e. Time
Berapa  lama  nyeri  berlangsung  bersifat  akut  atau  kronis,  kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.
2. RAPS Rheumatoid Arthritis Pain Scale
Menurut  Anderson  2001  mengatakan  bahwa  untuk  merancang instrumen  RAPS,  dilakukan  dengan  penilaian  klinis  dan  wawancara
individu yang mengalami Reumatoid Artritis, dan kesamaan dari jawaban responden  diidentifikasi  antara  dimensi  rasa  sakit.  Selanjutnya,  sub-skala
dan  definisi  dari  sub-skala  disusun  berdasarkan  landasan  RAPS    dalam teori yaitu:
a. Teori kontrol gerbang yaitu menjelaskan tentang mekanisme transmisi
nyeri.  Kegiatannya  bergantung  pada  aktivitas  serat  saraf  aferen berdiameter  besar  atau  kecil  yang  dapat  mempengaruhi  sel  saraf  di
substansia  gelatinosa.  Aktivitas  serat  yang  berdiameter  besar menghambat  transmisi  yang  artinya  “pintu  ditutup”  ,  sedangkan  serat
saraf  yang  berdiameter  kecil  mempermudah  transmisi  yang  artinya “pintu dibuka” Asmasdi, 2008.
b. Model  motivasi  afektif  menjelaskan  bahwa  pertanyaan  afektif
meningkatkan  minat  dan  motivasi  untuk  mempelajari  perasaan,  nilai- nilai, keyakinan, dan sikap terhadap suatu topik yang sedang dipelajari.
Pertanyaan  afektif  tingkat  rendah  diarahkan  untuk  merangsang kesadaran  dan  ketanggapan  peserta  didik  pada  suatu  topik,  pertanyaan
afektif  tingkat  menengah  dapat  menentukan  seberapa  kuat  suatu keyakinan  atau  dalamnya  internalisasi  suatu  nilai,  sedangkan
pertanyaan  afektif  tingkat  tinggi  menggali  informasi  tentang  seberapa dalamnya integrasi suatu nilai Bastable, 2002.
Hal  ini  menyebabkan  instrumen  yang  terdiri  dari  4  sub-skala,  yang mewakili  aspek  utama  nyeri  pada  Rheumatoid  Arthritis  yaitu  fisiologis,
afektif, sensorik- diskriminatif, dan kognitif. a.
Komponen fisiologis mengacu pada manifestasi klinis dari Reumatoid Artritis  seperti  yang  didefinisikan  oleh  American  College  of
Rheumatology  mendeskripsikan  aspek  fisiologis  dari  penyakit  yaitu kekakuan di pagi hari, nyeri saat digerakkan, nyeri pada satu sendi atau
lebih,  pembengkakan  pada  satu  sendi,  pembengkakan  setidaknya  pada satu  sendi  lainnya,  simetris  pada  sendi  yang  bengkak  dan  adanya
kelelahan. b.
Komponen  afektif  menggambarkan  pada  tahap  ketidaknyamanan, kesedihan,  dan  gangguan  nyeri  bervariasi  dengan  intensitas  sensasi
yang  menyakitkan.  Tahap  ini  meliputi  ketakutan  jangka  pendek  atau ketakutan  pada  saat  ini  dan  kecemasan  terkait  dengan  implikasi  dari
rasa nyeri. c.
Komponen  sensorik-diskriminatif  mewakili  intensitas,  durasi,  lokasi, dan kualitas sensasi nyeri.
d. Komponen  kognitif  mengacu  pada  tahap  sekunder  rasa  nyeri  yang
terkait  yaitu  berdasarkan  proses  kognitif  yang  terkait  dengan  yang diingat atau dibayangkan. Tahap ini meliputi ketakutan jangka panjang,
implikasi  yang  lebih  rumit  memiliki  rasa  sakit  seperti  depresi, kebebasan,  bagaimana  pengaruh  nyeri  dalam  aktivitas  kehidupan
sehari-hari,  dan  harga  diri,  serta  juga  mencakup  kenangan  dan pengalaman  masa  lalu.  Tahap  ini  adalah  tahap  yang  banyak  dianggap
sebagai penderitaan Anderson, 2001.
E. Tingkat Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian  berarti  tanpa  pengawasan,  pengarahan  atau  bantuan pribadi yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan
fungsi  dianggap  sebagai  tidak  melakukan  fungsi,  meskipun  dianggap mampu Maryam, 2008.
Kemandirian  adalah  kemampuan  atau  keadaan  dimana  individu mampu  mengurus  atau  mengatasi  kepentingannya  sendiri  tanpa
bergantung dengan orang lain Zulfajri, 1999.
2. Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia
Lansia  yang  mandiri  adalah  lansia  yang  kondisinya  sehat  dalam  arti luas msih mampu untuk menjalankan kehidupan pribadinya Partini, 2005
Kemandirian  lansia  meliputi  kemampuan  lansia  dalam  melakukan aktifitas  sehari-hari,  seperti:  mandi,  berpakaian  rapi,  pergi  ke  toilet,
berpindah  tempat,  dapat  mengontrol  BAK,  atau  BAB,  serta  dapat  makan sendiri Ranah, 2006.
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lanjut Usia
Meliputi  faktor  kondisi  kesehatan,  faktor  kondisi  ekonomi,  dan faktor kondisi sosial: