Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan

4. Keseimbangan posisi tawar menawar Para pihak harus memikliki keseimbangan dalam posisi tawar menawar. Meskipun hal itu kadang sulit dijumpai, khususnya jika sengketa melibatkan multinasional dan pengusaha lokal, dimana hampir seluruh sumberdaya dikuasai oleh pengusaha multinasional. Namun demikian, perbedaan tersebut tidak seharusnya mempengaruhi posisi tawar menawar. Artinya salah satu pihak harus tidak mendikte atau bahkan mengintimidasi agar sebuah penyelesaian di setujui. 5. Prosesnya bersifat pribadi dan hasilnya rahasia Para pihak menyadari bahwa, tidak seperti penyelesaian sengketa di pengadilan,proses penyelesaian sengketa melalui APS tidak terbuka untuk umum. Demikian pula, hasil penyelesaian sengketa tidak dimaksudkan untuk diketahui oleh umum atau dipublikasikan kepada khalayak, bahkan dinilai konfidensial. Jadi, tujuan yang hendak dicapai, yang terpenting, adalah para pihak mencapai penyelesaian sengketa mereka dengan hasil yang memuaskan.

B. Selayang Pandang Pengadilan Agama Jakarta Selatan

1. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963. Pada mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta Selatan hanya terdapat tiga kantor yang dinamakan kantor cabang, yaitu: a. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara b. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Tengah c. Kantor cabang Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk 8 Semua Pengadilan Agama tersebut diatas termasuk wilayah hukum cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1967 tanggal 16 Desember 1967. Semua pengadilan agama di provinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama yang berada di daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam wilayah hukum Mahkamah Islam Tinggi cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama. Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1985 tanggal 16 Juli 1985 Pengadilan Tinggi Surakarta dipindah ke Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara otomatis wilayah hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta adalah menjadi wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. Berdasarkan Surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1985 tanggal 16 Juli 1985, Pengadilan Tinggi di Surakarta dipindahkan ke Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara 8 Yuridiksi Pengadilan Tinggi agama Jakarta, Mahkamah Agaung RI, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2006, hal. 31 otomatis wilayah hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta adalah menjadi wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. 9 Terbentuknya Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan jawaban dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur. Sebutan pada waktu itu adalah Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Kantor cabang Pengadilan Jakarta Selatan dibentuk sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang wilayahnya cukup luas. Ketika itu keadaan kantor masih dalam keadaan darurat yang menempati gedung bekas kantor Kecamatan Pasar Minggu, di suatu gang kecil yang sampai saat ini masih dikenal dengan Gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan. Ketika pimpinan kantor dipegang oleh Bapak H. Polana. Pada tahun 1976 gedung kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan menempati serambi Mesjid Syarief Hidayatullah dan sebutan kantor cabang pun dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dan pada masa itu diangkat pula hakim honorer untuk menangani perkara-perkara yang masuk diantaranya adalah Bapak H. Ichtijanto, SH. 9 Ibid., h. 31. Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif kepala kandepag Jakarta Selatan pada waktu itu yang dijabat oleh Bapak Drs. H. Muhdi Yasin. Seiring dengan perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani tugas-tugas kepaniteraan yaitu Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari, Sukandi, Saimin, Tuwon Haryanto, Fatullah AN., Hasan Mugni dan Imron. Keadaan penempatan kantor serambi mesjid tersebut bertahan sampai tahun 1979. 