Persepsi pemakai terhadap layanan perpustakaan freedom institute

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

DISUSUN OLEH:

Aufa Dzahabie

NIM: 1110025000067

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

N a m a A u f a D z a h a b i e

,, N I M 1 1 1 0 0 2 5 0 0 0 0 6 7

U j i a n S k r i p s i K a m i s , 6 N o v e m b e r 2 0 1 4

J u d u l S k r i p s i P e r s e p s i P e m a k a i t e r h a d a p L a y a n a n P e r p u s t a k a a n F r e e d o m I n s t i t u t e

S k r i p s i t e r s e b u t t e l a h d i p e r b a i k i s e s u a i s a r a n d a n k o m e n t a r T i m P e n g u j i s e b a g a i s y a r a t u n t u k

m e m p e r o l e h g e l a r S a r j a n a S t r a t a S a t u ( S l ) p a d a P r o g r a m S t u d i I l m u P e r p u s t a k a a n F a k u l t a s

A d a b d a n H u m a n i o r a U I N S y a r i f H i d a y a t u I l a h J a k a r t a .

1.K e t u a S i d a n g : P u n g k i P u r n o m o , M L I S 1 9 6 4 1 2 1 5 1 9 9 9 0 3 1 0 0 5

2 . S e k r e t a r i s S i d a n g : M u k m i n S u p r a y o g i , M . S i

1 9 6 2 0 3 0 1 1 9 9 9 0 3 1 0 0 1

3 . P e m b i m b i n g : S i t i M a r y a m , M . H u m

1 9 7 0 0 7 0 5 1 9 9 8 0 3 2 0 0 2

4 . P e n g u j i 1 : A 1 : f i d a , M L I S

1 9 7 1 0 2 1 5 1 9 9 9 0 3 2 0 0 1

5 . P e n g u j i 2 : P u n g k i P u r n o m o , M L I S

1 9 6 4 1 2 1 5 1 9 9 9 0 3 1 0 0 5


(4)

(5)

i

Aufa Dzahabie

Persepsi Pemakai terhadap Layanan di Perpustakaan Freedom Institute

Penelitian ini membahas tentang persepsi pemakai terhadap layanan perpustakaan di Perpustakaan Freedom Institute yang berlokasi di Jakarta Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pemakai terhadap layanan sirkulasi, referensi, keanggotaan, fotokopi, koleksi, OPAC dan internet. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang pengambilan datanya melalui penyebaran kuesioner. Subyek penelitian adalah seluruh pemakai perpustakaan yang memanfaatkan perpustakaan. Sampel diambil sebanyak 80 orang (10% dari jumlah pengunjung bulan agustus) dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu dengan mengumpulkan data dari unit sampling yang kebetulan ada atau ditemui pada saat penelitian.

Temuan dari hasil penelitian membuktikan bahwa persepsi pemakai perpustakaan terhadap layanan adalah puas atau dalam kategori baik. Dimana skor rata-rata yang di dapatkan sebesar 3,15 penilaian tersebut terletak diantara 2,52 – 3,27. Hasil ini berdasarkan pada persepsi pemakai terhadap layanan dari beberapa variabel-variabel antara lain layanan sirkulasi sebesar 3,06 (puas) yang terletak di interval 2,52–3,27, layanan referensi sebesar 3,27 (puas) yang terletak di interval 2,52 – 3,27, layanan keanggotaan perpustakaan sebesar 3,51 (sangat puas) yang terletak di interval 3,28 – 4,00, layanan foto copy sebesar 2,96 (puas) yang terletak di interval 2,52 –3,27, layanan ketersediaan koleksi perpustakaan sebesar 3,04 (puas) terletak di interval 2,52 – 3,27, layanan OPAC sebesar 3,16 (puas) yang terletak di interval 2,52 – 3,27, layanan internet perpustakaan sebesar 3,06 (puas) yang terletak di interval 2,52 –3,27. Maka hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa persepsi pemakai terhadap layanan perpustakaan di Perpustakaan Freedom Institute seluruhnya mendapat penilaian baik dalam kategori puas.

Kata Kunci : persepsi, layanan perpustakaan, perpustakaan khusus, freedom Institute.


(6)

ii

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, kekuatan dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Perpustakaan Freedom Institute”.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana strata (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, dan Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.

4. Ibu Siti Maryam, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah sabar memberikan saran dan arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini 5. Kak Shella selaku Pustakawan Perpustakaan Freedom Institute yang banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan memberikan masukan saat melakukan penelitian

6. Teristimewa,Bapak, Ibu dan kakak tercinta. Terimakasih atas segala pengorbanan, perhatian, cinta, kasih sayang, dan doa yang tulus selama ini.


(7)

iii

7. Riko, Zulfikar, kibar, Ari Pratama, Febri Nurul, Febi Azom, Rizki Ahmad, Ahmad Buchori, Lutfan Zulwaqar, Nur Afida, Gema Pertiwi, Irmawati Aziz, Rifky dan IPI C 2010 yang telah sama-sama berjuang bersama. Terimakasih untuk setiap detik kebersamaan yang menjadi sumber energi penulis dalam menjalani hari-hari tersulit. Dan untuk setiap perjuangan dan hal-hal bodoh yang kita lalui bersama yang akan jadi cerita di hari tua nanti.

8. Kakak-kakak seperjuangan Ilmu Perpustakaan 2009 yang telah membantu mengajarkan dan membimbing adiknya dengan sabar dan baik.

9. Terakhir, terimakasih untuk Prameswari Gandani dan Citra Destrianindya atas kesediaan waktunya mendengarkan setiap keluhan dan omelan penulis selama penyusunan skripsi ini dan tak pernah letih memberikan semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta,10 Oktober 2014


(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL. ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

a. Jenis dan Sumber Data ... 7

b. Populasi dan Sampel ... 8

c. Teknik Pengolahan Data ... 9

d. Menganalisis Data dengan Menggunakan Skala Pengukuran 10 E. Definisi Istilah... 13

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Persepsi ... 15


(9)

v

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 19

5. Jenis-jenis Persepsi ... 20

6. Skala Pengukuran Persepsi ... 22

7. Skala Sikap ... 22

B. Perpustakaan Khusus ... 25

1. Pengertian Perpustakaan Khusus ... 25

2. Ciri-ciri Perpustakaan Khusus ... 27

3. Tujuan Perpustakaan Khusus ... 27

4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Khusus ... 29

C. Layanan Perpustakaan ... 29

1. Pengertian Layanan Perpustakaan ... 29

2. Macam-macam Layanan Perpustakaan ... 33

3. Sistem Layanan Perpustakaan ... 35

4. Layanan Perpustakaan yang Baik ... 37

D. Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Singkat Perpustakaan Freedom Institute ... 40

B. Misi Perpustakaan Freedom Institute ... 41

C. Struktur Organisasi Perpustakaan Freedom Institute ... 42


(10)

vi

G. Sistem dan Layanan Perpustakaan Freedom Institute ... 48

BAB IV HASIL ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Penelitian ... 51 B. Perolehan Data Kuesioner ... 51 1. Karakteristik Responden ... 53 2. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Perpustakaan

Freedom Institute ... 56 a. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Sirkulasi ... 56 b. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Referensi ... 59 c. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Keanggotaan . 61 d. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Fotocopy ... 62 e. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Ketersediaan

Koleksi... 64 f. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan OPAC ... 66 g. Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Internet ... 68 h. Rekapitulasi Persepsi Pemakai Terhadap Layanan

Perpustakaan Freedom Institute ... 69 j. Saran-saran ... 71


(11)

vii

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN


(12)

viii

1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 51

2. Tabel 2 Jenis Kelamin Responden ... 53

3. Tabel 3 Usia Responden ... 53

4. Tabel 4 Pendidikan Formal Terakhir ... 54

5. Tabel 5 Pekerjaan Responden ... 54

6. Tabel 6 Kewarganegaraan Responden ... 55

7. Tabel 7 Responden Yang Lama Menjadi Anggota Perpustakaan ... 55

8. Tabel 8 Sikap Petugas Pada Layanan Sirkulasi ... 56

9. Tabel 9 Kemampuan Petugas Dalam Memecahkan Masalah ... 57

10. Tabel 10 Penampilan Petugas Layanan Sirkulasi ... 57

11. Tabel 11 Tidak disediakan Layanan Peminjaman Buku ... 58

12. Tabel 12 Kemampuan Petugas Dalam Menjawab Pertanyaan ... 59

13. Tabel 13 Pengetahuan Petugas Pada Layanan Referensi Perpustakaan .. 59

14. Tabel 14 Kualitas Koleksi Referensi ... 60

15. Tabel 15 Layanan referensi Perpustakaan Freedom Institute ... 60

16. Tabel 16 Persepsi Pemakai Tentang Ruangan Referensi ... 61

17. Tabel 17 Kemudahan Menjadi Anggota Perpustakaan ... 61


(13)

ix

21. Tabel 21 Sikap Petugas Layanan Foto Copy ... 64 22. Tabel 22 Kondisi Koleksi yang ada di Perpustakaan Freedom Institute . 64 23. Tabel 23 Ketersediaan Atas Koleksi Di Perpustakaan Freedom Institute 65 24. Tabel 24 Kesesuaian Koleksi ... 65 25. Tabel 25 Petunjuk Penggunaan Pada Alat Penelusuran ... 66 26. Tabel 26 Ketepatan Informasi dari Hasil Penelusuran ... 67 27. Tabel 27 Kemudahan dan Ketepatan dalam Menemukan Hasil

Penelusuran ... 67 28. Tabel 28 Layanan Internet ... 68 29. Tabel 29 Kecepatan Akses Internet ... 68 30. Tabel 30 Rekapitulasi Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Perpustakaan

Freedom Institute ... 69 31. Tabel 31 Saran-saran Responden ... 72


(14)

x


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu negara tidak lepas dari peran informasi dan untuk membangun suatu negara diperlukan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menunjang perkembangan negara tersebut. Dalam kehidupan yang serba modern dan serba cepat ini semua orang membutuhkan informasi, sebagai hal yang sangat hakiki. Tanpa informasi atau seandainya kita ketinggalan informasi dapat menyebabkan masyarakat menjadi tersisih dan terbelakang.1

Kegiatan manusia membutuhkan informasi yang tepat agar arah kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu mereka memerlukan suatu tempat dimana tempat tersebut digunakan untuk menyimpan berbagai macam sumber informasi. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya.2

Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi, artinya perpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan oleh pemakai. Perpustakaan memberi informasi ini dilakukan baik atas permintaan pemakai maupun tidak diminta. Dalam hal ini dilakukan bila perpustakaan menganggap bahwa

1

Sutarno NS,Perpustakaan dan Masyarakat(Jakarta: CV Sagung Seto, 2006), h.1-2.

2

Ibid, h.5.


(16)

informasi yang tersedia sesuai dengan minat dan keperluan pemakai.3 Informasi perpustakaan tersebut tentunya sudah diseleksi, dihimpun, diolah, dipersiapkan dan dikemas dengan baik, sehingga “semua” informasi yang

ada di perpustakaan benar-benar telah dikaji dan dianalisis dan dipertimbangkan kegunaannya.

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keberadaan pepustakaan adalah kesan dan persepsi masyarakat bagi perpustakaan tersebut. Persepsi dapat dipahami sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang.4Setiap obyek menonjolkan sifat khas bagi individu sehingga hasil dari proses persepsi ini bisa berupa tanggapan atau penilaian yang berbeda bagi setiap individu. Kesan positif akan menguntungkan perpustakaan yang dapat memperbaiki citra perpustakaan, dimata masyarakat, tetapi bila terkesan negatif, maka akan merugikan perpustakaan.

Untuk menciptakan kesan yang positif pada perpustakaan harus memberikan layanan yang baik dengan ramah dan cekatan dalam melayanani pemakai. Sutarno NS (2006) menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor yang harus diperhatikan agar kegiatan perpustakaan dapat berjalan baik. Faktor tersebut antara lain:5

a. Layanan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan b. Diusahakan agar pelanggan merasa senang dan puas.

c. Prosesnya mudah, sederhana, dan efisien d. Caranya cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran e. Diciptakan susana ramah, supel, dan menarik

f. Bersifat membimbing, namun tidak terkesan menggurui

g. Dapat menimbulkan perasaan ingin tahu lebih jauh buat pelanggan

3

Sulistyo-Basuki,Pengantar Ilmu Perpustakaan(Jakarta: Gramedia, 1991), h. 6

4

Wiji Suwarno,Psikologi Perpustakaan(Jakarta: CV Sagung Seto, 2009), h. 52

5


(17)

h. Menimbulkan kesan baik, sehingga terdorong ingin sering ke perpustakaan.

Dari faktor-faktor yang disebutkan tersebut, terlihat bahwa segala kegiatan perpustakaan berorientasi kepada pengguna, yaitu bagaimana layanan perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna, membuat pelanggan senang dan puas, suasana yang nyaman dan ramah, serta layanan yang efektif dan efisien.

Perpustakaan tidak cukup dengan mengandalkan layanan dan koleksi buku yang lengkap atau terbaru saja. Dalam prinsip kepustakawanan dinyatakan bahwa perpustakaan diciptakan oleh masyarakat dengan tujuan untuk melayani kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, perpustakaan harus memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat. Terdapat dua kubu dalam hal layanan untuk pengguna, di satu pihak kubu pustakawan dengan koleksinya, dan di lain pihak ialah pengguna dengan segala harapannya.6

Sebuah perpustakaan haruslah didukung oleh pustakawan yang berpendidikan dan berketerampilan dibidang perpustakaan. Di samping itu, pustakawan haruslah mempunyai jiwa mengabdi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya dengan cara berusaha untuk meningkatkan minat baca masyarakat, rajin, tekun, teliti, dan selalu siap sedia untuk memberikan bimbingan dan pengarahan tentang cara penggunaan perpustakaan. Sehingga, masyarakat akan tertarik untuk berkunjung keperpustakaan. Karena kesan positif itu menjadikan pemakai senang datang ke perpustakaan tersebut.

6


(18)

Apabila kesan negatif itu lebih banyak maka perpustakaan mengalami kegagalan dalam memberikan layanan informasi yang dibutuhan oleh pemakai (tidak terpenuhi). Kegagalan inti tidak saja menyebabkan hambatan dalam penggunaan perpustakaan, tetapi juga menumbuhkan kekecewaan bagi pemakai karena merasa tidak terbantu, kekecewaan yang timbul dapat menyebabkan turunnya pemakai sehingga kehadiran perpustakaan kurang berkenan dalam kehidupan.

Bahkan karena pentingnya layanan tersebut, maka sering dikatakan bahwa warna wajah, dan penampilan serta kinerja pustakawan akan dicerminkan dalam layanan informasi tersebut. Maksudnya jika pelayanan memuaskan maka pemakaiakan menyukai layanan yang kita berikan maka kinerja yang kita lakukan tidak sia-sia, sebaliknya apabila layanan yang diberikan belum memuaskan, maka dapat dianggap bahwa perpustakaan belum mampu melayani dengan baik atau usaha yang diberikan hanya sia-sia. Salah satu cara pemberdayaan sumber informasi perpustakaan adalah memberikan dan menyelenggarakan layanan kepada pemakai.7

Perpustakaan Freedom Institute adalah lembaga independen non profit yang bergerak dalam bidang pengkajian dan penelitian mengenai demokrasi, nasionalisme dan ekonomi pasar. Tujuannya adalah mengembangkan kebebasan berpikir dan menggalakkan kegairahan terhadap pemikiran dalam bidang ekonomi, sosial, politik, agama, dan budaya di Indonesia. Target pemustakanya ialah semua golongan usia namun terbatas pada subjek sosial seperti ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

7


(19)

Perpustakaan Freedom Institute adalah perpustakaan yang memiliki banyak layanan yaitu layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan fotocopy dan layanan internet. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan peneliti dengan judul : “Persepsi Pemakai Terhadap Layanan Perpustakaan Freedom Institute”

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk melayani kebutuhan pemakainya, Perpustakaan Freedom Institute memiliki berbagai jenis layanan, diantaranya layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan keanggotaan, layanan fotokopi, layanan koleksi, layanan OPAC dan layanan internet.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah, sebagai berikut: “Bagaimana Persepsi pemakai terhadap layanan yang ada di Perpustakaan Freedom Institute?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemakai terhadap layanan yang ada di Perpustakaan Freedom Institute. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain : 1. Manfaat akademis

a. Untuk mengetahui perkembangan dalam dunia perpustakaan dan sebagai tambahan pengetahuan bagi para akademisi jurusan Ilmu Perpustakaan secara khusus dan kalangan mahasiswa secara umum.


(20)

b. Manfaat bagi Perpustakaan Freedom Institute

1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Perpustakaan Freedom Institute untuk meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam menyusun dan menentukan kebijakan di Perpustakaan Freedom Institute.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian deskripsi yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan sesuatu seperti apa adanya (as it is) secara mendalam.8 Adapun teknik pengumpulan data lapangan, penulisan mengunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Adalah penelitian yang bertumpu pada sumber-sumber pustaka/dokumentasi sebagai sumber utamanya.9 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan-bahan pustaka yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber literatur berupa buku, jurnal, majalah, dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.10

2. Penelitian Lapangan (Field Reseach)

Dalam penelitian lapangan ini ada beberapa cara yang ditempuh, yaitu:

8

Prasetya Irawan,Logika dan Prosedur Penelitian(Jakarta: STIA-LAN Press, 1999), h. 288

9

Ibid, h. 292

10


(21)

a. Kuesioner (Angket)

Yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencai informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.11

b. Interview (wawancara)

Adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data-data pengunjung terkait dengan Perpustakaan Freedom Institute. Adapun yang menjadi narasumber atau informan dalam wawancara ini adalah pustakawan yang bernama Kak Shella.

a. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari sumbernya.12 Data lapangan yang didapat dari sumber pertama, seperti wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Observer melakukan sendiri observasi dilapangan maupun di laboratorium.

2. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah).13

11

Riduan,Metode dan Teknik Menyusun Tesis(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 99

12

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86

13


(22)

b. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.14 Dalam penelitian ini populasinya adalah pengunjung perpustakaan Freedom Institute. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).15 Sampel diambil berdasarkan jumlah pengunjung di bulan terakhir sebelum penelitian dilakukan yaitu bulan agustus dengan jumlah pengunjung sebanyak 799 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan teknik sampling kebutulan (Accidental Sampling), yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakterisktik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).16

Gay (1976) menyatakan bahwa ukura sampel minimum yang dapat dipergunakan untuk suatu penelitian berdasarkan desain atau metode penelitian yang dipergunakan, bila dalam penelitian yang bersifat deskripsi, minimal 10% dari populasi, dan jika populasi berukuran kecil minimal 20%.17 Senada dengan yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto yaitu jika tingkat lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%.18 Maka dalam hal ini peneliti akan mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah bulan terakhir sebelum penelitian.

Berdasarkan ketentuan tersebut dengan keterbatasan dana dan

14

Riduan,Metode dan Teknik Menyusun Tesis, h. 54-55.

15

Ibid,h. 56

16

Ibid, h. 62

17

Sedarmayanti,Metodologi Penelitian(Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), h. 145

18

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 120


(23)

kemampuan penulis, maka penulis mengambil jumlah sampel yaitu sebanyak 80 responden atau 10% dari jumlah pengunjung rata-rata tiap bulan yang berjumlah 799 orang (10% x 799 = 79,9) maka peneliti mengambil jumlah responden sebanyak 80 orang.

c. Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah berdasarkan pada kuesioner yang telah disebarkan dan dijawab oleh pemakai perpustakaan sebagai responden. Langkah dalam pengolahan data yang dilakukan sebagai berikut:

a. Seleksi Data

Data yang terkumpul dicek kemudian diperiksa kelengkapan data dan jawaban kuesioner. Lalu dari jawaban tersebut dikelompokan antara pertanyaan yang bersifat umum dengan pertanyaan tentang layanan yang diberikan oleh pemakai pada layanan pemakai pada Perpustakaan Freedom Institute.

b. Prosentase Data

Prosentase data dalam penelitian ini menggunakan prosentase dengan tujuan untuk melihat perbandingan besar kecilnya frekuensi jawaban angket yang diberikan responden, karena jumlah jawaban tiap kuesioner berbeda. Rumus prosentase berikut:

P = F x 100% N

Keterangan:

P : Angka Prosentase

F : Frekuensi yang akan dicari prosentasinya

N : Number of case (jumlah frekuensi/ banyak individu)19

19


(24)

d. Menganalisis Data dengan menggunakan Skala Pengukuran

Data yang telah dihitung prosentasenya kemudian dianalisis dengan menggunakan skala likert. Skala likert paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden. Skala likert atau disebut summated-ratings scale, merupakan skala yang memungkinkan responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Skala likert terdiri dari beberapa pertanyaan yang bersikap tertutup. Pilihan jawaban dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi pilihan jawaban terdiri dari tiga, lima, tujuh yang pasti ganjil.20 Setiap pertanyaan kepuasan jawabannya diberikan nilai numerik yang dinyatakan dengan huruf sebagai berikut:

a) Pernyataan Sangat baik diberi nilai 4 dinyatakan dengan huruf A b) Pernyataan Baik diberi nilai 3 dinyatakan dengan huruf B

c) Pernyataan Tidak baik diberi nilai 2 dinyatakan dengan huruf C

d) Pernyataan Sangat tidak baik diberi nilai 1 dinyatakan dengan huruf D Untuk dapat mempengaruhi penilaian responden terhadap suatu objek, responden diberi kesempatan untuk menilai masing-masing kriteria dengan cara memberikan tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C, dan D. Skor-skor yang didapat dijumlahkan kemudian dicari skor rata-rata adalah hasil jumlah dari skor pada tiap skala yang dikalikan dengan frekuensinya masing-masing.

Kemudian hasil dari penjumlahan tadi dibagi dengan jumlah sampel atau total frekuensi. Penghitungan skor rata-rata dapat dituliskan dalam model matematik sebagai berikut:

20


(25)

X = [(S4 x F)+(S3 x F)+(S2 x F)+(S1 x F)] N

Keterangan :

X : Skor rata-rata

(S5….S1): Skor pada skala 4 sampai 1 F : Frekuensi jawaban

N : Jumlah sampel yang diolah atau total frekuensi

Skala diatas adalah ordinal yang hanya dapat menyatakan suatu objek ke dalam katagori sangat baik atau sangat tidak hal ini terjadi karena skala ordinal mempunyai keterbatasan analisa. Untuk memperluas analisa, kita bisa mengubah skala ordinal menjadi skala interval guna menentukan skala-skala yang mempunyai jarak yang sama antara titik-titik yang berdekatan. Skala interval diperlukan untuk menempatkan posisi responden dalam suatu objek penilaian apakah termasuk dalam kriteria sangat puas, puas, kurang puas, tidak puas, sangat tidak puas.

Untuk menentukan skala penilaian persepsi adalah dengan menggunakan skala interval yang merupakan klasifikasi secara kuantitatif dari obyek yang merupakan ukuran ordinal.21 Skala interval yaitu dengan cara membagi selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah dengan banyak skala. Berikut rumusan dari skala interval.

Skala Interval : {a(m-n):b}22 Keterangan:

a : Jumlah atribut m : Skor tertinggi n : Skor Terendah

b : Jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk atau diterapkan Dalam penelitian ini, skala penilaian yang ingin dibentuk berjumlah 4, dimana skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 4, maka skala

21

Mustafa Edwin Nasution, Proses Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), h. 94

22


(26)

interval skor persepsi dapat dihitung sebagai berikut: = { 1 (4–1) : 4}

= { 1 (3) : 4} = { 3 : 4}

= 0,75 Jadi jarak setiap titik adalah 0,75 sehinga dapat diperoleh penilaian sebagai berikut:

a) Sangat puas, dengan nilai 3,28 - 4,00 b) Puas, dengan nilai 2,52 - 3,27

c) Tidak puas, dengan nilai 1,76 - 2,51 d) Sangat tidak puas, dengan nilai 1,00 - 1,75

Misalnya hasil penghitungan menunjukkan skor rata-rata persepsi terhadap layanan sirkulasi adalah 3,60 diartikan bahwa persepsi pemakai terhadap layanan sirkulasi adalah positif karena pada skala interval skor persepsi berada, diantara titik 3,28–4,00.23

Untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat tidak puas yang dapat berupa kata-kata sangat puas, puas, ragu-ragu, tidak puas, sangat tidak puas.24 Namun untuk menghindari jawaban ragu-ragu maka penulis hanya menggunakan 4 penilaian persepsi dan bobot/nilai untuk masing-masing penilaian, yaitu:

Sangat puas 4

Puas 3

Tidak puas 2

Sangat tidak puas 1

23

Ibid

24


(27)

E. Definisi Istilah

Persepsi adalah pandangan atau penilaian pemustaka kepada layanan yang ada di Perpustakaan Freedom Institute melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa kemudian diekspresikan melalui ucapan maupun tingkah laku sesuai dengan keadaan dan situasi di Perpustakaan Freedom Institute.

Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga khusus dengan menekankan koleksi dan pelayanannya pada suatu bidang khusus.

Layanan Perpustakaan adalah penyediaan segala bentuk informasi kepada pemustaka dan penyediaan segala alat bantu penelusurannya, maka tujuan dari layanan perpustakaan adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan pemustaka tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan.

F. Sistematika Penulisan

Laporan ini disusun dengan sistematika Penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini membahas tentang pengertian persepsi yaitu definisi persepsi, ciri-ciri persepsi, macam–macam persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, jenis-jenis persepsi, skala


(28)

pengukuran persepsi, dan skala sikap. Pengertian perpustakaan khusus yaitu definisi perpustakaan khusus, ciri-ciri perpustakaan khusus, tujuan perpustakaan khusus, tugas dan fungsi perpustakaan khusus. Dan layanan perpustakaan yaitu definisi layanan perpustakaan, macam-macam layanan perpustakaan, sistem layanan perpustakaan, layanan perpustakaan yang baik dan penelitian terdahulu.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini menjelaskan tentang profil singkat Perpustakaan Freedom Institute, Misi Perpustakaan Freedom Institute, Stuktur Organisasi Perpustakaan Freedom Institute, Koleksi Perpustakaan Freedom Institute, Fasilitas Perpustakaan Freedom Institute, Kegiatan atau program Perpustakaan Freedom Institute, dan Layanan Perpustakaan Freedom Institute.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS PENELITIAN

Bab ini merupakan bab inti yang menguraikan tentang gambaran persepsi pemakai terhadap layanan Sirkulasi, layanan referensi perpustakaan, layanan keanggotaan, layanan fotocopy, ketersediaan koleksi, layanan OPAC, layanan internet, dan keseluruhan layanan dan fasilitas di Perpustakaan Freedom Institute.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini diuraikan kesimpulan permasalahan yang diangkat dan diteliti serta saran untuk permasalahan tersebut yang akan diberikan untuk perpustakaan yang diteliti.


(29)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Persepsi

1. Definisi Persepsi

Manusia menangkap atau menerima berbagai gejala diluar dirinya yang kemudian dijadikan suatu pengalaman adalah dengan melalui lima indera yang kita miliki. Proses penerimaan ini disebut penginderaan (sensation). Penginderaan mengakibatkan manusia mulai memberikan penilaian baik atau buruk enak atau tidak enak, dan lain-lain. Kemudian penilaian itu dijadikan suatu kesan yang dapat menstimulasi kegiatan untuk mengadaptasi diri. Bila merasa tidak enak, manusia cenderung untuk melakukan kegiatan bagaimana bisa menjadi enak. Bila merasa enak, ada kecenderungan untuk mengulang kembali hal yang membuatnya enak pada kesempatan lain. Hal ini yang kemudian disebut sebagai rangsangan dari objek yang memiliki kualitas.

Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses diterimanya rangsangan berupa objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi. Jadi,“persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang”.25

25

Wiji Suwarno,Psikologi Perpustakaan,h. 52.


(30)

Sebagai contoh apabila seseorang tertarik untuk melihat lawan jenis yang melintas di depannya, terjadi suatu proses penilaian terhadap orang tersebut dengan berbagai ciri dan aksesoris yang digunakan. Ciri-ciri itu tadi adalah sekumpulan informasi sensoris yang tidak bermakna sebelum dimaknai oleh orang tersebut. Makna itu merupakan kualitas dari penilaian, misalnya, cantik, indah, dan lain-lain.

