Ringkasan Cerita Analisis Psikologis Tokoh Utama Masako Dalam Novel “Princess Masako” Karya Benn Hils.

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH MASAKO

3.1. Ringkasan Cerita

Novel Princess Masako mengisahkan tentang seorang gadis Jepang yang bernama Masako. Lahir pada 9 Desember 1963 dari keluarga yang sangat menjungjung tinggi pendidikan. Memiliki ayah yang sangat ambisius yaitu : Hisashi Owada dan ibunya seorang gadis rupawan yang bernama Yumiko Egashira, wanita kalangan atas yang merupakan anak Direktur Industrial Bank of Japan seorang bankir kaya di Jepang. Masako memiliki dua saudara kembar dan dia adalah anak tertua. Wanita yang fasih berbahasa Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Spanyol ini adalah wanita yang sangat pintar. Hal ini terbukti ketika ia mendapat predikat magna cum laude dari Harvard University salah satu universitas terbaik di dunia. Bekerja sebagai diplomat muda dan mempunyai karier besar di kementrian luar negri di Jepang. Di sisi lain terjadi keresahan di kerajaan jepang yang dikuasai oleh Kaisar Akihito dan sang Ratu Michiko yang memiliki tiga orang anak yaitu Pangeran Naruhito, pangeran Akishino dan Putri Sayako. Pangeran Naruhito yang merupakan anak tertua yang akan menggantikan kaisar belum juga mendapat pasangan hidup yang cocok padahal saat itu pangeran sudah berumur. Mengingat para kaisar sebelumnya menikah pada usia muda, maka pihak istana pun mulai khawatir dan mendesak Naruhito supaya cepat menikah. Universitas Sumatera Utara Berbagai cara digunakan para petugas istana dengan mencarikan jodoh untuk Naruhito yang tentu saja bukan dari kalangan biasa. Akan tetapi sebagian besar dari mereka wanita dari kalangan bangsawan menolak, karena dalam anggapan mereka itu sama saja meninggalkan semua karier dan kebebasan yang telah mereka peroleh. Sampai pada akhirnya para gadis keturunan bangsawan Jepang diundang makan malam ke istana agar pangeran Naruhito dapat memilih wanita yang disukainya. Pada saat itu seorang professor dari Harvard yang mengenal Masako dengan baik mencalonkan nama Masako agar ikut diundang. Meskipun menimbulkan sedikit protes dari para pejabat istana mengingat Masako bukan keturunan bangsawan, tetapi akhirnya namanya juga ikut ditulis pada daftar undangan meskipun pada bagian yang terakhir. Para undangan pun telah hadir di istana dan Pangeran Naruhito pun keluar dengan senyuman di wajahnya. Ia berjalan dari satu meja ke meja lain tapi tampaknya belum menemukan wanita yang cocok. Sampai pada akhirnya Naruhito berhenti di depan meja tempat Masako duduk dan melihat senyuman dari seorang wanita yang cantik dan anggun. Naruhito pun berkenalan dengan Masako dan tampaknya pangeran begitu mengaguminya. Perkenalan pun terus berlanjut sampai sang Pangeran mengajaknya untuk kembali bertemu di lain kesempatan. Sejak saat perkenalan Masako dengan pangeran, masako terus diburu oleh para wartawan dan semua cerita dan seluk beluk hidupnya diekspos ke media. Hal ini membuat Masako sangat tidak nyaman. Naruhito yang saat itu sepertinya sudah jatuh cinta kepada Masako terus menghubungi dan mengajak Masako bertemu kembali dengannya. Para pegawai istana pun mengatur jadwal dan tempat Naruhito bertemu dengan Masako. Di Universitas Sumatera Utara kediaman resmi Naruhitolah mereka dapat bertemu kembali secara pribadi. Mereka bercerita tentang banyak hal termasuk saat indah Naruhito di universitas Oxford. Setelah pertemuan pertama secara pribadi beberapa bulan kemudian mereka bertemu kembali dan Naruhito benar-benar menunjukkan kekagumannya kepada Masako. Meskipun Masako tidak memenuhi kriteria untuk menjadi pendampingnya. Beberapa waktu kemudian setelah perkenalan Masako dan Naruhito, Masako dinyatakan lulus di Oxford University pada jurusan hubungan internasional untuk gelar masternya. Hubungan dengan Naruhito pun kembali menjauh. Saat Masako melanjutkan pendidikannya di Oxford, Naruhito pun terus didesak untuk menikah. Tetapi sepertinya Sang pangeran sudah jatuh cinta kepada Masako dan hanya mau menikah dengan gadis cerdas itu. Hingga pada suatu waktu Naruhito pun menyatakan kekagumannya kepada Masako dan memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya. Masako pun meminta waktu untuk memikirkannya dan mulai berpikir keras karena jika ia menerima pinangan Naruhito, semua karier yang sudah ia capai harus ditinggalkan dan mengabdi kepada suaminya. Pada pertemuan berikutnya Masako pun menyatakan bahwa dia belum sanggup untuk memutuskan pinangan Naruhito. Yang merupakan kata halus untuk menolak sang pangeran. Akan tetapi pangeran terus bersikeras untuk menjadikan Masako menjadi pendampingnya. Sampai pada suatu saat Ratu Michiko sendirilah yang meminta Masako untuk menerima pinangan Naruhito. Dengan berjanji kepada keluarga Owada akan melindungi Masako. Pangeran Naruhito pun berjanji kepada Masako bahwa jika Universitas Sumatera Utara ia mau menjadi pendamping pangeran, Ia akan menjadikan masako sebagai diplomat kerajaan dan menemani naruhito pada setiap perjalanannya ke luar negri. Dan pada akhirnya setelah mengalami penolakan selama lebih dari tujuh tahun, Naruhito berhasil membujuk perempuan yang dicintainya untuk mengikat simpul itu. Masako Owada pun mengalah pada tekanan meskipun tidak begitu antusias. “jika aku memang dapat mendukungmu, dengan rendah hati akan kuterima,” adalah cara yang aneh ketika akhirnya ia menerima tawaran sang pangeran. Pernikahan pun berlangsung. Perayaan pernikahan pun diadakan selama tiga hari berturut-turut, melibatkan lebih dari selusin tamu berbeda dimana kira-kira 2700 orang telah diundang. Setelah menikah Masako pun kini telah menjadi anggota keluarga istana yang berarti harus meninggalkan semua identitas dan karir serta menjalankan semua aturan rumah tangga istana. Kehidupan Masako pun benar-benar berubah, Ia tidak diizinkan lagi sering berkunjung ke rumah orang tuanya, semua harus terlebih dahulu direncanakan oleh pengatur rumah tangga istana. Setiap kali Masako ingin pakaian baru, memotong rambut, menyetir, ingin bertemu teman atau berlibur, para pejabat istana harus memberi izin terlebih dahulu. Bahkan untuk mengunjungi Disneyland saja memerlukan 1000 orang petugas keamanan. Semua harus dilaksanakan menurut protokoler. Hal ini merupakan penyesuain yang berat bagi Masako. Tekanan berat lainnya yang dialami Masako adalah karena setelah menikah Masako belum juga mengandung seorang bayi. Padahal kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga mereka sangat diharapkan untuk meneruskan keturunan kaisar. Mengingat pada saat itu pangeran Akishino dan putri kiko sudah memiliki Universitas Sumatera Utara dua putri dan tidak memperoleh putra untuk meneruskan keturunan kaisar. Dengan demikian jika Naruhito dan Masako tidak juga memiliki seorang anak, kekaisaran Jepang akan berakhir. Beban yang begitu berat ditambah lagi mereka menikah di usia yang tidak produktif lagi. Enam tahun setelah perkawinannya berlangsung, kabar yang dinanti-nanti pun tiba. Masako diberitakan tengah mengandung seorang bayi. Akan tetapi kabar gembira ini tidak berlangsung lama, karena pada Januari tahun 2000 Masako mengalami keguguran dan harus kehilangan bayinya. Kini usia Masako mendekati 40 tahun, akan tetapi belum juga memperoleh sang ahli waris. Sampai akhirnya Masako dianjurkan untuk menjalani IVF in vitro fertilization atau yang biasa disebut bayi tabung. Proses ini pun membuahkan hasil, Masako pun mengandung dan rakyat Jepang pun begitu antusias mendengar kabar baik ini. Waktu pun berlalu, sampai akhirnya Masako melahirkan seorang bayi perempuan. Hal ini tidak membuat Masako bebas dari tekanan. Karena bayi yang dilahirkannya adalah perempuan. Perdebatan pun muncul, akankah kekaisaran Jepang dipimpin oleh seorang kaisar wanita? Atau akan benar-benar berakhir? . hal ini membuat timbul tuntutan baru terhadap Masako, dimana dia dianjurkan kembali oleh para pejabat istana supaya kembali menjalani perawatan IVF agar memperoleh seorang putra. Masako mengalami gangguan secara psikologis, sehingga ia lama tidak muncul di muka publik. Masako harus menjalani pengobatan berminggu-minggu di rumah sakit dan juga dikirim ke rumah orangtunya untuk menjalani pemulihan. Tugas yang benar-benar membuat Masako harus kehilangan hidupnya yang dahulu penuh warna. Universitas Sumatera Utara Selepas kabar mengenai Masako, ternyata kabar gembira pun datang dari Pangeran Akishino dan Putri Kiko. Akhirnya pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang kelak menjadi kaisar penerus dari Naruhito. Lepaslah sudah beban yang dipikul oleh Naruhito dan Masako, akan tetapi bukan juga akhir yang gembira bagi Masako. Banyak pihak yang terus mengecamnya dan berpendapat seharusnya Naruhito menceraikannya karena Masako tidak pantas menjadi seorang ratu nantinya. Pernyataan ini dilatarbelakangi karena ia tidak bisa memberi penerus bagi kaisar. Masako begitu terpuruk dan jatuh sakit. Akan tetapi sang pangeran tetap membela dan tidak menceraikan wanita yang benar-benar dicintainya hingga saat ini. 3.2. Analisis Psikologis Tokoh Masako 3.2.1. Kehidupan Masako di Istana Kekaisaran Jepang