yang akan menjadi ahli waris tahta Kekaisaran Bunga Krisan. Setiap langkahnya akan dimonitor, setiap kata-kata yang diucapkan bagi publik disortir para pria
berbaju hitam, pejabat kunaicho, Pengurus Rumah Tangga Kekaisaran, sebuah birokrasi yang mengurus dan mengendalikan kehidupan keluarga Kekaisaran
Jepang.
Latar sosial dari kisah pada novel “Princess Masako” terjadi pada kalangan atas atau kalangan bangsawan di Jepang. Adapun interaksi sosial yang
terjadi yaitu antara anggota keluarga Kekaisaran Jepang, para pejabat kunaicho, dan pengurus rumah tangga istana. Diceritakan Masako yang bukan dari kalangan
bangsawan Jepang, kini harus masuk dan menyesuaikan diri ke dalam keluarga kekaisaran yang kaku dan merupakan dunia protokoler. Kini semua tingkah laku
dan kegiatannya sehari-hari diatur oleh para pengurus rumah tangga kekaisaran. Jauh berbeda dari kehidupannya sebelum menikah dengan Putra Mahkota
Kekaisaran Jepang.
2.2. Realitas Kehidupan Masako
Masako Owada adalah putri sulung dari Hisashi Owada, seorang diplomat senior dan juga merupakan Presiden Mahkamah Internasional. Ia memiliki
saudara kembar bernama Setsuko-san dan Reiko-san. Ketika berumur dua tahun Masako dan keluarganya tinggal di Moskow, dan disana ia menyelesaikan
pendidikan TK nya. Setelah kembali ke Jepang Masako melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah swasta bernama Denenchofu Futaba. Di sekolah
ini ia belajar di sekolah dasar sampai tahun kedua sekolah menengah. Mengikuti
Universitas Sumatera Utara
tugas sang ayah yang berpindah-pindah tugas, Masako dan keluarganya pun pindah ke Amerika Serikat ketika ayahnya Hisashi menjadi professor tamu di
Harvard University dan wakil duta besar untuk Amerika Serikat. Masako mendapat gelar Bachelor of Arts magna cum laude di bidang
ekonomi dari Harvard University dan tidak menyelesaikan tesisnya untuk gelar master pada jurusan hubungan internasional di Oxford University. Dia juga
pernah belajar di Universitas Tokyo dalam persiapan untuk ujian masuk di Kementerian Luar Negeri Jepang. Wanita cerdas ini juga fasih berbahasa Jepang,
Inggris dan Perancis, serta dikatakan standar berbicara dalam bahasa Jerman, Rusia, dan Spanyol.
Masako dipekerjakan di Departemen Luar Negeri Jepang dan menjabat sebagai Direktur Umum dan Wakil Menteri Prospektif. Selama karirnya ia
bertemu banyak pemimpin dunia, seperti Presiden AS Bill Clinton dan Presiden Rusia Boris Yeltsin. Dia juga mengambil bagian sebagai penerjemah dalam
negosiasi dengan Amerika Serikat tentang superkonduktor. Pada juni 1993 Pangeran Naruhito pun melamar Masako untuk menjadi
istrinya. Rakyat Jepang pun saat itu bahagia mendengar kabar tersebut, hingga akhirnya mereka menikah. Namun satu dekade berikutnya cerita indah itu
berubah. Pada saat menginjak umur 42 thn Masako diberitakan mengalami gangguan penyesuian. Banyak pula yang berspekulasi bahwa hal ini terjadi pada
Masako akibat dari tekanan pihak istana yang menuntutnya melahirkan seorang putra, ditambah lagi penyesuaian dirinya yang berat di istana timur.
Berikut adalah cuplikan perkataan Masako di media pada http:news.bbc.co.uk2hiasia-pacific3939179.stm
:
Universitas Sumatera Utara
“ At times I experience hardship in trying to find the proper point of balance between traditional things and my own personality” Princess Masako, 1996.
“ Pada saat ini saya mengalami kesulitan dalam mencoba untuk menemukan titik keseimbanagan yang tepat antara hal-hal tradisional dan kepribadian
saya sendiri ” Putri Masako, 1996.
Butuh waktu lima tahun bagi Masako untuk dapat mengandung, meskipun akhirnya ia dikabarkan mengalami keguguran. Dan setelah menjalani perawatan
kesuburan, Masako pun melahirkan seorang putri yang dinamai Aiko. Tapi kelahiran Aiko tidak cukup bagi pihak istana karena kerajaan masih
membutuhkan keturunan laki-laki sebagai pewaris tahta kerajaan. Kepala badan imperial, Toshio Yuasa, meminta Naruhito dan Masako agar kembali memiliki
anak. Terlepas dari semua tuntutan yang ditujukan terhadap Masako, dikabarkan
juga Masako memiliki hubungan buruk dengan mertuanya. Meskipun Masako memiliki latar belakang yang sama dengan Ratu Michiko. Ratu pun yang
memiliki latar belakang sebagai rakyat biasa dikabarkan mengalami mengalami depresi pada tahun 1960-an.
Di depan publik, Masako tersenyum berjalan beberapa langkah di belakang suaminya dan bertemu dengan beberapa pejabat di sebuah acara. Namun
ia tetap ditemani oleh seorang perawat. Pengurus rumah tangga istana mengatakan keterlibatan Masako menghadiri acara tersebut, bukan berarti putri akan
melaksanakan tugasnya secara aktif. Segalanya akan tergantung pada kondisi sang putri. Masako telah meninggalkan karir diplomatiknya ketika ia setuju menikah
dengan Naruhito. Mereka kini memiliki seorang anak yaitu Putri Aiko, akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
di bawah hukum ahli waris kekaisaran hanya laki-laki yang diizinkan naik Tahta Krisan. Krisis suksesi adalah hal yang paling serius di Jepang pada abad ini, dan
telah memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan perubahan hukum suksesi laki-laki saja. Akan tetapi krisis ini berakhir saat Pangeran Akishino adik dari
Pangeran Naruhito telah dikaruniai seorang putra yang merupakan anak ketiga dari perkawinan Pangeran Akishino.
2.3. Tatanan Kehidupan Kekaisaran Jepang