Lasa HS dalam buku Kamus Kepustakawanan Indonesia menyatakan bahwa persepsi adalah “proses mengingat atau mengidentifikasi tertentu dan persepsi rasa. Dari persepsi seseorang terhadap sesuatu ini lalu diharapkan muncul tanggapan”.26

Secara formal, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera, dan diterima oleh panca indera, seperti mata, telinga, hidung, mulut dan kulit.27

Dalam buku Psikologi Komunikasi Jalaludin Rahmat menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.28Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Hude bahwa “persepsi itu dimulai dari obyek eksternal yang ditangkap oleh organ-organ indera, selanjutnya dikirim dan diproses di dalam otak untuk mendapatkan kopi arsip yang tersimpan. Hasilnya adalah persepsi terhadap

26

Lasa HS,Kamus Kepustakawanan Indonesia(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009) h. 283

27

Bilson Simamora.Panduan Riset Perilaku Konsumen, h. 102

28


(31)

obyek eksternal tadi”.29

Toha Nursalam berpendapat persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”.30

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pandangan atau penilaian kepada sesuatu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa kemudian diekspresikan melalui ucapan maupun tingkah laku.

2. Ciri-ciri Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi tersebut, yaitu: a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran dan sebagainya).

b. Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain.

c. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda dan lain-lain.

d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi dalam ruang tertentu, disaat tertentu, letak atau posisi tertentu dan lain-lain.

Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi

29

M. Darwis Hude,Emosi: Penjelajah Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Al Quran, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002) h. 120

30


(32)

kita, yang ada hubungannya dengan tujuan dalam diri kita.31

3. Macam-macam Persepsi

Persepsi dibagi menjadi dua macam, yaitu persepsi benda dan persepsi sosial dengan menunjukkan beberapa obyek sosial khusus seperti:

a. Persepsi orang. Persepsi ini merupakan suatu bidang kajian yang paling banyak mendapatkan perhatian para ahli psikologi social. Persepsi ini adalah pandangan atau penilaian terhadap orang lain yang dapat membawa pengaruh tertentu terhadap sikap dan perilaku dalam berhubungan dengan orang yang dinilai tersebut. Hal ini penting bagi pustakawan dalam kaitannya dengan pelayanan. Jika seorang pustakawan salah membuat persepsi terhadap pengunjung, berakibat pada servis atau layanan perpustakaan yang tidak maksimal, cenderung terkesan judes, tidak simpati, tidak ramah, atau yang lainnya.

b. Persepsi emosi, yaitu untuk mengenal stimulus apa saja yang dapat menimbulkan persepsi bahwa seseorang sedang mengalami suatu emosi tertentu. Emosi ini diartikan sebagai perubahan perasaan yang terdapat pada diri seseorang dari suatu status ke status yang lain, sebagai akibat dari rangsangan tertentu. Untuk mengenali perasaan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk non verbal, seperti gerakan, posisi tangan, posisi badan serta kaki. Kemampuan orang menangkap dengan cepat petunjuk non verbal dapat meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi.

c. Persepsi sifat atau ciri keperibadian yaitu persepsi atau anggapan mengenai sifat atau ciri kepribadian seseorang. Persepsi ini lebih rumit dari persepsi emosi, biasanya diperlukan pengamatan yang lebih cermat atau dapat menggunakan bantuan alat tes.

d. Persepsi motif yaitu untuk menunjukkan pada upaya menjelaskan sebab-sebab atau landasan dari timbulnya suatu peristiwa perilaku tertentu pada diri seseorang atau menerangkan apa yang menjadi motif dari timbulnya suatu tingkah laku tertentu.

e. Persepsi kausalitas. Ada dua kategori dalam menentukan persepsi kausalitas yaitu kausal disposisional (yaitu bersumber pada diri perilaku yang terlibat dalam peristiwa tersebut) dan kausal situasional (yaitu bersumber pada keadaan sesaat atau keadaan yang melingkupi terjadinya peristiwa tersebut).

f. Persepsi diri yaitu persepsi yang menunjukkan pada persepsi pribadi seseorang mengenai ciri-ciri dan kualitas diri sendiri. Dalam persepsi ini seolah-olah keluar dari dirinya dn melihat diri sendiri sebagai suatu objek yang dapat diamat, ditelaah ataupun dinilai. Apa yang dikemukakaan mengacu pada kondisi atau kenyataan nyata pada diri sendiri.32

31

Irwanto,Psikologi Umum : Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996) h. 71-73

32


(33)

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah: a. Stereotip yaitu pandangan kita tentang ciri-ciri tingkah laku dari

sekelompok masyarakat tertentu. Misal kelompok suku, kelompok agama, kelas ekonomi, jenis kelamin, etnis, dan lain-lain. Stereotip ini akan berpengaruh terhadap kesan pertama. Contoh: seumpama kita bertemu dengan orang lain yang berasal dari suku sunda, gambaran stereotip tentang ciri-ciri atau perilaku secara umum masyarakat sunda merupakan salah satu sumber informasi yang kita pakai untuk menilai orang tersebut.

b. Persepsi diri yaitu pandangan kita terhadap diri kita ternyata juga sangat mempenaruhi pembentukan kesan pertama kita. Berbagai penelitian menunjukkan adanya kecenderungan untuk melihat kesamaan yang ada pada diri pribadi dengan orang yang baru kita kenal. Contoh: apabila kita bertemu dengan orang lain yang memiliki hobi yang sama dengan kita, maka ia akan cenderung lebih mudah akrab dengan kita dibanding dengan orang yang tidak memiliki kesamaan hobi dengan kita.

c. Situasi dan Kondisi, yaitu pandangan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh situasi atau kondisi tertentu. Banyak kejadian yang sebenarnya disadari atau tidak disadari bahwa pada situasi atau kondisi tertentu orang memiliki kesan mendalam terhadap orang lain. Misalnya pada saat kita membutuhkan pertolongan dan datang orang lain untuk menolong kita, maka kesan dalam situasi dan kondisi yang demikian akan melekat lebih dalam pada diri kita bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan berkarakter baik.

d. Ciri-ciri yang ada dalam diri orang itu yaitu daya tarik fisik seseorang yang dapat menimbulkan penilaian khusus pada saat pertama kali bertemu. Misalnya ganteng, tinggi-tegap, kurus, cantik, dan lain-lain.33 Pendapat lain diberikan oleh Bimo Walgito bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

a. Objek yang di persepsikan, karena objek yang dipersepsikan akan menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoring sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. c. Perhatian, perhatian merupakan perumusatan atau konsentrasi dari

seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.34

33

Ibid,h. 57-58

34


(34)

5. Jenis-jenis Persepsi

Menurut Wiji Suwarno persepsi dikelompokan menjadi dua yaitu persepsi mengenai benda dan sosial.35

1) Persepsi benda

Objek stimulusnya merupakan suatu hal atau benda yang nyata dan dapat diraba, dirasakan, dan dapat di rasakan oleh indera manusia secara langsung. Unsur perantaranya terbatas, seperti gelombang cahaya, gelombang suara, suhu, dan gerakan lain yang umumnya merupakan gerakan fisik.

2) Persepsi Sosial

Terjadi karena kontak secara tidak langsung, seperti melalui cerita atau apa yang kita dengar dari orang lain, dari surat kabar, radio, dan lain-lain. Pada benda yang mempunyai dimensi lebih jelas seperti bentuk, warna, dan ukuran semuanya lebih mudah dikenali.

Pada persepsi sosial stimulusnya mungkin tidak bisa kita raba, rasakan, dan hanya dapat ditangkap melaui penginderaan terhadap sejumlah petunjuk, misalnya emosi, motif sikap pemakai dan lainnya. Contohnya diperpustakaan yaitu jika pustakawan melihat pemakai bingung mencari buku yang dibutuhkannya, maka kita dapat melihat sikap pemakai itu yang dia lakukan pada perpustakaan tersebut. Maka pustakawan mempersepsikan pemakai itu sedang kebingungan dalam mencari informasi yang dibutuhkannya.

Proses persepsi meliputi sesuatu interaksi yang sulit dari kegiatan pengintifikasian penyusunan dan penganalisa. Proses persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian nyata yang di indera seseorang bergantung pada informasi yang diterima. Informasi yang mendapat perhatian dikatagorikan dan di hubungkan sehingga membentuk kerangka kognitif.

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas maka penulis dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi pemakai diperpustakaan dapat dipengaruhi oleh:

a. Informasi, misalnya Imam mendapatkan informasi dari sahabatnya bahwa pelayanan di perpustakaan "A" sangat baik. Walaupun ia belum pernah mengunjungi perpustakaan "A" tersebut.

b. Pengalaman, misalnya sesorang mempunyai pengalaman sewaktu

35


(35)

kecil yang menyenangkan ketika berkunjung ke perpustakaan disekolahnya. Maka persepsi terhadap perpustakaan juga lebih positif, ia menganggap perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan.

c. Hobi, misalnya seseorang yang mempunyai hobi membaca mungkin akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap perpustakaan dibandingkan orang yang hobinya bukan membaca.

d. Sistem nilai yang dianut, misalnya masyarakat dinegara maju menganggap membaca merupakan suatu kewajiban akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap perpustakaan dibandingkan dengan negara berkembang.

e. Kepribadian, misalnya "A" seorang penakut dan malu, menghadapi petugas perpustakaan yang tegas membuatnya bergetar. Terus "A" mepersepsikan petugas perpustakaan tersebut sebagai orang menakutkan yang harus dijauhi. Berbeda dengan "B" yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mudah bergaul mempunyai penilaian yang positif terhadap petugas perpustakaan yang sama.

f. Kebutuhan, misalnya orang yang sedang membutuhkan buku di perpustakaan untuk menyelesaikan tugasnya, mempunyai persepsi berbeda dengan mereka yang tidak membutuhkan buku tersebut. g. Pendidikan, misalnya orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi

yang mempunyai informasi yang lebih banyak dan lebih akurat mereka juga sudah biasa menggunakan perpustakaan. Oleh karena


(36)

itu, mereka akan mempunyai persepsi berbeda dengan mereka yang hanya memiliki pendidikan rendah.

h. Set atau harapan, misalnya "A" dan "B" mencari informasi di sebuah perpustakaan yang sama mereka berdua sama-sama mengharapkan mendapatkan informasi tersebut tetapi pada kenyataannya "A" mendapatkannya dan "B" tidak mendapatkannya, tentu saja mereka berdua memiliki persepsi yang berbeda terhadap perpustakaan tersebut.

