1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Analisis ini difokuskan kepada bagaimana kondisi psikologis Masako sebagai tokoh utama pada novel yang mengalami gangguan psikologis saat menjalani
penyesuaian diri di istana timur. Pemahaman terhadap gangguan psikologis ini dilakukan penulis dengan menggunakan pendekatan psikologis khususnya teori
kognisi depresi Aaron Beck sebagai acuan penelitian ke depannya. Sebelum melakukan kajian atau telaah psikologis terhadap tokoh utama dalam
novel “Princess Masako”. Penulis terlebih dahulu memaparkan beberapa bagian yang merupakan unsur penting dalam novel tersebut, yaitu : setting novel
“Princess Masako”, realitas kehidupan Masako sebagai tokoh utama, tatanan kehidupan Kekaisaran Jepang dan teori kognisi depresi Aaron Beck.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1. Tinjauan Pustaka
Salah satu unsur intrinsik yang sangat berperan dalam karya sastra fiksi adalah tokoh. Tokoh dalam sebuah karya sastra fiksi merupakan pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995 : 165, adalah orang-
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan pembaca.
Nurgiyantoro 1995 : 166, mengatakan bahwa fiksi adalah suatu bentuk karya kreatif, maka bagaimana pengarang mewujudkan dan mengembangkan toko-
tokoh cerita pun tak lepas dari kebebasan kreatifitasnya. Fiksi memiliki dan menawarkan model kehidupan seperti yang disikapi dan dialami tokoh-tokoh
cerita sesuai dengan pandangan pengarang terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh karena pengarang yang sengaja menciptakan dunia dalam fiksi, ia mempunyai
kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan seleranya, siapa pun orangnya, apa pun status sosialnya, bagaimanapun perwatakannya dan
permasalahan apapun yang dihadapinya. Singkatnya pengarang bebas untuk menampilkan dan memperlakukan tokoh siapapun dia walau hal itu berbeda
dengan dunianya sendiri di dunia nyata. Tokoh cerita dalam karya fiksi sama seperti halnya manusia dalam kehidupan
sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Aminuddin 2000 : 80, mengatakan bahwa dalam upaya memahami watak seorang tokoh, pembaca
dapat menelusurinya lewat : a.
Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya. b.
Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan hidupnya maupun cara berpakaian.
c. Menunjukkan bagaimana perilakunya.
d. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri.
e. Memahami bagaimana jalan pikirannya.
f. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya.
Universitas Sumatera Utara
g. Melihat begaimana tokoh lain berbincang dengannya.
h. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi
terhadapnya, dan i.
Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya. Setelah memahami watak tokoh dalam karya sastra fiksi, kita dapat
memahami bagaimana seorang pengarang menampilkan tokoh tersebut dalam karya sastranya.
Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis diri tokoh tersebut. Walupun psikologis bukan merupakan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra,
tapi keberadaan unsur ekstrinsik ini sangat mempengaruhi isi cerita dari karya sastra fiksi tersebut. Dalam uraian pengertian gangguan jiwa dalam
http:www.e- psikologi.comepsiklinis_detail.asp?=162
ada beberapa pendapat dari ahli psikologi. Diantaranya salah satu defenisi gangguan jiwa dikemukakan oleh
Frederick H. Kanfer dan Arnold P. Goldstein. Menurut kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah kesulitan yang dihadapi oleh seseorang karena
hubungannya dengan orang lain, kesulitan tentang persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri.
Gangguan jiwa erat hubungannya dengan tekanan-tekanan batin, konflik- konflik pribadi, dan komplek-komplek terdesak dalam diri manusia. Tekanan-
tekanan batin dan konflik-konflik pribadi itu sering sangat mengganggu ketenangan hidup seseorang dan sering kali menjadi pusat pengganggu bagi
ketenangan hidup. Di dalam novel Princess Masako karya Ben Hills dapat dilihat bahwa
kehidupan seorang Masako sebagai tokoh utama terguncang akibat penyesuaian
Universitas Sumatera Utara
berat yang ia alami pada lingkungan barunya. Harus tunduk pada semua aturan protokoler istana dan menghentikan seluruh karier yang telah dicapai adalah hal
yang sangat sulit dijalani oleh Masako. Ditambah lagi banyaknya tuntutan pihak istana yang ditujukan pada dirinya yang membuat hidup Masako berubah total
setelah menjadi putri mahkota kekaisaran Jepang. Kehidupan baru yang jauh berbeda dengan kehidupan Masako sebelum menjadi putri mahkota, membuat dia
mengalami gangguan secara psikologis dalam penyesuaian dirinya di istana timur.
1.4.2. Kerangka Teori