61 Bab ini menjelaskan data hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran
angket. Lokasi penyebaran angket dilakukan di titik kumpul anak-anak dampingan yayasan AGAPE yaitu kawasan terminal terpadu Amplas dan sepanjang jalan denai Amplas Medan.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pelayanan Sosial Yayasan AGAPE Medan Dalam Meningkatkan Keterampilan Anak Jalanan.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran angket dan juga diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa anak jalanan.
Wawancara tersebut bertujuan untuk memperoleh data pendukung penelitian. Hasil wawancara antara lain mengenai sejarah dan struktur organisasi serta penerapan dan proses
pendampingan anak jalanan itu berlangsung dan pemahaman mengenai hasil-hasil yang diperoleh dari proses peningkatan keterampilan anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan
AGAPE. Sedangkan studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data-data mengenai program-program yang diberikan yayasan kepada anak jalanan.
Teknik purposif sampel digunakan dalam pengumpulan data yaitu berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran angket diperoleh dari data tentang latar belakang identitas
responden meliputi jenis kelamin, lamanya berada di jalanan dalam satu hari, lamanya menjadi anak jalanan dan lain-lain dan nantinya akan dapat dilihat dari tabel-tabel yang
dibahas oleh penulis.
A. Karakteristik Umum Responden
Universitas Sumatera Utara
62 Mengetahui umur responden bertujuan untuk melihat seberapa banyak responden
yang berusia dibawah 18 tahun. Anak yang berusia 18 tahun yang bekerja sebagai anak jalanan merupakan suatu permasalahan penting yang harus dicari cara untuk
menyelesaikannya. Anak yang berusia dibawah 18 tahun seharusnya masih berada dibangku sekolah dan menikmati masa-masa remaja. Umur anak-anak jalanan yang
menjadi dampingan AGAPE dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan kelompok Usia
No Kelompok Usia
Frekuensi Persentase
1 Antara 10-12 tahun
8 40.00
2 Antara 13-15 tahun
10 50.00
3 Antara 16-18 tahun
2 10.00
Jumlah 20
100.00
Sumber : Data Primer 2008 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa 90 dari responden didominasi anak-anak yang
masih memiliki usia sekolah yaitu usia 10 sampai dengan 15 tahun.. Di lapangan ternyata anak-anak sudah mulai bekerja berusia dibawah 10 tahun. Anak-anak jalanan ini memiliki
resiko kecelakaan lalu lintas saat mereka bekerja. Dari hasil wawancara di lapangan terungkap bahwa beberapa anak mengaku pernah menjadi korban kecelakaan saat mereka
mengamen di jalanan. Ini berarti resiko kecelakaan tidak hanya terjadi pada anak-anak jalanan yang berusia kurang dari 10 tahun tetapi juga anak yang berusia lebih dari 10 tahun.
Hal seperti ini sering kita jumpai pada anak-anak yang pemula atau anak yang masih baru turun ke jalanan.
Universitas Sumatera Utara
63 Ditegaskan dalam UU No 201999 mengenai batas minimum anak yang minimal 15
tahun, anak diperbolehkan bekerja dengan catatan tidak membahayakan kesehatan, keselamatan dan tidak mengganggu kehidupan mereka di sekolahpelatihankejuruan. Maka
anak-anak yang berusia 15 tahun telah diperbolehkan untuk bekerja, apabila pekerjaan yang mereka lakukan tidak membahayakan kesehatan mental dan kesehatan moral. Batas usia
minimum anak bekerja ini, sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
1 Laki-laki
16 80.00
2 Perempuan
4 20.00
Jumlah 20
100.00
Sumber : Data Primer 2008 Pada tabel 2 terlihat jelas perbandingan antara anak laki-laki dan anak perempuan
dampingan yayasan AGAPE, dimana anak laki-laki lebih mendominasi, ini disebabkan seringnya anak jalanan perempuan mendapat perlakuan kasar dari anak jalanan yang laki-
laki, sehingga dalam hal ini anak jalanan lebih didominasi oleh anak jalanan laki-laki seperti yang diungkapkan salah satu responden yang mengaku pernah mengalami perlakuan
kasar: “Aku pernah kak dicolek-colek anak laki-laki yang sudah abang-abang, trus pernah
juga supir angkot yang colek dan gangguin, makanya malas jualan di jalan…” N S, 14 tahun.
