Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free Trade Area AFTA sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain: 1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi. 2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia. 3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia. Berbagai kecenderungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negara-negara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui serangkaian negosiasi dan perdebatan yang panjang, pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN AFTA dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antar mereka secara bertahap hingga tahun 2008 yang diletakkan dalam skema Common Effective Preferential Tariff CEPT. Inti dari CEPT dalam persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini membawa implikasi bagi Indonesia berupa perubahan harga relatif produk- produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara ASEAN di samping akan menjadi insentif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam hal ini profil perdagangan dan investasi Indonesia, dengan perbandingan profil negara-negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh mana AFTA akan membawa dampak positif bagi Indonesia. Pertama dan yang paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan Dodik Ariyanto, 2010:3. Sebagai konsekuensi logis sistem perdagangan bebas, Indonesia sudah barang tentu akan dihadapkan pada negara-negara partner ekonomi di dalam organisasi AFTA yang menjanjikan berbagai peluang keuntungan. Namun pada saat yang sama, Indonesia juga akan mempunyai pesaing-pesaing baru karena prinsip perdagangan bebas yang menjadi landasan AFTA akan mendorong tiap-tiap anggota untuk memperbesar keunggulan komparatif masing-masing, di mana pada akhirnya hanya negara yang punya keunggulan komparatif terbesarlah yang cenderung meraih keuntungan optimal. Keadaan persaingan global dewasa ini pada akhirnya menuntut para pengusaha agar lebih efisien dan efektif dalam kegiatan operasionalnya sehari- hari, di mana pasar menginginkan produk barang atau jasa dengan harga yang murah dan berkualitas baik. Tinggi atau rendahnya harga suatu produk tentu akan berpengaruh terhadap posisi produk di pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menentukan harga suatu produk dapat diperoleh dari informasi keuangan atau produksi yang baik tidak terdistorsi. Dalam menentukan biaya ada beberapa metode yang digunakan antara lain sistem tradisional dan sistem Activity Based Costing ABC. Sistem tradisional memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas terjadinya biaya. Pada kenyataanya sekarang ini banyak biaya overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang diproduksi akibatnya sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan biaya yang terdistorsi. Memakai cara pendekatan sistem biaya tradisional, harga pokok produksi suatu produk dapat menjadi lebih tinggi atau terlalu rendah karena semua biaya yang terjadi dialokasikan berdasarkan volume. Informasi harga pokok tersebut dapat menyesatkan manajemen dalam menentukan harga jual yang dapat diterima pasar dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka terdapat suatu pendekatan yang mengatasi kekurangan- kekurangan dari sistem biaya tradisional yaitu sistem biaya berdasarkan aktivitas. Activity Based Costing ABC mengalokasikan seluruh biaya yang terjadi dalam proses produksi berdasarkan aktivitas sehingga informasi tersebut dapat lebih tepat dalam penentuan harga jualnya. Sistem ABC dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan Blocher, 2006:225-226. Dalam lingkungan yang memiliki keanekaragaman produk, sistem ABC menjanjikan keakuratan yang lebih baik, dan keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar Hansen Mowen, 2006:153. Tabel 1.1 di bawah ini adalah fenomena yang menggambarkan tentang beberapa perusahaan yang menerapkan sistem activity based costing. Tabel 1.1 Fenomena yang Menggambarkan Tentang Beberapa Perusahaan yang Menerapkan Sistem Activity Based Costing Nama Perusahaan Penerapan Activity Based Costing ABC Sumber Euclid Engineering • Sebagai hasil dari penelitian ABC, manajer Euclid menemukan bahwa perusahaan membelanjakan lebih banyak uang untuk memperkenalkan produk baru dibanding untuk beban tenaga kerja langsung dalam memproduksi barang Robert.S Kaplan dan Robin Cooper,Cost and Effect:Using Integrated Cost Systems to Drive Profitability and Performance Boston:Harvard Business School Press,1998,hal.219- 222. Bersambung ke halaman berikutnya Tabel 1.1 Lanjutan Nama Perusahaan Penerapan Activity Based Costing ABC Sumber • Penelitian ABC juga membantu Euclid dalam hubungannya dengan pelanggan. Perincian biaya dari biaya untuk merancang dan merekayasa aktivitas membantu pelanggan dalam menentukan pilihan. Diamond Transportation Group,Inc. Lokasi: Philadelphia • Analisis ABC tentang overhead perusahaan mengindikasikan bahwa terjadi distorsi biaya. Biaya rata-rata dari pengiriman sepeda lebih kecil 4.64 dari yang seharusnya. • Setelah menggunakan ABC dalam analisis biaya, kini perusahaan mampu menciptakan solusi-solusi inovatif sesuai dengan tujuan pelanggan da lebih menghasilkan laba, dengan praktik bisnis yang lebih baik di tiap harinya. Susan Greco,”Are We Making Money Yet?” INC.Juli 1996,hal.52-61, dan Cheryl A.Hodolitz,Diamond Transportastion Group,private communication. Hospice Of Central Kentucky HCK • Manajemen melakukan negosiasi untuk rencana kenaikan pembayaran dan menggunakan sistem ABC untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang biayanya. • Sistem ABC kemudian digunakan untuk memperkirakan biaya rata - rata per hari rawat inap pasien dalam tingkatan penyakit yang berbeda. Sidney J.Baxendale dan Victoria Dornbusch,”Activity Based Costing For A Hospice,”Strategic Finance,Maret 2000,hal 65- 70. Sumber: Diolah dari berbagai sumber Activity Based Costing ABC digunakan baik itu untuk industri jasa maupun industri manufaktur. Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah rumah sakit. Perlu kita ketahui bahwa rumah sakit sebagai organisasi yang berhubungan langsung dengan masyarakat memerlukan sebuah sistem yang tepat dan akurat dalam menetapkan biaya pengobatan bagi masyarakat yang sedang terganggu kesehatannya. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh manusia, karena kesehatan inti dalam kehidupan. Kesehatan harus mendapatkan perhatian yang serius karena kesehatan itu mahal harganya. Jika kesehatan menjadi masalah bagi masyarakat itu akan menurun dan akan berdampak pada produktivitasnya. Oleh karena itu, kesehatan harus dijaga agar segala aktivitas dalam kehidupan dapat diselesaikan sebaik-baiknya. Dalam pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terus berkembang telah meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan. Hal ini ditambah dengan makin beragamnya jenis penyakit yang muncul di masyarakat. Penelitian mengenai peranan dan kendala penerapan activity based costing ABC dalam industri jasa pernah dilakukan oleh Aristanti Widyaningsih 2009. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ABC mampu menciptakan keanekaragaman dari konsumsi sumber daya dan menunjukkan bahwa sistem ABC sangat berguna untuk diterapkan pada perusahaan jasa. Penelitian mengenai penerapan ABC dilakukan oleh Charoline Cheisviyanny 2007. Hasil penelitian menunjukkan ABC juga dapat digunakan untuk menganalisa profitabilitas pelanggan. Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Nunik L 2007, meneliti ABC sebagai metode untuk mengatasi kekurangan sistem biaya tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa ABC membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat. Analisis penerapan ABC dalam produksi program acara televisi pernah dilakukan oleh Silky Ionian 2008 dan hasilnya menunjukan bahwa metode biaya berdasarkan aktivitas memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya internal dalam kaitannya dengan proses produksi. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada: 1. Penambahan variabel Pada penelitian ini peneliti menambahkan traditional costing method dalam perhitungan biaya. 2. Perbedaan industri yang diteliti Jenis industri yang dipilih dalam penelitian ini adalah industri jasa, yaitu Rumah Sakit Prikasih yang berada di Jalan Fatmawati No.74 Jakarta Selatan, dikarenakan tempatnya yang strategis dekat dengan pusat aktivitas di antaranya yaitu Pasar Pondok Labu, Sekolah SMPN 85 dan SMAN 34 Jakarta serta dekat dengan Perumahan Komplek Angkatan Laut. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Prikasih di antaranya seperti kegiatan rawat jalan, pelayanan rawat inap, rawat gawat darurat, poliklinik spesialis, kamar bedah dan kamar operasi, ICU, laboratorium, radiologi, instalansi, farmasi, fisioterapi yang mencakup pelayanan penunjang medik. Industri jasa dan industri manufaktur sebagai sebuah organisasi tentu saja dituntut untuk mengotimalkan sumber daya dan dana yang dimiliki dengan lebih efisien dan efektif. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan tentu saja dituntut dapat memberikan pelayanan yang terbaik yang harus mengedepankan fungsi sosialnya untuk menjalankan kegiatannya untuk menjamin kelangsungan hidup. Pada tarif pelayanan kesehatan yang dibebankan oleh setiap rumah sakit kepada konsumen berbeda satu sama lainnya. Berbicara tentang masalah kualitas, maka hal ini berkaitan langsung dengan biaya yang dibutuhkan serta harga atau tarif yang ditetapkan untuk produk dan jasa tersebut. Biasanya suatu produk atau jasa yang berkualitas sangatlah mahal harganya. Biaya rumah sakit bagi masyarakat sangat mahal, seperti biaya resep obat-obatan yang harus mereka beli di apotek yang harganya juga tidak murah karena produsen obat masih mengimpor bahan baku obat dari luar negeri. Banyak dari masyarakat ketika sakit harus menjalani rawat inap di rumah sakit merasa sangat berat beban mereka karena biaya yang dikeluarkan cukup besar. Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah hanya dapat menikmati ruang rawat inap kelas II atau kelas III dengan pelayanan yang minim dan harus membuang jauh-jauh harapan mereka untuk bisa dirawat di kelas VIP. Hal ini mungkin dikarenakan penetapan harga kamar di beberapa rumah sakit masih menerapkan sistem tradisional yang mengakibatkan penentuan biaya masih cukup besar. Sama halnya dengan industri manufaktur yang memproduksi barang kemudian menjualnya kepada konsumen, perusahaan dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan menghasilkan produk yang lebih fungsional, dan meningkatkan efisiensi. Menurut Lilis Yulifah 2004:43, harga jual suatu produk sering sudah terbentuk di pasar, akan tetapi dalam penerapannya tetap harus memperhatikan biaya produk tersebut. Hal ini karena perusahaan harus mengetahui apakah harga yang Ia tetapkan memberi keuntungan atau tidak. Biaya produk ini merupakan informasi internal yang dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi yaitu akuntansi biaya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi komparatif di Rs. Prikasih yang berlokasi di Jl. Fatmawati No. 74 Jakarta Selatan dalam penentuan tarif kamar rawat inap dengan Judul “Analisis Studi Komparatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Rawat Inap Rumah Sakit Melalui Traditional Costing Method Dan Activity Based Costing Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta”.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Biaya Produksi dengan Pendekatan ABC (Activity Based Costing) di PT Guna Kemas Indah

11 125 122

Perancangan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing Pada PT. Pawani

4 50 113

Usulan metode Activity Based Costing sebagai alternatif untuk menentukan besaran biaya pendidikan yang akurat : studi kasus pada SMP-MA Perguruan Islam Ar-Risalah Padang

0 14 0

TIME DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING PENERAPAN TIME DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PERHITUNGAN BIAYA INSTALASI RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT YAKKUM PURWODADI.

21 241 7

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIVE SYSTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Klaten).

0 0 8

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta).

0 0 7

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

2 2 9

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Yaksi Gemolong,

0 1 13

PENDAHULUAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Yaksi Gemolong, Sragen).

0 1 7

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TA

0 2 21