6. Skala Pengukuran Persepsi

Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu :

a. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susial dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah : skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi sosial.

b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarkat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.36

Dari tipe-tipe skala pengukuran diatas, yang akan penulis bahas hanyalah skala untuk mengukur sikap. Karena penelitian yang diambil oleh peneliti yakni tentang “persepsi”.

7. Skala Sikap

Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dan sering digunakan dalam penelitian ada 5 yaitu skala Likert, skala Guttman, skala Simantict defferential, Rating scale, dan skala Thurstone.37

36

Riduan,Metode dan Teknik Menyusun Tesis, h. 85

37


(37)

1) Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu: pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 4,3,2, dan 1. Sedangkan untuk permyataan negatif diberi skor 1,2,3, dan 4.

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi dijabarkan menjadi indikator, dan dari indikator dijadikan sub-indikator yang dapat diukur. Akhirnya sub-indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.38

2) Skala Guttman

Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisahkan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Jadi, Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya : yakin-tidak yakin, ya-tidak, benar-salah, positif-negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya.

Perbedaan Skala Guttman dengan Skala likert ialah jika Skala Likert terdapat jarak (interval): 3,4,5,6, atau 7 yaitu dari sangat benar (SB) sampai dengan sangat tidak benar (STB), sedangkan pada Skala Guttman hanya dua interval yaitu : Benar (B) dan Salah (S).39

38

Ibid, h. 86

39


(38)

3) Skala Differensial Semantik

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda atau chekclist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum di mana nilai yang sangat negative terletak disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak di sebelah kanan atau juga dapat di definisikan skala ini selalu menunjukan keadaan yang bertentangan, misalnya: kosong-penuh, jelek-baik, bodoh-cerdas dan sebagainya.40

4) Rating Scale

Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu Skala Likert, Skala Guttman, dan Skala Perbedaan Semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan Rating Scale adalah data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam model Rating Scale responden tidak akan menjawab dari data kualitatif yang sudah tersedia seperti: ketat-longgar, sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, buruk-baik, dan sebagainya. Namun dalam rating scale ini akan menjawab salah satu dari jawaban kuantitif yang sudah disediakan. Dengan demikian bentuk Rating Scale lebih flexible, tidak hanya terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap gejala atau fenomena lainnya.41

5) Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang

40

Ibid, h. 90

41


(39)

berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.

Perbedaan antara Skala Thurstone dengan Skala Likert ialah pada skala Thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada Skala Likert tidak perlu sama.

Dari penjelasan diatas mengenai pengukuran sikap, penulis memakai untuk yaitu dengan memakai skala likert. Karena skala likert lebih difkuskan untuk mengukur persepsi, pendapat serta sikap terhadap seseorang.42

B. Perpustakaan Khusus

1. Pengertian Perpustakaan Khusus

Perpustakan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga khusus. Lembaga yang dimaksud dapat berupa lembaga-lembaga industri, lembaga-lembaga perkantoran (departemen), lembaga-lembaga penelitian, dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.43

Drs. Idris Kamah menjelaskan yang dikutip oleh Agus Sutoyo dalam bukunya strategi dan pemikiran perpustakaan visi Hernandono bahwa

“perpustakaan khusus yaitu semua perpustakaan yang melayani sekelompok pembaca berupa sebuah kesatuan dengan perhatian subjek khusus”.44

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang menekankan koleksi

42

Ibid,h. 95

43

Muljani A. Nurhadi, Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia (Yogyakarta: Andi Offset, 1983), h. 10

44

Agus Sutoyo,Strategi dan Pemikiran Perpustakaan Visi Hernandono(Jakarta: Sagung Seto, 2001), h. 194


(40)

dan pelayanannya pada suatu bidang khusus.45 Menurut Undang-undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007, bagian kelima mengenai perpustakaan khusus, dijelaskan sebagai berikut:

1) Pasal 25 mengatakan bahwa perpustakaan khusus menyediakan bahan perpustakaan sesuai dengan kebutuhsn pemustaka di lingkungannya. 2) Pasal 26 mengatakan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan

kepada pemustaka. Di lingkungannya dan secara terbtas memberikan layanan kepada pemustaka di luar lingkungannya.

3) Pasal 27 mengatakan perpustakaan khusus diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan.

4) Pasal 28 mengatakan pemerintah dan pemerintah daerah memberikan bantuan berupa pembinaan teknis, pengelolaan, dan atau pengembangan perpustakaan kepada perpustakaan khusus.46

Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, maupun perusahaan swasta. Adapun yang termasuk kelompok perpustakaan khusus antara lain perpustakaan departemen dan lembaga negara nondepartemen, perpustakaan bank, perpustakaan surat kabar dan majalah, perpustakaan industri dan badan komersial, perpustakaan lembaga penelitian dan lembaga ilmiah, perpustakaan perusahaan, perpustakaan militer, perpustakaan organisasi massa, dan perpustakaan perguruan tinggi.47

Perpustakaan khusus sering disebut juga perpustakaan kedinasan, karena keberadaannya pada lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga swasta. perpustakaan khusus merupakan tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan

45

Endang I Sedijoprapto, Perpustakaan Khusus: Keberadaannya Dalam Institusi Serta Dasar-Dasar

Pengelolaannya(Jakarta: Maju Bersama, 2001), h. 1

46

Ikatan Pustakawan Indonesia,Undang-Undang Perpustakan Nomor 43 Tahun 2007(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 17-18

47

Andi Prastowo, Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional (Yogyakarta: Diva Press, Anggota IKAPI, 2012) h. 71


(41)

sumber daya manusia atau pegawai. Dalam hal tertentu orang luar, dapat diperbolehkan menggunakan perpustakaan, misalnya untuk suatu penelitian, setelah mendapat izin atau rekomendasi dari pejabat yang berwenang atau berkepentingan. Perpustakaan disebut sebagai perpustakaan khusus karena kekhususan koleksi, pemakai, tempatnya, dan pengelolanya.48

2. Ciri-ciri Perpustakaan Khusus

Lasa HS menyatakan bahwa jenis perpustakaan ini muncul awal abad ke-20 dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Menitikberatkan pada fungsi informasi

b) Memiliki sifat khusus sesuai lembaga induknya

c) Memberikan jasa pelayanan pada masyarakat pemakai tertentunya seperti tuna rungu, tuna netra, narapidana, atau karyawan suatu instansi d) Mengkhususkan koleksinya pada bidang tertentu

e) Berskala mikro.49

Sedangkan menurut Andi Prastowo menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki perpustakaan khusus, adalah:50

a. memiliki buku yang terbatas atau beberapa disiplin ilmu saja

b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat perpustakaan tersebut bernaung

c. Peran utama pustakawan adalah melakukan penelitian kepustakaan untuk anggota

d. Tekanan koleksi bukan pada buku, melainkan pada majalah, pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak atau indeks

e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan

3. Tujuan Perpustakaan Khusus

Tujuan penyelenggaraan perpustakaan khusus bukanlah untuk komunitas pada suatu lembaga, tetapi hanya ditunjukkan kepada karyawan

48

Sutarno NS,Perpustakaan dan Masyarakat,h. 50

49

Lasa HS,Kamus Kepustakawanan Indonesia,h. 270

50


(42)

bahwa lembaga tersebut mempunyai fasilitas yang dapat membantu mencari informasi yang dibutuhkan oleh karyawan lembaga tersebut.

Sulistyo Basuki menegaskan bahwa, “tujuan perpustakaan khusus lazimnya sama, yaitu membantu tugas badan induk tempat perpustakaan bernaung. Pembagian tugas lebih lanjut dari masing-masing perpustakaan akan berbeda. Salah satu contohnya, perpustakaan industri dan badan komersial bertujuan membantu badan induk menghemat waktu dan uang”.51

Tujuan dari perpustakaan khusus yaitu membantu tugas badan induk tempat dimana perpustakaan bernaung.52 Selain itu tujuan utama dari perpustakaan khusus adalah untuk mendukung tujuan organisasinya.53 Menurut Mudjito, perpustakaan khusus mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Tujuan Umum

Memberikan informasi dan kelengkapan rujukan yang berupa bahan-bahan tercetak dan terekam untuk memperlancar pelaksanaan tugas sehari-hari pada instansi yang bersangkutan.

b. Tujuan Khusus

1. Mengembangkan keterampilan karyawan/karyawati untuk belajar mandiri

2. Memupuk minat dan bakat pada umumnya dan minat baca karyawan/karyawati pada khususnya

3. Memotivasi karyawan/karyawati untuk dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien

4. Mengembangkan kemampuan karyawan/karyawati untuk memecahkan masalah atas usaha dan tanggung jawab sendiri

51

ibid,h.72

52

Karmidi Murtoatmojo,Manajemen Perpustakaan Khusus(Jakarta: Universitas Terbuka, 1991), h. 14

53

Rachman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan


(43)

5. Mengembangkan kemampuan karyawan/karyawati untuk mencari, menemukan dan memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaan khusus.54

