Fungsi Pajak Sistem Self Assestment

Dari penjelasan diatas, ciri-ciri pajak yang tersimpul dalam berbagai definisi itu adalah: a. Pajak adalah peralihan kekayaan dari orangbadan ke pemerintah. b. Pajak dipungut berdasarkandengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan. c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah. d. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. e. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai investasi publik. f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah. g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

9. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu: Ilyas dan Waluyo, 2004:8. a. Fungsi Penerimaan Budgetair. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah Contohnya, dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur Reguler Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

10. Sistem Self Assestment

Sistem self assestment adalah suatu sistem yang memberikan kepercayaan sepenuhnya untuk memenuhi kewajiban perpajakannya seperti menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya. Keberhasilan sistem self assestment pada dasarnya sangat tergantung tingkat kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajaknnya Ardananto, 2003. Fiskus nantinya akan memeriksa ketaatan kewajiban perpajakan tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh Mitchelson 1996 dalam Bagiyo Ardananto 2003:67: “Self assestment means individuals are assessed on their tax liability. Under this systems self assestment tax payers are assessed before if ever the tax department examines their taxation return in detail”. Dari pengertian diatas jelaslah bahwa wajib pajak berkewajiban menyelesaikan sendiri kewajiban perpajakannya; menghitung, membayar dan melaporkan pajak terutang, sebelum fiskus memeriksa secara lengkap kebenaran laporan wajib pajak tersebut. Yang perlu ditekankan bahwa sistem self assestment bukan berarti bahwa wajib pajak bebas untuk menentukan besarnya pajak yang terutang, namun wajib pajak tetap terikat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagiyo Ardananto, 2003:67. Penerapan sistem self assestment di Indonesia dalam sistem perpajakan di Indonesia dinyatakan dalam penjelasan undang-undang No. 16 Tahun 2000 sebagai berikut Waluyo: 2000:11: a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pelayanan, pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. c. Anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terutang self assestment , sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak. Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak tersebut diatas, wajib pajak diwajibkan menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pada wajib pajak sendiri. Selain daripada itu, wajib pajak diwajibkan pula melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang- undangan perpajakan. Dengan sistem ini diharapkan pelaksanakan administrasi perpajakan yang berbelit-belit dan birokrasi rumit akan dihilangkan Bagiyo Ardananto, 2003:68.

11. Wajib Pajak

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

5 119 74

Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 59 110

Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 64 63

Ekstensifikasi Dan Intensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Medan Kota

1 27 69

Kesadaran Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

0 41 60

Pelaksanaan Kewajiban Mengisi Dan Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Koperasi Swadharma Medan

1 65 51

Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Di Provinsi Sumatera Utara

5 46 82

Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 57 56

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SPT MASA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

4 30 49

Pengaruh Kualitas Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan: Survei terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees.

0 1 20