Dalam hal ini jelas anak jalanan yang perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan anak jalanan laki-laki. Menurut sampel lain, banyaknya anak laki-laki dari pada anak perempuan
Universitas Sumatera Utara
64 di rumah singgah ini dikarenakan ada anggapan anak laki-laki memiliki kesanggupan untuk
bertahan di luar rumah dibandingkan dengan anak perempuan, seperti yang diungkapkan berikut:
“…. Anak perempuan hanya mampu bertahan sebentar di jalanan, nggak kayak kami anak laki-laki, kami bisa bertahan berjam-jam di jalanan dan kami tidak takut.
Lagian kami sudah biasa dapat perlakuan kasar” AS, 17 Tahun.
Tabel 3 Karakteristik Responden berdasarkan agama
Perbandingan agama antara anak-anak jalanan dampingan yayasan AGAPE dapat dilihat pada tabel berikut.
No Agama
Frekuensi Persentase
1 Islam
14 70.00
2 Protestan
6 30.00
3 Katolik
- -
4 Budha
- -
5 Hindu
- -
Jumlah 20
100.00
Sumber: Data Primer 2008
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa mayoritas anak yang didampingi oleh
yayasan AGAPE adalah anak yang beragama Islam dan sebagian lagi anak yang beragama Kristen Protestan. Dalam pergaulannya ada anak yang enggan didampingi oleh pendamping
yang tidak seagama dengan anak jalanan tersebut. Anak-anak yang beragama Islam kadang tidak mau didampingi yang beragama Kristen, demikian juga sebaliknya yang beragama
Kristen lebih senang didampingi yang beragama Kristen. Jadi untuk menyesuaikan keadaan tersebut yayasan lebih banyak merekrut staf-staf yang beragama Islam.
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan anak jalanan. Mengetahui pendidikan responden bertujuan untuk melihat keberadaan pendidikansekolah
para anak jalanan. Melalui pendidikan ini akan dapat dilihat responden yang masih sekolah. Pendidikan anak jalanan dampingan yayasan AGAPE dapat dilihat pada tabel dibawah.
No Pendidikan
Frekuensi Persentase
1 Tidak tamat SD
1 5.00
2 SD
3 15.00
3 Tidak tamat SMP
2 10.00
4 SMP
12 60.00
5 Tidak tamat SMU
1 5.00
6 SMU
1 5.00
Jumlah 20
100.00
Sumber: Data Primer 2008 Jika diperhatikan dari data sebelumnya bahwa responden di dominasi oleh anak-
anak berusia sekolah. Dari tabel dapat dilihat bahwa anak-anak dampingan yayasan AGAPE umumnya masih duduk di sekolah menengah pertama SMP. Ada beberapa anak
yang menjawab SD dan SMU, dan ada juga anak yang tidak tamat SD, SMP dan SMU. Dari hasil wawancara terungkap bahwa mereka tidak tamat atau tidak meneruskan sekolah
karena keterbatasan dana atau tidak adanya biaya dari orang tua. Mereka bekerja di jalanan pada waktu mereka belum berangkat sekolah dan sesudah pulang dari sekolah. Jumlah
anak jalanan yang memilih untuk melanjutkan kelanjutan atas atau kejenjang pendidikan
Universitas Sumatera Utara
66 yang lebih tinggi sangat kecil, dan mereka jarang mampu untuk melanjutkan
pendidikannya. Ada juga sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa. “…. Ngapain capek-capek sekolah tinggi, nanti kerjanya di jalanan juga, yang
penting bisa baca tulis jadi enggak dibodohi orang”.