4. Tugas Dan Fungsi Perpustakaan Khusus

Tugas dan fungsi perpustakaan khusus adalah menyediakan sumber-sumber informasi dan mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi yang menaungi perpustakaan itu. Keberadaan, eksistensi dan berfungsi atau tidaknya sebuah perpustakaan khusus tersebut juga bergantung kepada lembaga yang bersangkutan.55

Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan khusus tugas pokok perpustakaan khusus yaitu melakukan kegiatan pengumpulan/pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pendayagunaan bahan pustaka bidang ilmu pengetahuan tertentu untuk memenuhi misi lembaga yang harus diemban dalam rangka mendukung organisasi induknya dan masyarakat yang berminat mengkaji/mempelajari disiplin ilmu bidang yang menjadi misi perpustakaan.56

Selain itu perpustakaan khusus bertugas menyediakan koleksi buku untuk para ahli dan peneliti yang tergabung pada badan itu dan memberikan keterangan bibliografi dengan cepat dan tepat serta mengadakan penelusuran literatur atas permintaan.57

C. Layanan Perpustakaan

1. Pengertian Layanan Perpustakaan

Pengertian layanan perpustakaan berkembang dari waktu ke waktu, hal ini sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia terhadap informasi (baca buku dan informasi tercetak lainnya) yang terus

54

Mudjito,Pembinaan Minat Baca(Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 22

55

Sutarno NS,Perpustakaan dan Masyarakat, h. 50

56

Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2000),h. 7

57


(44)

meningkat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “layanan adalah melayani, service atau jasa”.58

Layanan perpustakaan adalah untuk melayani kebutuhan pemakai perpustakaan dalam setiap kegiatan, tanpa memandang batasan jenis kelamin, ras, agama dan sebagainya. Layanan perpustakaan sangat bervariasi, terutama tergantung kepada jenis perpustakaan.59

UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 pasal 14 mengemukakan berbagai hal tentang layanan perpustakaan, yaitu:60

1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi pada kepentingan pemustaka

2) Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan standar nasional perpustakaan

3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi

4) Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka

5) Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka 6) Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama antar

perpustakaan

7) Layanan perpustakaan secara terpadu dilaksanakan melalui jejaring telematika

Tidak ada perpustakaan jika tidak ada layanan, karena itu perpustakaan sebenarnya identik dengan pelayanan. Perpustakaan merupakan suatu unit usaha yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Apabila dilihat dari dasar/basicpelayanan, maka perpustakaan merupakan pelayanan yang berbasis pada benda atau pada pemakai

58

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed. 3, cet. Ke-3, h. 646

59

Sutarno NS,Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Sagung Seto, 2006), cet. Ke-3, h.191

60

Vivit Wardah Rufaidah, “Analisis Kepuasan Pelajar dan Mahasiswa Terhadap Layanan Sirkulasi Pada

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian”, Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, No. 1,


(45)

perpustakaan. Apabila dilihat dari tujuannya, maka perpustakaan tidak berorientasi untuk memaksimalkan keuntungan, perpustakaan memberikan pelayanan kepada pembaca agar bahan pustaka yang telah dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu dapat disampaikan kepada pembaca. Apabila ditinjau dari sifatnya sebagai usaha layanan maka pelayanan perpustakaan mempunyai karakteristik yakni pelayanan terdiri dari:

a) Intangibliity,yakni suatu pelayanan yang bersifat tidak berwujud. Suatu pelayanan yang tidak dapat dilihat maupun dirasakan sebelum pelayanan itu dinikmati. Pemustaka dapat melihat kualitas pelayanan baik dengan melihat situasi fisiknya. Oleh karena itu, perpustakaan perlu ditata rapi, baik tentang rak buku, meja baca, tempat duduk, dan lainnya.

b) Inseparability, yakni suatu pelayanan yang biasanya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang sama. Untuk itu perlu adanya interaksi antara pustakawan dan pemustaka dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas, misalnya dengan adanya pendidikan pemakai, pelayanan yang ramah sopan dan lainnya.

c) Variability, yakni kualitas pelayanan yang diberikan oleh seseorang berbeda dengan yang diberikan orang lain. Hal ini sangat tergantung pada sikap dan perilaku petugas perpustakaan.

d) Perishability, yakni suatu pelayanan yang tidak dapat disimpan untuk dipergunakan apabila diperlukan. Memang suatu ketika akan terjadi situasi yang sangat menyibukkan misalnya pustakawan banyak kesibukan dan pemakai yang datang jumlahnya banyak, maka untuk mengatasinya perlu adanya fasilitas maupun dorongan yang memungkinkan pemakai mampu melayani diri sendiri misalnya dengan menyediakan komputer, dan lain-lain.61

Hakikat layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pemakai perpustakan tentang:

1) Segala bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai perpustakaan, baik untuk dimanfaatkan ditempat ataupun untuk dibawa pulang untuk digunakan di luar ruang perpustakaan.

2) Manfaat berbagai sarana penelusuran informasi yang tersedia di perpustakaan yang merujuk pada keberadaan sebuahinformasi.62

61

Lasa HS,Kamus Kepustakawanan Indonesia, h. 232-233

62


(46)

Menurut Darmono, hakikat layanan perpustakaan adalah penyediaan segala bentuk informasi kepada pemakai dan penyediaan segala alat bantu penelusurannya, maka tujuan dari layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan.63

Layanan perpustakaan bertumpu pada landasan pemikiran, yaitu: untuk apa layanan diberikan, kepada siapa layanan diberikan, dalam situasi lingkungan bagaimana layanan perpustakaan diberikan, serta strategi apakah yang digunakan dalam memberikan layanan tersebut.64

Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1991) dalam bukunya Delivering Service Quality yang dikutip oleh Zurni Zahara Samosir mengatakan bahwa “kualitas pelayanan adalah perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang diterimanya”.65 Dengan kata lain, apabila pelayanan yang diterima sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna perpustakaan maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, dan sebaliknya pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas pelaayanan dipersepsikan buruk.

Sebuah layanan merupakan salah satu barometer keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Perpustakan harus berusaha memberikan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Layanan yang baik

adalah yang dapat memberikan rasa senang dan puaskepada pemakai.

63

Ibid,h. 135

64

Ibid,h. 135

65

Zurni Zahara Samosir, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan USU”, Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 1 (Juni 2005), h. 28


(47)

2. Macam Layanan Perpustakaan

Ada dua macam layanan perpustakaan : a. Layanan Teknis

Pekerjaan pustakawan dalam perpustakaan untuk mempersiapkan koleksi agar dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan pembaca, layanan ini meliputi semua proses dan kegiatan yang terkait dengan pengadaan, pengumpulan, pengolahan, penyusunan koleksi, pengawetan, pelestarian, pemanfaatan bahan pustaka, serta sarana temu kembali informasi (Katalog, indeks, bibliografi dan lain-lain).66

b. Layanan Pemustaka

Adalah bagian atau seksi maupun tugas di perpustakaan yang kegiatannya berkaitan dengan pemanfaatan jasa informasi yang dikelola perpustakaan.67 Layanan yang diberikan kepada pemustaka atau pemakai layanan pembaca ini meliputi :

a) Layanan Sirkulasi

Adalah layanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Dalam layanan ini biasanya digunakan sistem tertentu, dengan aturan peminjaman yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan.

b) Layanan Referensi

Adalah menyediakan informasi rujukan secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat seperti kamus, ensiklopedia, bibliografi, peta, hasil penelitian, dan lain-lain.

66

Lasa HS,Kamus Kepustakawanan Indonesia, h. 233

67


(48)

c) Layanan Abstrak & Indeks

Adalah layanan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan buku, atau monograf, makalah, artikel dan terbitan yang disebar luaskan.

d) Layanan Foto Copy

Adalah menggandakan koleksi yang ada di perpustakaan sesuai dengan permintaan pemakai.

e) Layanan Internet

Adalah jaringan yang memungkinkan mendapatkan informasi dari seluruh dunia, tanpa bergantung pada jenis informasi.

f) Layanan OPAC

OPAC adaah sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum dan dapat dipakai pengguna untuk menelusuri data katalog (untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.

g) Layanan Audiovisual

Adalah memberikan layanan informasi yang tersimpan dalam bentuk non buku, seperti CD-ROM, DVD, kaset dan lain-lain.

h) Layanan Pemesanan Informasi

Adalah suatu informasi yang di inginkan pemakai tetapi belum ada di perpustakaan, sehingga pemakai dapat memesan buku yang


(49)

diperlukan pemakai kepada pustakawan. i) Layanan Orientasi Pemakai

Adalah memberikan arahan kepada pemakai untuk menggunakan bahan koleksi yang ada di perpustakaan, misalnya penelitian68

Pada dasarnya layanan perpustakaan adalah sama yaitu memberikan bantuan kepada pemustaka untuk memperoleh bahan pustaka sesuai minat dan perhatian mereka. Jadi perpustakaan adalah sebuah sistem yang mempertemukan pemustaka dan bahan yang dicarinya.

Agar informasi yang dikelola perpustakaan dimanfaatkan secara optimal, maka perlu meningkatkan kualitas pelayanan, antara lain:

a. Menjaga agar pemustaka tetap kembali setelah pelayanan pertama b. Menarik pembaca-pembaca baru

c. Meningkatkan kinerja pustakawan agar mereka mau bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan pemakai.69

Oleh karena itu, baik buruknya suatu perpustakaan dilihat dari layanan yang ada di perpustakaan, serta persepsi pemakai terhadap layanan juga sangat dipengaruhi dari kinerja pustakawan.