10 Pada bulan September 1979 kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke gedung baru di jalan Ciputat raya Pondok Pinang dengan menempati gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN Pondok Pinang. Pada saat Pengadilan Agama Jakarta Selatan dipimpin oleh Bapak H. Alimi BA pada Tahun 1979, diangkat pula hakim-hakim honorer untuk menangani perkara- perkara yang masuk. Diantaranya yaitu KH. Ya‟kub, KH. Muhdats Yusuf, Hamim Qarib, Rasyid Abdullah, Ali Imran, dan Drs. H. Noer Chazin. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada masa kepemimpinan Drs. H. Djabir Mansyur SH. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke jalan rambutan VII No.48 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta selatan dengan menempati gedung baru yang merupakan hibah dari Pemda DKI. Di gedung ini meskipun tidak memenuhi syarat untuk sebuah Kantor Pemerintahan setingkat Walikota, karena gedungnya berada di tengah-tengah perumahan penduduk dan jalan masuknya termasuk kelas jalan III C, namun 10 Ibid., h. 33. sudah lebih baik ketimbang masih di Pondok Pinang, hal ini karena pembenahan- pembenahan fisik terus dilakukan. 11 Pada bulan Maret 2010, kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah di Jl. Harsono RM No. 1 Kel. Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan hingga saat ini. Dan di sinilah lokasi yang dijadikan tempat penelitan oleh penulis. Gedung baru Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini telah memenuhi kriteria untuk sebuah Pengadilan. Berada di pinggir jalan raya dan sangat stategis. Selain itu di gedung baru ini terdapat 2 ruang mediasi. Ruang yang pertama dibagi menjadi 2 ruangan lagi, dan ruangan ke dua dibagi menjadi 3 ruangan. Jadi total ruangan mediasi yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini adalah sebanyak 5 ruangan. Bangunan Pengadilan Agama Jakarta Selatan saat ini terbilang megah dibanding dengan Pengadilan Agama lainnya. Karena Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan “perwujudan wajah baru” Pengadilan Agama di Indonesia yang sudah terealisasi dan “perwujudan wajah baru” itu akan merambat ke seluruh Pengadilan Agama di Indonesia nantinya. Selain bangunan yang megah, Pengadilan Agama Jakarta Selatanpun merupakan “Pilot Project” dalam bidang mediasi untuk Pengadilan Agama di seluruh Indonesia. Ada beberapa Pengadilan Agama di Jakarta yang di jadikan “Pilot Project” untuk Pengadilan Agama secara keseluruhan. Diantaranya Pengadilan Agama Jakarta Utara merupakan “Pilot Project” dalam bidang IT, 11 Ibid., h. 34. Pengadilan Agama Barat merupakan “Pilot Project” dalam bidang IT dan Arsip, dan Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan “Pilot Project” dalam bidang mediasi. Adapun struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan yaitu sebagai berikut: KETUA WK. KETUA HAKIM PANITERA SEKRETARIS WK. PANITERA WK. SEKRETARIS Kasubag Umum Kasubag Keuangan Kasubag Kepegawa ian Panmud Hukum Panmud Gugatan Panmud Permohon an PANITERA PENGGANTI JURUSITA JURUSITA PENGGANTI Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan saat ini adalah Drs. H. Ahsin Abdul Hamid, SH., MH., wakil ketua yaitu Drs. H. Yasardin, SH, MH, dan Pansek adalah Drs. Achmad Jufri, SH. Pada saat ini jumlah hakim yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan terdapat 17 hakim, 16 diantaranya menjadi hakim mediator dan hanya 6 hakim yang memiliki sertifikat mediator. Nama-nama hakim yang menjadi mediator yaitu: 1. Dra. Hj. Noorjannah Azis, M.H., 2. Dra. Hj. Ida Nursa‟adah, S.H., M.H., 3. Drs. Agus Yunih, S.H., M.H.I., 4. Drs. Nurhafizah, S.H., M.H., 5. Drs. Farchanah M, M.Hum., 6. Drs. Chotman Jauhari, M.H., 7. Hj. Shafwah S.H., M.H., 8. H. Muh. Kailani S.H., M.H., 9. Dra. Muhayah S.H., 10. Drs. Harum Rendeng S.H., M.H., 11. Tamah, S.H., 12. Dra. Hj. Tuti Ulwiyah M.H., 13. Drs. Muslim, S.H., M.S.I., 14. Drs. Abdurrahim M.H., 15. Drs. Sohel, 16. Drs. Muhail, S.H., Dan yang memiliki sertifikat mediator adalah Hj. Shafwah S.H., M.H.; Dra. Muhayah S.H.; Tamah, S.H.; Dra. Hj. Tuti Ulwiyah M.H.; dan Drs. H. Saefuddin Turmudzi, M.H.

2. Wewenang relatif dan wewenang absolut Pengadilan Agama Jakarta