yang diperoleh dari ABC untuk membuat perbaikan dalam suatu perusahaan. ABM menarik ABC sebagai sumber utama, informasinya
berfokus pada efisiensi, efektifitas, proses, dan aktivitas bisnis utama. Manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan,
operasi, mengurangi biaya, atau meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan menggunakan ABM. Serta ABM dapat memperbaiki fokus
manajemen atas faktor-faktor kunci keberhasilan critical success factors-CSF dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai
pelanggan, produk, dan aktivitas Blocher, 2006:239. Berdasarkan keenam jenis metode dalam akuntansi biaya di atas dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan akuntansi biaya itu pada dasarnya sama yaitu menganalisis berbagai unsur biaya, serta melakukan
perencanaan dan pengendalian terhadap kualitas produk guna mencapai keunggulan kompetitif.
B. Pengertian Traditional Costing Method
Semua perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur maupun jasa memerlukan suatu sistem akuntansi biaya yang tepat dan sesuai dengan
kondisi perusahaan. Sistem tersebut dirancang untuk memberikan informasi biaya kepada manajemen yang berguna bagi pembuatan perencanaan,
keputusan, dan pengendalian biaya serta perhitungan biaya produksi. Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela 2009:23 adalah di
mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk. Sistem biaya tradisional mengasumsikan produk-produk dan volume produksi yang
terkait merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain sistem biaya tradisional membuat produk individual menjadi fokus dari sistem biaya.
Sistem akuntansi biaya tradisional mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan
ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin. Sedangkan pengalokasian biaya overhead pabrik ke produk, dilakukan sistem
pembebanan dua tahap. Dengan sistem pembebanan biaya yang selama ini dilakukan pada akuntansi biaya tradisional menimbulkan adanya distorsi
biaya, ini terlihat pada penggunaan unit related, padahal pada kenyataannya ada aktivitas yang dikendalikan oleh batch related dan products sustaining
related. Penyebab distrorsi lainnya adalah adanya perbedaan rasio konsumsi atau jasa yang diberikan oleh departemen jasa untuk setiap macam produk
yang dihasilkan. Akibatnya akan timbul produk-produk yang pengalokasian biaya overheadnya undercosted atau overcosted. Distorsi semacam ini dapat
dihilangkan dengan mendesain ulang sistem biaya menggunakan pemicu biaya aktual untuk masing-masing aktivitas, sehingga dapat menentukan biaya
dengan tepat ke produk. Inilah logika yang mendasari perubahan pengembangan dari metode tradisional ke metode activity based costing.
Menurut Carter and Usry 2006:109 sistem perhitungan harga pokok dalam sistem akuntansi biaya tradisional dibagi menjadi dua yaitu, sistem
perhitungan berdasarkan pesanan job order cost system sistem perhitungan berdasarkan proses process cost system.
1. Sistem perhitungan berdasarkan pesanan Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya ditelusuri dan
dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk menghasilkan
harga rata-rata per unit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan juga digunakan secara luas dalam perusahaan jasa seperti rumah sakit,
kantor konsultan hukum, studio film, kantor akuntan, agen iklan, toko reparasi. Menggunakan sistem pengumpulan biaya dengan perhitungan
biaya berdasarkan pesanan untuk keperluan akuntansi dan tagihan. 2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan untuk industri yang memproduksi produk yang homogen secara terus-menerus
seperti batu bata, keping jagung corn flake, atau kertas. Persamaan antara perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan
biaya berdasarkan proses menurut Garrison and Noreen 2006:204 adalah sebagai berikut:
1. Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama, yaitu membebankan
biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke produk dan memberikan mekanisme perhitungan biaya per unit.
2. Kedua sistem menggunakan manufaktur yang sama termasuk overhead
pabrik, bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi.
3. Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk
kedua sistem itu. Adapun perbedaan antara perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan
perhitungan biaya berdasarkan proses menurut Garisson and Noreen 2006:205 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Perhitungan biaya berdasarkan
pesanan Perhitungan biaya berdasarkan
proses 1.