3. Sistem Layanan Perpustakaan

Perpustakaan perlu menentukan sistem layanan yang akan digunakan, agar pengguna dapat memanfaatkan layanan dan koleksi perpustakaan dengan efektif. Dengan adanya penentuan Sistem ini pengguna dapat mengetahui bagaimana cara memanfaatkan koleksi dan layanan yang dimiliki perpustakaan. Sistem layanan perpustakaan ada 2 yaitu:

1) Sistem Layanan Terbuka (Opened Access)

Sistem layanan terbuka merupakan salah satu dari sistem layanan

68

Taslimah, Yusuf,Manajemen Perpustakaan (Jakarta : Universitas Terbuka,1996), h.133.

69


(50)

perpustakaan. Menurut Lasa HS sistem layanan terbuka disebut pula peminjaman terbuka. Yakni peminjaman koleksi perpustakaan yang memberi kesempatan pemustaka untuk memilih dan mengambil sendiri akan koleksi yang diinginkan. Sistem ini memberikan keleluasaan pada pemustaka.70Kebaikan layanan sistem terbuka adalah:

a. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi

b. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan

c. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan

d. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain

Sistem layanan terbuka juga mengandung beberapa faktor kelemahan sebagai berikut:

a. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemakai secara tidak tepat

b. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem yng bersifat tertutup

c. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalu lintas atau mobilitaspemakai lebih leluasa

d. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai ekses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka71

2) Sistem layanan tertutup (Closed Access)

Selain Sistem layanan terbuka, perpustakaan juga dapat menerapkan Sistem layanan tertutup di perpustakaan. “Sistem layanan tertutup menurut

70

Ibid, h. 16

71


(51)

Lasa adalah disebut pula peminjaman tertutup. Yakni sistem peminjaman koleksi perpustakaan yang tidak memberi kesempatan kepada pemustaka untuk mengambil koleksi sendiri. Pengambilan koleksi dilakukan oleh petugas”.72Dalam sistem layanan tertutup ini mempunyai kebaikan, yaitu: a. Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas

perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi

b. Kemungkinan terjadinya kehilangan atau perobekan bahan pustaka dapat ditekan karena pemakai tidak dapat melakukan akses langsung ke jajaran koleksi

c. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena lalu lintas manusia atau mobilitas petugas di daerah jajaran koleksi relatif rendah

d. Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai

Selain memiliki beberapa faktor-faktor kebaikan dari sistem layanan tertutup, dalam sistem ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti: a. Dalam menemukan bahan pustaka pengguna hanya dapat mengetahui

ciri-ciri kepengarangan dan ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku dan jumlah halaman, informasi semacam ini sebenarnya sangat abstrak

b. Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku, sehingga bisa saja judul yang telah dipilih, tetapi bukan bahan pustaka tersebut yang dimaksud oleh pemakai perpustakaan

c. Pemakai tidak mungkin melakukan browsing di jajaran rak, sehingga pemakai tidak mungkin menemukan alternatif lain dari bahan pustaka yang diperlukannya

d. Jika peminjam cukup banyak, dan petugas perpustakaan relatif terbatas hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama73

4. Layanan Perpustakaan Yang Baik

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang koleksinya relevan dengan kebutuhan pengguna yang dilayaninya. Senada dengan pendapat

72

Lasa Hs.Kamus Kepustakawanan Indonesia, h. 16

73


(52)

oleh Calvert (1994) yang dikutip oleh Zurni Zahara Samosir menyatakan bahwa “pelayanan perpustakaan yang utama adalah koleksi yang baik, dalam arti subjek yang relevan dan sesuai dengan kurikulum yang dijalankan, pengelolaannya tertata dengan baik sehingga temu kembali mudah dilakukan”.74Untuk mendapatkan kualitas pelayanan perpustakaan, maka perlu adanya sikap dan pandangan yang baik terhadap layanan, seperti:75

a) Memuaskan Pengguna, pemustaka akan merasa puas setelah meninggalkan meja pelayanan.

b) Pustakawan diharapkan menemukan cara pemecahan masalah yang dihadapi pemustaka, misalnya apabila pemustaka tidak dapat menemukan buku atau referensi yang dicari, dan lain-lain.

c) Pemustaka hendaknya mematuhi saran yang diberikan oleh pustakawan. d) Ramah, pemustaka atau pemakai akan merasa senang apabila pustakawan bersikap ramah, sopan, dan penuh kemitraan. Staf perpustakaan dalam memberikan layanan bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya juga menyenangkan hal ini sesuai dengan pernyataan berikut "Pembawaan staf perpustakaan yang ramah dan sopan akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pemakai"76

e) Cepat, yaitu perpustakaan dalam memberikan pelayanan hendaknya dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, pada umumnya pemustaka atau pemakai tidak ingin terlalu lama dalam mendapatkan pelayanan. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan AG. Marsudi "Perpustakaan dianggap bermutu bila dapat memberikan layanan yang cepat, tepat, dan benar kepada pengguna".77

f) Suatu masalah tersendiri apabila pemusaka tidak memahami informasi yang mereka terima.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan tema persepsi terhadap layanan, pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan, antara lain :

74

Zurni Zahara Samosir, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan

Perpustakaan USU”, Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 1 (Juni 2005), h. 33 75

Lasa Hs.Kamus Kepustakawanan Indonesia,, h. 233

76

Ari Sudrajat,Pelayanan Umum(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI), h.110.

77


(53)

1. Anyqo Tufah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010). Persepsi Pemakai Terhadap Layanan di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui persepsi pemakai terhadap layanan perpustakaan di kementrian pekerjaan umum. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Temuan dari hasil penelitian membuktikan bahwa persepsi pemakai perpustakaan terhadap layanan adalah baik. dimana skor rata-rata yang didapatkan adalah 3,53. Hasil ini berdasarkan pada persepsi pemakai terhadap layanan dari beberapa variabel-variabel yakni variabel persepsi pemakai terhadap layanan sirkulasi, variabel terhadap layanan referensi, variabel terhadap layanan fotocopy, variabel erhadap layanan internet, dan variabel terhadap layanan audiovisual. Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa persepsi pemakai terhadap layanan pemakai hampir seluruhnya baik.

2. Nur Wahyudi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010). Persepsi Mahasiswa Trisakti Terhadap Perpustakaan Unversitas Trisakti. Penelitian ini menggunnakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa trisakti terhadap perpustakaan trisakti sudah cukup memuaskan, ramah dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa ditunjukkan dengan skor rata-rata 2,41 yang berada pada skala interval 1,76–2,51.


(54)

BA

B III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Singkat Perpustakaan Freedom Institute

Perpustakaan Freedom Institute, berdiri pada akhir tahun 2001, adalah lembaga independen yang bergerak dalam bidang pengkajian dan penelitian mengenai demokrasi, nasionalisme dan ekonomi pasar. Tujuannya adalah mengembangkan kebebasan berpikir dan menggalakkan kegairahan terhadap pemikiran dalam bidang ekonomi, sosial, politik, agama, dan budaya di Indonesia.

Freedom Institute merupakan sebuah lembaga non profit yang didirikan oleh seorang politisi handal Indonesia yaitu Rizal Mallarangeng pada akhir tahun 2001. Setiap bulannya, Freedom Institute mengadakan diskusi bulanan atau diskusi terbatas mengenai pemikiran tokoh-tokoh tertentu. Selain itu, Freedom Institute juga memfasilitasi peneliti baik dari dalam maupun luar negeri yang melakukan penelitian. Kegiatan lainnya adalah Akademi Merdeka yang sasaran utamanya adalah mahasiswa. Kegiatan ini berisi ceramah dan diskusi. Pemberian penghargaan dalam bidang tertentu juga diberikan kepada orang-orang yang dianggap berkontribusi bagi kemajuan masyarakat sebagai bentuk apresiasi.

Freedom Instiute mengembangkan Perpustakaan, penerjemahan, penerbitan buku, juga menyelenggaraan diskusi, seminar, lokakarya, dan diskusi-diskusi rutin. Perpustakaan yang didirikan oleh Freedom Institute dikenal dengan nama Perpustaakaan Freedom Insitute yang memiliki target


(55)

pemustaka ialah semua golongan usia namun terbatas pada subjek sosial seperti ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Perpustakaan Freedom Institute berlokasi di sekitar lingkungan Freedom Institute yaitu JL. Proklamasi No. 41 Menteng Jakarta 10320 diresmikan oleh Boediono pada tahun 2010, sebelumnya terletak pada Jl. Irian 8, Menteng, Jakarta. Dengan lokasi yang berada di pusat kota tersebut menjadi salah satu keuntungan untuk menarik perhatian dari para pemustaka. Hingga tahun 2013, jumlah buku yang ada telah mencapai lebih dari 12000 eksemplar dengan beragam subyek dan judul; 65% berasal dari pembelian, 24% berasal dari sumbangan, dan sisanya berasal dari tukar-menukar. Selain itu perpustakaan juga berlangganan tak kurang dari 60 jurnal dan majalah yang terbit di luar negeri. Perpustakaan ini juga memberikan internet gratis. Jam buka perpustakaan dari hari senin-jumat pukul 09.00-19.00 serta hari sabtu pukul 09.00-17.00. Di perpustakaan ini, terdapat 8 pustakawan dimana pustakawan tersebut melayani dengan ramah dan bersifat komunikatif dan aktif dalam menghadapi pemustaka.

B. Misi Perpustakaan Freedom Institute

Misi utama Perpustakaan Freedom Institute adalah menyebarkan ide. Hal ini dilakukan lewat beragam kegiatan seperti diskusi publik, seminar, wawancara radio, lokakarya, penulisan artikel, penulisan dan penerjemahan buku. Kegiatan lainnya, seperti penyelenggaraan perpustakaan publik, pelatihan, serta pemberian penghargaan, merupakan bentuk lain dalam penyebarluasan dan apresiasi terhadap kebebasan. Sebagai lembaga nirlaba yang independen, Perpustakaan Freedom Institute berkomitmen untuk terus


(56)

memperjuangkan terciptanya kebebasan, demokrasi, dan kesejahteraan di Indonesia.

