2. Wewenang relatif dan wewenang absolut Pengadilan Agama Jakarta
Selatan
Menurut M. Yahya Harahap,
12
ada lima tugas dan kewenangan yang terdapat di lingkungan Peradilan Agama, yaitu: 1 Fungsi kewenangan
mengadili; 2 Memberi keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum islam kepada instansi pemerintah; 3 Kewenangan lain oleh atau berdasarkan
UU; 4 Kewenangan Pengadilan Tinggi Agama mengadili perkara dalam tingkat banding dan mengadili sengketa kompetensi relatif; 5 bertugas
mengawasi jalannya peradilan. Kewenangan atau kekuasaan
13
peradilan kaitannya adalah dengan hukum acara menyangkut dua hal, yaitu kekuasaan relatif
14
dan kekuasaan absolut.
15
Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan Pengadilan Agama tingkat pertama dan mempunyai tugas-tugas sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang menyatakan bahwa pengadilan agama berwenang mengadili
12
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, UU nomor 7 1989, Jakarta: Pustaka Kartini, 1993 h.33.
13
Kata “kekuasaan” sering disebut “kompetensi” yang berasal dari bahasa Belanda “competentie” yang kadang diterjemahkan “kewenangan” dan terkadang dengan “kekuasaan”.
14
Kekuasaan relatif diartikan sebagai kekuasaan peradilan yang satu jenis dan satu tingkatan berdasarkan wilayah. Misalnya Pengadilan Agama Jakarta Selatan dengan Pengadilan Agama Jakarta
Timur.
15
Kekuasaan absolut diartikan sebagai kekuasaan peradilan yang beberapa jenis dan satu tingkatan berdasarkan jenis perkara. Misalnya Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri.
perkara tertentu dan mengenai golongan rakyat tertentu, yaitu mereka yang beragama Islam dan berdomisili di wilayah kekuasaan hukum pengadilan
agama tersebut. Adapun tugas dan wewenang peradilan agama berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Amandemen UU Nomor
7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagai berikut: “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah,
wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah”. Semua kompetensi di atas diatur berdasarkan Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah dan Kompilasi Hukum Islam. Adapun pelaksanaan tugas-tugas pokok ini, pembinaanya dilakukan oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia. Kewenangan peradilan agama Pasal 49 huruf a yakni bidang
perkawinan. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-Undang mengenai perkawinan yang
dilakukan menurut syariah. Perkara-perkara tersebut yang merupakan kewenangan absolut Peradilan Agama dijelaskan pada pasal 49 ayat 2 yang
terdapat 22 butir, 22 butir tersebut adalah: 1.
Izin beristri lebih dari seorang; 2.
Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berumur 21 tahun, dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan
pendapat; 3.
Dispensasi kawin; 4.
Pencegahan perkawinan; 5.
Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah; 6.
Pembatalan perkawinan;
7. Gugatan kelalaian;
8. Perceraian karena talak;
9. Gugatan perceraian;
10. Penyelesaian harta bersama;
11. Penguasaan anak;
12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bila bapak yang
seharusnya bertanggung jawab tidak mampu memenuhinya; 13.
Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak;
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. Pencabutan kekuasaan wali;
17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan wali
dicabut; 18.
Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak belum cukup berumur 18 tahun yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya padahal tidak ada
penunjukan wali oleh orang tuanya; 19.
Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya;
20. Penetapan asal usul anak;
21. Putusan tentang penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran; dan 22.
Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan berlaku yang dijalankan menurut peraturan yang
lain.
Kewenangan lain pengadilan agama adalah memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di bidang hukum waris yang meliputi: penentuan siapa
yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, pelaksanaan pembagian harta peninggalan,
dan penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris dan penentuan bagian masing-masing ahli waris.
Kewenangan pengadilan agama lainnya adalah dalam perkara wasiat, hibah, wakaf, zakat dan infaq. Serta kewenangan pengadilan agama diperluas,
termasuk bidang ekonomi syari‟ah. Hal ini sesuai dengan perkembangan
hukum dan kebutuhan hukum masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Dengan penegasan dan peneguhan kewenangan pengadilan agama
dimaksudkan untuk memberi dasar hukum bagi pengadilan agama dalam menyelesaikan perkara ekonomi syariah.
16
Terhadap kekuasaan absolut ini, maka pengadilan agama diharuskan untuk meneliti perkara yang diajukan kepadanya termasuk kekuasaan absolut
atau tidak. Kalau ternyata tidak termasuk kekuasaan absolut, maka pengadilan agama dilarang menerimanya. Jika pengadilan agama menerima juga, maka
pihak tergugat dapat mengajukan keberatan yang disebut dengan “eksepsi absolut”, baik dalam tingkatan pertama maupun sampai tingkatan kasasi.
Sedangkan untuk kompetensi relatif atau kewenangan jurisdiksi Pengadilan Agama Jakarta Selatan adalah meliputi 10 kecamatan, yaitu:
a. Kebayoran Lama dengan enam kelurahan
b. Pesanggrahan dengan lima kelurahan
c. Pasar Minggu dengan tujuh kelurahan
d. Jagakarsa dengan lima kelurahan
e. Mampang Prapatan dengan lima kelurahan
f. Pancoran dengan enam kelurahan
g. Kebayoran Baru dengan sepuluh kelurahan
h. Setiabudi dengan tujuh kelurahan
16
Jaenal Aripin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia Jakarta: Kencana, 2008, h.347.
i. Tebet dengan tujuh kelurahan
j. Cilandak dengan lima kelurahan
Kompetensi relatif ini memiliki arti yang sangat penting sehubungan dengan pengadilan mana seseorang mengajukan perkaranya dan eksepsi
tergugat. Dalam hal ini, pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
Tentang Amandemen UU Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
menyatakan “Pengadilan Agama berkedudukan di ibu kota kabupaten kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten kota”.
Dengan demikian, tiap-tiap pengadilan agama mempunyai wilayah hukum tertentu atau dikatakan mempunyai yuridiksi relatif tertentu. Dalam
hal ini meliputi kabupaten atau kota atau dalam keadaan tertentu bisa ada pengecualian, sebagaimana terdapat dalam penjelasan pada pasal tersebut.
Disamping wewenang di atas, Pengadilan Agama Jakarta Selatan juga bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas pokok Departeman Agama dalam
hal ini khususnya pada pembinaan hukum agama, hisab dan rukyat. Berkaitan dengan tugas tersebut, Pengadilan Agama Jakarta Selatan bertugas
menyelenggarakan kegiatan pengorganisasian, administrasi dan keuangan.
61
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN