Tatanan Kehidupan Kekaisaran Jepang

di bawah hukum ahli waris kekaisaran hanya laki-laki yang diizinkan naik Tahta Krisan. Krisis suksesi adalah hal yang paling serius di Jepang pada abad ini, dan telah memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan perubahan hukum suksesi laki-laki saja. Akan tetapi krisis ini berakhir saat Pangeran Akishino adik dari Pangeran Naruhito telah dikaruniai seorang putra yang merupakan anak ketiga dari perkawinan Pangeran Akishino.

2.3. Tatanan Kehidupan Kekaisaran Jepang

Kaisar Jepang, menurut konstitusi Jepang merupakan “simbol negara dan kesatuan rakyat” dengan fungsi sebagai kepala negara. Kaisar disebut “Tenno” dalam Bahasa Jepang yang secara harafiah berarti “kedaulatan surgawi”. Kaisar adalah kepala keluarga Kekaisaran Jepang. Kaisar juga merupakan otoritas tertinggi dalam Agama Shinto. Tahun 1947 konstitusi Jepang tidak menggunakan istilah kepala negara tetapi mengacu kepada kaisar sebagai “simbol negara dan kesatuan rakyat”. Hal ini menetapkan kaisar sebagai tokoh seremonial di bawah bentuk monarki konstitusional. Dalam peran ganda sebagai kepala agama dan kepala negara. Rumah Kekaisaran Jepang adalah monarki turun-temurun yang tertua di dunia. Dalam Nihon Shoki, sebuah buku sejarah Jepang, dikatakan bahwa Kekaisaran Jepang didirikan pada 660 SM oleh Kaisar Jimmu. Kaisar saat ini adalah Kaisar Akihito, yang telah berada di Tahta Krisan sejak ayahnya Kaisar Showa Hirohito meninggal pada tahun 1989. Tugas kaisar “dalam urusan negara” bukan pemerintahan ditetapkan pada pasal 7 dari konstitusi adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Berlakunya amandemen konstitusi, hukum, perintah kabinet dan perjanjian. 2. Pemanggilan Diet. 3. Pembubaran DPR. 4. Proklamasi pemilihan umum anggota Diet. 5. Pengesahan dari pengangkatan dan pemberhentian Menteri Negara dan pejabat lain sebagaimana ditentukan oleh hukum, dan kekuatan penuh serta kepercayaan dari Duta Besar dan Menteri. 6. Pengesahan dari amnesti umum dan khusus, pergantian hukuman, penangguhan hukuman, dan pemulihan hak. 7. Pemberian penghargaan. 8. Pengesahan dari instrument ratifikasi dan dokumen diplomatik lainnya sebagaimana diatur oleh hukum. 9. Menerima duta besar asing dan menteri. 10. Kinerja fungsi seremonial. Dinasti kekaisaran Jepang menganut poligami, sebuah praktik yang berakhir pada periode Tasho 1912-1926. Selain permaisuri, kaisar diperbolehkan mengambil “selir” dari berbagai derajat hirarkis. Dari perlakuan poligami tersebut para anggota kekaisaran dapat memperoleh lebih banyak keturunan, dan diakui sebagai pewaris tahta kekaisaran. Dari delapan Tenno yang berjenis kelamin perempuan, beberapa dari mereka tidak menikah atau melahirkan setelah naik tahta, dan yang lainnya telah menghasilkan anak sebelum pemerintahan mereka. Universitas Sumatera Utara Secara historis, suksesi Tahta Krisan Jepang selalu diturunkan ke garis keturunan laki-laki dari keturunan kakaisaran walaupun ada juga beberapa diturunkan kepada anak perempuan. Begitu juga sekarang, suksesi sekarang diatur oleh undang-undang yang disahkan oleh Diet Jepang. Hukum saat ini mengecualikan perempuan dari suksesi. Setelah kelahiran Putri Aiko, anak dari Naruhito, ada debat publik tentang amandemen Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran saat ini untuk memungkinkan perempuan naik tahta. Pada Januari 2005 Perdana Menteri Juichiro Koizumi menunjuk panel khusus yang terdiri dari hakim, dosen, dan pegawai negeri sipil untuk mempelajari perubahan Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran dan membuat rekomendasi kepada pemerintah. Pada 20 Januari 2006, Perdana Menteri Junichiro Koizumi berjanji untuk menyerahkan RUU yang memungkinkan perempuan untuk naik tahta agar suksesi tetap stabil. Namun tak lama setelah pengumuman bahwa Putri Kiko hamil anak ketiga, rencana tersebut ditangguhkan Koizumi. Pangeran Hisahito, putra dari Pangeran Akishino adalah kaisar yang akan naik tahta setelah Pangeran Naruhito.

2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck