pekerjaan tidak menjadi hambatan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya mendapat skor yang paling sedikit yaitu 246 dan 231. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa banyaknya volume pekerjaan yang diterima karyawan PPKS Marihat, Pematang Siantar menjadi hambatan dalam menyelesaikan
pekerjaan tepat pada waktunya.
C. Uji Asumsi Klasik
1 . Uji Normalitas
Grafik 4.1 Histograf Uji Normalitas Data Variabel
-4 -3
-2 -1
1 2
Regression Standardized Residual
5 10
15 20
Frequency
Mean = -7.4E-16 Std. Dev. = 0.974
N = 59
Dependent Variable: efektivitas Histogram
Pada Grafik 4.1 histograf, terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal tersebut ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak miring ke kiri atau ke kanan,
ini berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi sumber daya manusia X yang terdiri dari knowledge pengetahuan X1, skill keterampilan
X2 , attitude sikap X3 terhadap variabel efektivitas kerja karyawan Y. Misalnya dengan memiliki pelayanan yang baik terhadap rekan kerja maka
Universitas Sumatera Utara
karyawan mampu bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja dalam pekerjaan sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Kerjasama
merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam perusahaan sehingga mampu mempengaruhi kinerja tim dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien bagi perusahaan karena keberhasilan pekerjaan atau pencapaian unit kerja sangat tergantung pada semua karyawan dalam melakukan
tugas masing – masing. 2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaanperbedaan varians dari residual pengamatan yang
lain. Jika varians residual dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varian berbeda disebut heterokedastisitas.
Heterokedastisitas terjadi karena terjadi perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Heterokedastisitas terjadi jika
residual tidak memiliki varian yang konstan. Model yang paling baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Pemeriksaan terhadap gejala heterokedastisitas adalah
dengan melihat pola diagram pencar pada grafik Scatterplot. Cara pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
a Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur
maka regresi mengalami gangguan heterokedastisitas. b
Jika diagaram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.2 Diagram Pencar
-4 -3
-2 -1
1 2
Regression Studentized Residual
-2 -1
1 2
R egressi
on S
t andardi
z ed
P redi
ct ed
Value Dependent Variable: efektivitas
Scatterplot
Sumber : Hasil Perhitungan SPSS Keputusan :
Grafik 4.2 menunjukkan bahwa Diagram Pencar tidak membentuk suatu pola atau acak, dengan demikian dapat dikatakan bahwa regresi tidak mengalami
gangguan heterokastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui efektivitas kerja karyawan berdasarkan masukan
variabel kompetensi yang terdiri dari knowledge pengetahuan, skill keterampilan, attitude sikap.
Uji heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan Uji Glesjer. Cara pengambilan keputusan :
a Jika probabilitas
0,05 maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.
b Jika probabilitas
0,05 maka mengalami gangguan heterokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Uji Glesjer
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
8.565 2.650
3.232 .830
knowledge -.046
.059 -.108
-.785 .436
Skill -.164
.097 -.215
-1.686 .097
Attitude -.125
.084 -.205
-1.491 .142
a Dependent Variable: absut
Sumber : Hasil Perhitungan SPSS Keputusan :
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kolom Sig.Significance pada tabel koefisien regresi adalah 0,436; 0,097; 0,142 atau probabilitas lebih besar dari
0,05, maka tidak terjadi gangguan heterokedastisitas. Hal ini menunjukkan semua variabel independent yang terdiri dari knowledge, skill, attitude
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolute Ut absut. Misalnya kompetensi dengan indikator knowledge yang terdiri dari
pengetahuan cara pengoprasian alat, pelayanan yang baik, berfikir kreatif dan pengetahuan aturan dalam pekerjaan mempengaruhi efektivitas kerja
karyawan. Penentuan tingkat kompetensi seperti knowledge dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan dan memprediksi
karyawan-karyawan yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan tolak ukur penilaian kinerja.
3. Multikolinearitas Multikolinearitas artinya terdapat korelasi linear sempurna atau pasti di
antara dua atau lebih variabel independen. Artinya multikolinearitas menyebabkan standar deviasi masing-masing koefisien regresi akan sangat besar sehingga
Universitas Sumatera Utara
membuat bias tingkat signifikan pengaruh variabel dependen. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan menggunakan nilai Variance
Inflation Factor VIF. Batas VIF adalah 5, artinya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel
bebas yang lainnya disimpulkan terjadinya multikolinearitas.
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil perhitungan SPSS Keputusan :
Pada Tabel 4.7 variabel knowledge, skill, attitude memiliki nilai VIF 1,187, 1,009, 1,184 5 maka variabel tersebut tidak mempunyai persoalan
multikolinearitas. Tidak terkena multikolinearitas menyebabkan standar deviasi masing-masing koefisien regresi tidak membuat bias tingkat signifikan pengaruh
variabel dependen . Dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi yang terdiri dari knowledge pengetahuan, skill keterampilan, attitude sikap tidak bias
terhadap variabel efektivitas kerja. Dengan pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya,
karyawan yang mempunyai pengetahuan yang cukup akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Disamping pengetahuan dan kemampuan karyawan, hal yang perlu
Mo del
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Toleranc
e VIF
1 Constant
-.937 4.344
-.216 .830
knowledge -.010
.096 -.007 -.107
.915 .842
1.187 Skill
2.316 .159
.888 14.5
54 .000
.991 1.009
Attitude .136
.138 .065
.985 .329
.845 1.184
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan adalah sikap prilaku kerja karyawan . Apabila karyawan mempunyai sifat pendukung pencapaian tujuan organisasi maka secara otomatis segala tugas
yang dibebankan akan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. 4. Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya, model yang paling baik adalah tidak terjadi autokorelasi.
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardiz ed Residual
Test Valuea .22854
Cases Test Value 29
Cases = Test Value
30 Total Cases
59 Number of Runs
36 Z
1.447 Asymp. Sig. 2-
tailed .148
a Median
Sumber : hasil perhitungan SPSS Keputusan :
Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai test adalah 0,22854 dengan probabilitas 0,148 signifikan pada 0,05 dapat disimpulkan bahwa residual
random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda terbebas dari gangguan
autokorelasi. Dengan demikian variabel kompetensi yang terdiri dari knowledge, skill, attitude tidak merupakan variabel pengganggu variabel bebas
yaitu efektivitas kerja. Sumber daya manusia yang berbasis kompetensi dapat meningkatkan kapasitas dan membangun fondasi yang kuat sesuai tuntutan
Universitas Sumatera Utara
usaha karena apabila orang-orang bekerja dalam organisasi memiliki kompetensi yang tepat sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. Misalnya dalam
kehidupan organisasi kompetensi karyawan untuk berkomunikasi efektif cukup penting sehingga keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi dengan
baik. Dengan adanya komunikasi yang baik maka proses kegiatan suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Sebaliknya, kekurangan
atau tidak adanya komunikasi dapat membuat kemacetan di dalam suatu kegiatan organisasi. Oleh karena itu, karyawan yang ada di dalam suatu
organisasi perlu memahami dan menyempurnakan komunikasi mereka sehingga akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap efektivitas
kerjanya. Jadi, kemampuan komunikasi merupakan faktor pendukung efektivitas kerja karyawan bukan sebagai pengganggu efektivitas kerja.
D. Analisis Koefisien Determinasi