1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia pastilah ada permasalahan-permasalahan dalam menjalankan hidup ini. Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini akan menemui
suatu tantangan-tantangan berupa konflik atau pertikaian-pertikaian yang terjadi antar manusia itu sendiri karena berbeda kepentingan satu sama lain. Kita tidak
dapat mengelak atau menghindar dari permasalahan-permasalahan hidup. Kita harus menghadapi segala macam permasalahan-permasalahan dan menyelesaikan
permasalahan atau konflik tersebut. Salah satu permasalahan tersebut yaitu perbedaan-perbedaan dan pertentangan dari sesama manusia karena berbeda
kepentingan antara satu sama lain. Perbedaan dan pertentangan yang dialami manusia tersebut merupakan hal yang alamiyah, karena Allah swt. menciptakan
manusia dalam keragaman, berbeda-beda suku dan bangsa. Keragaman dan perbedaan-perbedaan tersebut dapat kita lihat dari perbedaan warna kulit, bahasa,
ras, agama, budaya, pola pikir dan perbedaan kepentingan. Keragaman dan perbedaan-perbedaan tersebut merupakan suatu potensi yang dapat menimbulkan
konflik-konflik antar manusia. Oleh karena itu manusia harus dapat menangani konflik dan menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi antar manusia,
sehingga tidak membawa pada kekerasan apalagi sampai ada pertumpahan darah.
Al- Qur‟an pun mengakui konflik dan persengketaan di kalangan manusia
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya.
1
Hal ini dijelaskan pada firman Allah swt. :
فْسي ا يف سْفي ْ م ا يف عْجتأ ا اق ةفي خ ضْرأْا يف عاج ي إ ة ئا ْ ّر اق ْ إ ْعت ا ام م ْعأ ي إ اق س ْ حّ حّس ْح ءام ا
ةر ّ ا 2
: 30
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: „sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’
Mereka berkata: „mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi adalah orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau. Tuhan berfirman: „sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui„.”QS. Al-Baqarah2 : 30.
Dari ayat ini sudah jelas terlihat bahwa manusia merupakan orang yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Manusia dan
konflik tidak dapat dipisahkan dan konflik tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ayat ini pun menjelaskan bahwa keterkaitan manusia dengan konflik
sudah diinformasikan jauh sebelum diciptakannya orang yang akan membuat kerusakan. Oleh karena itu kita sebagai manusia yang diberi kelebihan untuk
memimpin muka bumi ini, harus bisa menyikapi konflik tersebut dengan mengendalikan hawa nafsu yang kita miliki.
Perlunya penyikapan konflik secara benar tersebut berangkat dari adanya kesadaran bahwa konflik yang ditimbulkan dari sebuah interaksi sosial yang
saling merugikan dapat menimbulkan terjadinya ketidakharmonisan antar sesama.
1
Syahrizal Abbas, Mediasi, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, h. 120.
Walaupun terkadang tidak dapat dihindari bakal terjadinya konflik. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik berkelanjutan, penyelesaian sengketa atau
konflik dapat dilakukan melalui beberapa cara, diataranya adalah mediasi. Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa yang melibatkan
mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh
permasalahan yang disengketakan.
2
Pada sistem pengadilan yang ada di Indonesia pun mewajibkan proses mediasi tersebut. Hal ini terdapat pada PERMA No. 1
Tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan dari PERMA No. 2 Tahun 2003. PERMA No. 1 Tahun 2008 ini dikeluarkan oleh Bagir Manan selaku ketua
Mahkamah Agung RI.
PERMA Nomor 1 tahun 2008 ini mewajibkan seluruh perkara perdata yang masuk ke pengadilan harus melewati proses mediasi. Apabila pihak-pihak
yang terkait menolak melakukan mediasi maka mediasi proses persidangan tidak dapat dilanjutkan karena batal demi hukum. Seperti yang tertera pada PERMA
Nomor 1 tahun 2008 ini bab I pasal 2 mengenai “Ruang Lingkup dan Kekuatan Berlaku PERMA” ayat 2 dan 3. Setiap hakim, mediator dan para pihak wajib
mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi yang diatur dalam Peraturan ini. Dan apabila tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan
2
Felix Oentoeng Soebagjo, “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Dibidang Perbankan”
artikel diakses
pada tanggal
21 maret
2010 dari
http:www.bapmi.orgpdfDiskusiTerbatasPelaksanaanMediasi_FelixSoebagjo.pdf
Peraturan ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Hal ini dapat
dikatakan proses mediasi ini merupakan paksaan bagi para pihak yang berpekara.
Oleh karena itu dengan dikeluarkannya PERMA No.1 Tahun 2008 mengenai mediasi ini yang mengharuskan para pihak yang berpekara mengikuti
proses mediasi, penulis tertarik untuk mengetahui seberapa efektif pelaksanaan mediasi yang telah masuk ke dalam sistem peradilan di Indonesia dan diwajibkan
bagi pihak-pihak yang berpekara untuk dapat mengikuti prosedur mediasi tersebut, khususnya di wilayah Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Penulis
memilih melakukan penelitian di lokasi tersebut karena Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan “Pilot Project” dalam bidang mediasi untuk seluruh
Pengadilan Agama di seluruh Indonesia. Jadi, dengan diketahuinya keefektifan mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang merupakan “Pilot Project”nya
akan tergambarkan keefektifan mediasi secara scala besar nasional. Karena latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menuliskannya
menjadi sebuah skripsi dengan judul
“EFEKTIVITAS MEDIASI DI PENGADILAN
AGAMA JAKARTA
SELATAN SETELAH
DIKELUARKANNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN
”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah