dengan perhatian subjek
khusus”.
44
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang menekankan koleksi
42
Ibid, h. 95
43
Muljani A. Nurhadi, Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia Yogyakarta: Andi Offset, 1983, h. 10
44
Agus Sutoyo, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan Visi Hernandono Jakarta: Sagung Seto, 2001, h. 194
dan pelayanannya pada suatu bidang khusus.
45
Menurut Undang-undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007, bagian kelima mengenai
perpustakaan khusus, dijelaskan sebagai berikut: 1 Pasal 25 mengatakan bahwa perpustakaan khusus menyediakan bahan
perpustakaan sesuai dengan kebutuhsn pemustaka di lingkungannya. 2 Pasal 26 mengatakan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan
kepada pemustaka. Di lingkungannya dan secara terbtas memberikan layanan kepada pemustaka di luar lingkungannya.
3 Pasal 27 mengatakan perpustakaan khusus diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan.
4 Pasal 28 mengatakan pemerintah dan pemerintah daerah memberikan bantuan berupa pembinaan teknis, pengelolaan, dan atau pengembangan
perpustakaan kepada perpustakaan khusus.
46
Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa,
militer, industri, maupun perusahaan swasta. Adapun yang termasuk kelompok perpustakaan khusus antara lain perpustakaan departemen dan
lembaga negara nondepartemen, perpustakaan bank, perpustakaan surat kabar dan majalah, perpustakaan industri dan badan komersial,
perpustakaan lembaga penelitian dan lembaga ilmiah, perpustakaan perusahaan, perpustakaan militer, perpustakaan organisasi massa, dan
perpustakaan perguruan tinggi.
47
Perpustakaan khusus sering disebut juga perpustakaan kedinasan, karena keberadaannya pada lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga
swasta. perpustakaan khusus merupakan tempat penelitian dan
pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan
45
Endang I Sedijoprapto, Perpustakaan Khusus: Keberadaannya Dalam Institusi Serta Dasar-Dasar Pengelolaannya Jakarta: Maju Bersama, 2001, h. 1
46
Ikatan Pustakawan Indonesia, Undang-Undang Perpustakan Nomor 43 Tahun 2007 Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 17-18
47
Andi Prastowo, Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional Yogyakarta: Diva Press, Anggota IKAPI, 2012 h. 71
sumber daya manusia atau pegawai. Dalam hal tertentu orang luar, dapat diperbolehkan menggunakan perpustakaan, misalnya untuk suatu
penelitian, setelah mendapat izin atau rekomendasi dari pejabat yang berwenang
atau berkepentingan.
Perpustakaan disebut
sebagai perpustakaan khusus karena kekhususan koleksi, pemakai, tempatnya, dan
pengelolanya.
48
2. Ciri-ciri Perpustakaan Khusus
Lasa HS menyatakan bahwa jenis perpustakaan ini muncul awal abad ke-20 dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a Menitikberatkan pada fungsi informasi b Memiliki sifat khusus sesuai lembaga induknya
c Memberikan jasa pelayanan pada masyarakat pemakai tertentunya
seperti tuna rungu, tuna netra, narapidana, atau karyawan suatu instansi d Mengkhususkan koleksinya pada bidang tertentu
e Berskala mikro.
49
Sedangkan menurut Andi Prastowo menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki perpustakaan khusus, adalah:
50
a. memiliki buku yang terbatas atau beberapa disiplin ilmu saja b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang
ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat perpustakaan tersebut bernaung
c. Peran utama pustakawan adalah melakukan penelitian kepustakaan untuk anggota
d. Tekanan koleksi bukan pada buku, melainkan pada majalah, pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak atau indeks
e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan
3. Tujuan Perpustakaan Khusus
Tujuan penyelenggaraan perpustakaan khusus bukanlah untuk komunitas pada suatu lembaga, tetapi hanya ditunjukkan kepada karyawan
48
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, h. 50
49
Lasa HS, Kamus Kepustakawanan Indonesia, h. 270
50
Andi Prastowo, Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional, h. 72
bahwa lembaga tersebut mempunyai fasilitas yang dapat membantu mencari informasi yang dibutuhkan oleh karyawan lembaga tersebut.
Sulistyo Basuki menegaskan bahwa, “tujuan perpustakaan khusus lazimnya sama, yaitu membantu tugas badan induk tempat perpustakaan
bernaung. Pembagian tugas lebih lanjut dari masing-masing perpustakaan akan berbeda. Salah satu contohnya, perpustakaan industri dan badan
komersial bertujuan membantu badan induk menghemat waktu dan uang”.
51
Tujuan dari perpustakaan khusus yaitu membantu tugas badan induk tempat dimana perpustakaan bernaung.
52
Selain itu tujuan utama dari perpustakaan khusus adalah untuk mendukung tujuan organisasinya.
53
Menurut Mudjito, perpustakaan khusus mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Tujuan Umum
Memberikan informasi dan kelengkapan rujukan yang berupa bahan- bahan tercetak dan terekam untuk memperlancar pelaksanaan tugas
sehari-hari pada instansi yang bersangkutan. b. Tujuan Khusus
1. Mengembangkan keterampilan karyawankaryawati untuk belajar mandiri
2. Memupuk minat dan bakat pada umumnya dan minat baca karyawankaryawati pada khususnya
3. Memotivasi karyawankaryawati untuk dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien
4. Mengembangkan kemampuan
karyawankaryawati untuk
memecahkan masalah atas usaha dan tanggung jawab sendiri
51
ibid, h.72
52
Karmidi Murtoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus Jakarta: Universitas Terbuka, 1991, h. 14
53
Rachman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 41