Motivasi berobat pada penderita kanker serviks

emosi yang dirasakan selama mengerjakan tugas. Metode ini sangat bergantung pada verbalisasi yang dilakukan oleh responden. e. Dialog Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih, dimana percakapan tersebut dicatat dan dianalisis untuk mengetahui pernyataan-pernyataan motivasi yang terdapat dalam percakapan.

2.1.7 Motivasi berobat pada penderita kanker serviks

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari penjabaran tentang motivasi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan individu untuk bertingkahlaku guna mencapai pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Jadi bisa dikatakan bahwa motivasi terjadi apabila individu mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Sedangkan menurut penulis berobat sendiri dapat diartikan sebagai pengaturan dalam diri individu untuk melawan penyakitnya atau ketidakseimbangan. Atau dapat juga dikatakan sebagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam rangka mencapai status seimbang bagi tubuhnya. Ketidakseimbangan yang terjadi pada penderita kanker serviks adalah menderita suatu penyakit yang tentunya berdampak bagi kondisi fisik maupun psikisnya. Beberapa penderita kanker serviks mencoba mengubah kondisi ketidakseimbangan tersebut dengan memunculkan suatu dorongan yang ada dalam diri mereka. Salah satunya adalah dorongan untuk berobat. Diharapkan dengan adanya dorongan untuk berobat membuat penderita kanker serviks lebih baik dari keadaan sebelumnya dan mempertahankan hidupnya. Dorongan- dorongan tersebut bisa berasal dari dukungan yang dirasakan penderita saat melakukan pengobatan. Dorongan untuk berobat ini sangat penting bagi aspek psikologis penderita yang tentunya akan berpengaruh bagi kondisi fisik penderita. Dorongan-dorongan tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri internal maupun luar diri eksternal para penderita. Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah motivasi untuk berobat dalam kaitannya dengan dukungan sosial dan religiusitas pada penderita kanker serviks. Motivasi untuk berobat adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku individu agar bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu guna mempertahankan hidupnya. Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi untuk berobat umumnya dapat dilihat dari keseriusannya untuk melakukan pengobatan dan mencari informasi sebanyak mungkin mengenai penyakitnya. Motivasi atau semangat hidup merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang yang sedang menderita penyakit kanker serviks sehingga mengharuskannya melakukan berbagai pengobatan. Motivasi sendiri sebagai bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki, dengan kata lain motivasi merupakan penyemangat yang timbul dari dirinya sendiri ataupun dengan bantuan pihak lain sebagai motivator bagi dirinya sendiri. Motivasi intrinsik mengarah pada kepuasan dalam melakukan suatu kegiatan. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan seseorang merasa tidak terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang muncul murni berasal dari dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker serviks yang memiliki motivasi intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena memang penderita ingin melakukannya, bukan karena stimulus eksternal misalnya diberikan suatu penghargaan pada dirinya mendapat pujian dari keluarga karena telah mau mengikuti terapi, tetapi menurut hemat penulis selain mengarah kepada kepuasan penderita dalam melakukan suatu aktivitas ataupun tindakan religiusitaspun termasuk didalam intrinsik setiap manusia karena religiusitas merupakan pemahaman setiap individu terhadap agamanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus dari luar. Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan serangkaian pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai contohnya karena dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah komunitas kanker yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya dan juga memiliki teman senasib dengannya. Woolfolk 2004 menyebutkan bahwa motivasi ekstrinsik di dorong oleh stimulus eksternal yaitu dukungan sosial keluarga, dokter maupun perawat, Siswanto dkk 1999 pun dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi adalah dukungan sosial karena dengan adanya dukungan sosial penderita akan merasakan kebersamaan dengan orang- orang disekitarnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Petra Symister dkk 2002 bahwa dukungan sosial juga dapat meningkatkan optimisme dan menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Untuk membuktikan pentingnya peran dukungan sosial terhadap motivasi maka penulis akan membahas mengenai dukungan sosial secara lebih rinci dibawah ini.

2.2 Dukungan Sosial