Pekerjaan yang berbeda dikerjakan pada periode yang berbeda, dan
memiliki pesanan produksi yang berbeda pula.
2. Biaya dihitung secara individual
untuk masing-masing pekerjaan. 3.
Kartu biaya merupakan dokumen pengendali biaya berdasarkan
pekerjaan. 4.
Biaya per unit dihitung berdasarkan pekerjaan.
1.Seluruh unit produk identik dan diproduksi secara kontinyu.
2.Biaya dihitung per departemen. 3.Laporan departemen produksi
merupakan dokumen penting yang menunjukkan akumulasi
biaya per departemen.
4.Biaya per unit dihitung per departemen.
Sumber: Garrison dan Noreen, 2006:205 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
biaya tradisional adalah pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara
tertentu serta penafsiran-penafsiran terhadapnya atas nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Dalam perhitungan sistem tradisional
memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya
overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang
diproduksi. Akibatnya, sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan yang terdistorsi.
Sistem akuntansi biaya tradisional merupakan struktur dasar di dalam sistem akuntansi biaya yang menunjukkan kebutuhan untuk menentukan biaya
per unit produk pada sebuah laporan eksternal yang syarat-syaratnya diterapkan oleh perusahaan atau peraturan pajak pemerintah. Semua biaya
yang dikonsumsikan oleh produk sangat berhubungan di dalam menentukan laporan keuangan sebagai dasar penetapan pendapatan perusahaan. Penekanan
biaya pada masing-masing produk dalam sistem tradisional ini didasarkan pada ukuran jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin, jumlah unit produk
yang diproduksi dan pengukuran yang berhubungan dengan unit produksi. Sistem perhitungan tradisional memfokuskan pengendaliannya terhadap
biaya dengan cara menghubung biaya dengan manajer yang memnpunyai wewenang atas terjadinya biaya. Pada kenyataanya sekarang banyak biaya
overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang diproduksi akibatnya sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan biaya
yang terdistorsi. Alokasi
biaya overhead dapat dilakukan dengan memilih basis alokasi
yang umumnya digunakan untuk perusahaan manufaktur maupun jasa. Basis alokasi allocation base adalah suatu ukuran seperti jam tenaga kerja
langsung atau jam mesin yang digunakan untuk membebankan biaya overhead ke produk atau jasa. Basis alokasi yang umumnya digunakan adalah
jam kerja langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Selain itu jam mesin
ataupun unit produk untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk biasanya juga dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya
overhead. Menurut Mulyadi 2005:200, ada beberapa dasar yang digunakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik, yaitu unit produksi; biaya bahan langsung; biaya pekerja langsung; jam kerja langsung; dan jam pemakaian
mesin. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Unit Produksi
Tarif overhead pabrik berdasarkan unit produksi dihitung sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik
= Overhead pabrik per unit
Estimasi unit
produksi 2.
Biaya Bahan Langsung Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya bahan langsung dihitung sebagai
berikut: Estimasi
overhead pabrik = Persentase dari overhead per biaya
Estimasi biaya bahan langsung bahan langsung
3. Biaya pekerja langsung
Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya pekerja langsung dihitung sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik
= Persentase biaya pekerja langsung Estimasi biaya pekerja langsung
4. Jam kerja langsung
Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya jam kerja langsung dihitung sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik
= Tarif per jam langsung Estimasi jam kerja langsung
5. Jam pemakaian mesin
Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya jam pemakaian mesin dihitung sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik
= Tarif per jam pemakaian mesin Estimasi jam pemakaian mesin
Apabila dianalsisa dari konsep yang dijelaskan oleh Mulyadi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa overhead pabrik harus dimasukkan bersama-sama
dengan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung karena overhead juga termasuk biaya produk.
C. Kelebihan dan Kelemahan Traditional Costing Method