C. Struktur Organisasi Perpustakaan Freedom Institute

Freedom Institute dipimpin seorang Direktur Eksekutif, Rizal Mallarangeng dan Deputi Direktur oleh Nirwan Ahmad Arsuka dan Luthfi Assyaukanie bersma Saiful Mujani sebagai Direktur Riset. Seperti taglinenya yang berbunyi “Center For Democracy, Nationalism, And Market Economy

Studies”. Freedom Institute mempunyai beberapa fokus studi. Oleh karena itu, dalam struktur organisasi terdapat bidang-bidang kajian, seperti:

1. Bidang Kajian Politik: Andi Mallarangeng

2. Bidang Kajian Ekonomi: M. Chatib Basri, Mohamad Ikhsan 3. Bidang Kajian Kesenian dan Sastra: Nirwan Dewanto

4. Bidang Kajian Teori Politik, Negara dan Kebebasan: Ahmad Sahal 5. Bagian Kajian Agama dan Isu-isu Sosial: Ulil Abshar Abdalla

Sedangkan dari manajemen terdiri atas manajer umum, wakil manajer umum, staff khusus, sekretaris, bendahara program dan perpustakan. Perpustakaan dikepalai oleh Eru Gunawan, Manager Umum, Lulusan Ilmu Perpustakaan IPB. Sedangkan untuk bagian pelayanan dan pengolahan dilakukan oleh semua pustakawan. Dibantu beberapa pustakawan lainnya:

1) Wahyu Budhi Nugroho, Kadiv. Perpustakaan & Dokumentasi 2) Rudiyanto, Kadiv. Audio Visual

3) Nadya, Sekretaris Program

4) Afnidar, Kadiv. Umum dan Personalia

5) Ujang Saripudin, Staf Perpustakaan bagian fotokopi dan keuangan 6) Hakso Sapto Suwarsito, Staf Perpustakaan bagian audio visual 7) Rianto Basuki, Staf Perpustakaan bagian program


(57)

Gambar 1

Struktur Organisasi Perpustakaan Freedom Institute

D. Koleksi Perpustakaan Freedom Institute 1. Buku

Koleksi mencakup bidang-bidang filsafat, agama, sosiologi, politik, ekonomi, studi-studi tentang demokrasi dan transisi ke demokrasi di sejumlah negara, globalisasi, dan sastra. Koleksi akan terus diperbaharui sehingga dapat mencakup literatur-literatur baru yang terbit paling mutakhir. Perpustakaan Freedom mencoba untuk menyediakan koleksi yang paling terakhir dalam bidang-bidang yang menjadi fokusnya. Hingga tahun 2013, jumlah buku yang ada di perpustakaan ini telah mencapai lebih dari 12000 eksemplar dengan beragam subyek dan judul; 65% dari jumlah itu berasal dari pembelian, 24% berasal dari sumbangan, dan sisanya berasal dari tukar-menukar. Sebagian besar buku ini sudah diklasifikasi dengan rapi. Perpustakaan Freedom Institute juga menerbitkan beberapa buku, antara lain:


(58)

1. Kebebasan dan Politik Perubahan Iklim ditulis oleh Václav Klaus terbit pada tahun 2012

2. Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam ditulis oleh M. Dawam Rahardjo terbit pada tahun 2012

3. Menemukan Kembali Liberalisme ditulis oleh Ludwig von Mises diterbitkan pada tahun 2011

2. Terbitan berkala

Perpustakaan melanggan majalah, surat kabar, data statistik, dan puluhan jurnal ilmiah dari dalam dan luar negeri. Selain buku, perpustakaan Freedom juga mengoleksi dan berlangganan beberapa majalah dan jurnal, baik nasional maupun internasional. Hingga kini, perpustakaan Freedom berlangganan tak kurang dari 60 jurnal yang terdiri dari 27000 artikel jurnal dan majalah terbitan luar negeri 31 jenis, dalam negeri 14, surat kabar asing 4 dan nasional 6, termasuk diantaranya yaitu: 1) Asian Survey

2) Bulletin of Indonesian Economic Studies, Commentary 3) Critical Inquiry

4) Dissent, Foreign Affairs 5) Journal of Democracy 6) London Review of Books 7) New Left Review

8) New York Review of Books 9) Policy Review

10) Political Science Quarterly 11) The Indonesian Quarterly 12) The National Interest 13) Washington Quarterly 14) World Politics

15) World Trade Review.

3. Makalah seminar

Perpustakaan mengumpulkan makalah seminar yang diselenggarakan oleh Freedom Institute.


(59)

E. Fasilitas Perpustakaan Freedom Institute

Perpustakaan Freedom menyediakan fasilitas, yaitu:

1. Internet Gratis dan Hot Spot Area

Perpustakaan Freedom menyediakan internet gratis sebagai salah satu sumber informasi yang cepat dan mudah. Selain itu, juga menyediakan fasilitas jaringan komputer nirkabel (wireless) yang bertujuan lebih memberikan kemudahan pengguna perpustakaan dalam mengakses internet yang bisa dijangkau kapan saja secara instan dan mudah. Layanan ini tersedia pada jam kantor (pukul 09.00-18.45)

2. Ruang Baca

Di dalam perpustakaan Freedom terdapat ruang baca di setiap ruangan. terdapat 10 meja berukuran besar, dan terdapat kurang lebih 40 kursi yang disediakan oleh Perpustakaan Freedom Institute, kemudian terdapat juga 2 sofa yang lokasinya di ruang baca belakang dari Perpustakaan Freedom Institute.

3. Sarana Penitipan Tas

Penitipan barang dan tas ada di meja petugas, sehingga penitipan barang atau tas terjaga dengan baik oleh petugas perpustakaan.

F. Kegiatan atau Program Perpustakaan Freedom Institute

Perpustakaan Freedom Institute mempunyai 2 kegiatan atau program dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Lokakarya, dalam kegiatan lokakarya ini diperuntukkan bagi wartawan dan masyarakat pada umumnya. Dalam kegiatan ini akan dilakukan kegiatan seperti bedah buku, diskusi peluncuran buku, diskusi publik


(60)

dengan tema yang berbeda setiap diskusi, pemutaran film dokumenter, dll. Berikut adalah beberapa kegiatan lokakarya yang pernah dilakukan oleh Perpustakaan Freedom Institute, yaitu:

1) Diskusi & Peluncuran Buku "Sukarno, Marxisme dan Leninisme" 23 April 2014, pukul 19.00-21.00

2) Mimbar Freedom "Kebudayaan Ganda: Sepuluh-Sebelas Dualisme di Tubuh Indonesia"

3) Diskusi Publik "Mengingat dan Mengupas Peristiwa Mei 1998" Senin, 19 Mei 2014, pkl. 13.00-15.00

4) Diskusi buku Ekonomi Berdikari Sukarno,Kamis, 26/06/2014, pkl 19.00–21.00

5) Peluncuran & Diskusi Buku "I am Malala" Rabu, 25 Juni 14, Pkl.15.00

6) Diskusi "Strategi Kampanye Media Pilpres 2014: Menyoal Penyebaran Kebencian dan Video ala Nazi" Jumat, 27 Juni 2014, Galeri Cafe TIM, Jakarta Pusat

7) Diskusi "Strategi Kampanye Media Pilpres 2014: Menyoal Penyebaran Kebencian & Video ala Nazi"

8) Diskusi "Thomas Piketty: Kapital dan Keadilan Ekonomi”, 7 Juli 2014, Pkl. 19.00–21.00

9) Pemutaran dan Diskusi Film “Sokola Rimba", Kamis, 17 Juli 2014,

Pkl. 16.30 - 21.00

10) Diskusi "Defisit Demokrasi & Ancaman Otoritarianisme Elektoral" jumat 18 Juli 2014 pukul 19.00

11) Buka bersama di bulan Ramadhan bersama perpustakaan Freedom Institute

12) Diskusi Publik: Demokrasi Tanpa Liberalisme? Hari selasa, 15 Juli 2014

13) Kegiatan Penayangan dan Diskusi Film "Sokola Rimba"

14) Diskusi Buku "Strategi Menjinakkan Diponegoro" oleh Saleh A. Djamhari & Peter Carey, 27 Agustus 2014 pkl 19.00 s/d 21.00

15) Diskusi Publik "Ekonomi Indonesia di Era Jokowi: Seperti apa?", Jumat, 29 Agustus 2014, Pkl. 18.30 s/d 21.00

16) Diskusi Publik "Ekonomi Indonesia di Era Jokowi II: Seperti Apa?" , Senin, 1 Sept 2014, Pkl. 18.30-21.00


(1)

Foto Perpustakaan Freedom Institute

freedom institute

en

yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBATER FO DEMOCRACY. tlA IONA IS~I. NOMARKET ECO

'O~Y

ST IES

Logo Perpustakaan Freedom Institute

Tampak Depan Perpustakaan

Pintu Masuk Perpustakaan


(2)

Suasana di dalam PerpustakaanyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA


(3)

(4)

(5)

Suasana Di Luar (Halaman) PerpustakaanyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA


(6)

DAFTAR

RIWAYAT HIDUP

Aufa Dzahabie lahir di Jakarta tanggal 21 juni 1992. Mengenyam pendidikan SD Cahaya Sakti Jakarta (1998-2004), SMPN 115 Jakarta (2004-2007), SMAN 54 Jakarta (2007-2010), dan kuliah mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2014). Selama studi penulis aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Perpustakaan (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan) dan sebagai anggota JIPERS futsal. Penulis telah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Ilmu Perpustakaan

dengan skripsi yang berjudul “Persepsi Pemakai terhadap Layanan Perpustakaan Freedom Institute”.