Hal ini membuat anak malas sekolah. Keadaan di atas menandakan masih rendahnya tingkat pendidikan formal responden. Ini semua sebab utamanya adalah
keterbatasan biaya untuk sekolah karena mereka adalah orang yang memiliki perekonomian rendah. Namun, selain karena faktor ekonomi juga karena kurangnya motivasi dari diri
sianak maupun lingkungan dan dibarengi dengan sifat malas juga mempengaruhi anak untuk menamatkan sekolah.
Tabel 5 Karakteristik Responden berdasarkan Suku
Suku responden bertujuan untuk mengetahui komposisi sukuetnis responden anak jalanan.
No Suku
Frekuensi Persentase
1 Batak toba
6 30.00
2 Karo
3 15.00
3 Mandailing
2 10.00
4 Simalungun
- -
5 Nias
- -
6 Jawa
6 30.00
7 Padang
3 15.00
Jumlah 20
100.00
Sumber: Data Primer 2008
Universitas Sumatera Utara
67 Jika diperhatikan dari data-data, anak jalanan dampingan yayasan AGAPE memiliki
suku yang berbeda-beda. Karena yayasan AGAPE terletak di Jl. Denai yang berada di dekat kawasan Terminal terpadu Amplas, dimana masyarakat yang tinggal didaerah tersebut
memiliki suku yang beragam. Dalam pergaulan sehari-hari anak tidak memiliki kelompok- kelompok khusus yang berdasarkan suku.
B.Keadaan Keluarga Responden Tabel 6
Status Keluarga
No Status keluarga
Frekuensi Persentase
1 Memiliki keluarga
16 80.00
2 Tidak memilikii keluarga
4 20.00
Jumlah 20
100.00
Sumber: Data Primer 2008 Anak yang bekerja di jalanan adalah mereka yang masih memiliki keluarga atau
orang tua kandung. Hanya saja orang tua mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya yang akhirnya menyebabkan anak-anak tersebut ikut bekerja untuk mencari
uang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya dan dirinya sendiri. Disamping itu ada juga sebagian anak jalanan yang tidak memiliki orang tua lagi atau orang
tua mereka jauh tinggal dikampung dan tidak pernah tahu menahu tentang anak mereka dimana, sehingga anak tersebut bisa dikatakan hidup sebatangkara. Mereka merasa perlu
mencari uang karena tidak ada lagi yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Seperti yang diungkapkan salah seorang anak jalanan sebagai berikut:
“…. Orang tua kami tak sanggup lagi menanggung biaya kami semuanya, jadi kami disuruh kerja untuk bisa membantu mencari duit juga” BS, 16 Tahun.
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 7 Responden Tinggal dengan siapa
No Tinggal dengan siapa
Frekuensi Persentase
1 Teman
2 10.00
2 Keluarga kandung
15 75.00
3 Saudara
1 5.00
4 Rumah singgah
2 10.00
Jumlah 20
100.00
Sumber: Data Primer 2008 Sebagian besar anak jalanan masih tinggal dengan keluarga kandung mereka karena
jarak antara rumah singgah dengan rumah orang tua mereka tidak terlalu jauh. Ada sebagian kecil anak jalanan tinggal dengan temannya, dengan alasan agar mereka lebih
bebas dibandingkan apabila mereka tinggal bersama saudara. Anak-anak yang tinggal dengan sesamanya adalah mereka yang berasal dari luar kota yang memiliki persamaan
nasib, salah satu anak mengatakan; “… tinggal dengan saudara bukan buat kita senang, enakan kayak gini nggak ada
yang ngatur-ngatur dan ngelarang apa yang kami lakukan. Lagian kalo tinggal dengan saudara, bikin beban saudara bertambah saja” RN, 18 Tahun.
C. PekerjaanProfesi Responden